ddd

Jika Yesus Kristus adalah orang gila, stress berat, tidak mungkin ada pengikutnya. Jika Yesus Kristus seorang penipu tidak mungkin Dia mau disalib. Kesimpulannya adalah Yesus Kristus adalah Tuhan Allah yang datang ke dunia menjadi manusia

Minggu, 28 Agustus 2016

Makna Penderitaan Orang Percaya

Pendahuluan

Penderitaan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan manusia, dan sering bertanya-tanya untuk apa hidup ini harus menderita, terutama bila dilihat dari sudut pandang Iman Kristen. Penderitaan tidak dapat dipahami begitu saja, tetapi harus dilihat dari pelbagai sudut karena berkaitan dengan banyak aspek kehidupan.
Dan penderitaan orang yang percaya tidak sebanding dengan penderitaan yang dialami oleh Yesus, dan penderitaan Yesus ini menjadi suatu contoh bagi orang yang percaya untuk menguatkan, ketika diperhadapkan dengan penderitaan. Dan dalam hal ini penderitaan orang percaya mengerjakan suatu kemuliaan yang kekal yang melebihi segala-galanya.

A. Latar belakang penulisan kitab petrus

Surat Petrus menyatakan bahwa penulisanya adalah Rasul Petrus sendiri (1:1). Ia adalah seorang “penatua” yang pernah menjadi saksi mata penderitaan Kristus (5:1). Ia memiliki kawan yang disebut “anaknya”, yakni Markus(5:13). Tradisi dengan tegas menyatakan bahwa surat ini ditulis oleh Raul Petrus, yagn menggunakan Silwanus (silas; 5:12) sebagai juru tulisnya (amanuensis). Agak pasti bahwa surat ini ditulis dari Roma yang juga disebut Babilon (5:13) sebelum Nero mulai melancarkan penganiayaan.
Surat petrus ini ditulis oleh Petrus sendiri pada tahun 60-63 M, dengan tema menderita bagi Kristus. Surat ini merupakan yang pertama dari dua surat PB yang ditulis oleh rasul Petrus (1:1; 2Petrus 1:1). Petrus mengakui bahwa surat pertama ini ditulis dengan bantuan Silas (Yun. Silvananus) sebagai jur tulisnya (5:12). Kemahiran Silas dalam bahasa Yunani dan tampak dalam surat 2 Petrus. Nada dan isi surat ini, sedangkan bahasa petrus yang kurang halus tampak dalam surat 2 Petrus. Persekkutuannya yang akrab dengan Tuhan Yesus selama bertahun-tahun melandasi ingatannya kembali akan kematian (1:11, 19; 2:21-24; 3:18; 5:1) dan kebangkitan Yesus(1:3, 21’ 3:21); secara tidak langsung Petrus tampaknya juga menunjuk kepada penampakan diri Yesus kepadanya di Galilea setelah kebangkitan menunjuk kepada penampakan diri Yesus kepadanya di Galilea setelah kebangkitan (2:25; 5:2a; bd. Yoh 21:15-23). Tambahan lagi, terdapat banyak persamaan di antara surat ini dengan khotbah-khotbah Petrus yan dicatat dalam Kisah Para Rasul.
Petrus mengalamatkan surat ini kepada “orang-orang pendatang yang tersebar” diseluruh propinsi Asia kecil kekaisaran Romawi (1:1). Beberapa di antara mereka ini mungkin adalah orang bertobat yang menanggapi khotbahnya pada hari Pentakosta dan telah kembali ke kota masing-masing dengan iman yang baru (bd. Kis 2:9-11). Orang percaya ini disebut “pendatang dan perantau” (2:11) untuk mengingatkan mereka bahwa perziarahan mereka sebagai tanggapan terhadap laporan dari orang percaya di Asia kecil tentang peningkatan perlawanan (4:12-16) yang belum didukung resmi oleh pemerintahan (2:12-17).
Petrus menulis dari “Babilon” (5:130. Kata ini dapat ditafsirkan secara harfiah sebagai negara Babilon di Mesopotamia atau sebagai ungkapan kiasan untuk Roma, pusat tertinggi dari kefasikan abad pertama. Walaupun Petrus mungkin satu kali berkunjung ke tempat penampungan golongan Yahudi-ortodoks yang besar di Babilon, dan lebih mudah menerangkan bajwa Petrus, Silas (5:12), dan, Marus (5:13) sedang bersama-sama di Roma (Kolose 4:10 ; bd. Pernyataan Papias mengenai Petrus dan markus di Roma pada awal dasawarsa 60-an dan bukan di Babionia. Kemungkinan besar Petrus menulis dari Roma pada tahun 60-63 M, pasti sebelum pertumpahan darah yang mengerikan oleh Nero di mulai (th. 64 M).

Tujuan Penulisan surat Petrus

Petrus menulis surat pengharapan yang penuh dengan sukacita ini unutk memberikan kepada orang percaya pandangan yang ilahi dan abadi bagi kehidupan di bumi dan untuk memberikan bimbingan praktis kepada mereka yang mulai mengaami penderitaan yang berat sebagai orang Kristen di dalam masyarakat kafir. Petrus khawatir kalau-kalau ornag percaya membangitkan ketidasenangan pemerintah dan menasihatkan mereka untuk menhgikuti teladan Yesus dalam menderita dengan tidak bersalah benar, dan luhur.

A. Menderita karena Mengikut Kristus

Penderitaan yang terjadi atau yang dimaksud dalam surat petrus ini adalah bukan penderitaan karena melakukan dosa atau kejahatan, melainkan menderita karena mengikut Yesus, didalam hal ini adalah orang-orang yang mengikut Yesus diperhadapapkan pencobaan-pencobaan atau penderitaan-penderitaan badani untuk menguji iman dan kemurnian .Rasul petrus menekankan bahwa penderitaan yang di alami orang percaya bukan penderitaan badani, bencana alam, kecelakaan, atau musibah biasa yang menimpa semua manusia yang harus dilalui karena mereka adalah orang-orang Kristen. Pencobaan yang telah ditetapkan untuk dilalui, yaitu tuduhan palsu atas perbuatan durjana, yang mungkin terlalu kuat untuk disebut “nyala api siksaan”, namun itulah pengalaman biasa bagi orang percaya ditengah dunia yang jahat ini. Walaupun penderitaan itu dihubungkan dengan Iblis, Petrus menekankan bahw aitu terjadi menurut kehendak Allah. “ Sebab lebih baik menderita karena berbuat baik jika hal itu dikehendaki Allah, dari pada menderita karena berbuat jahat”[1] .Allah adalah hakimn yang adil bagi dunia ini dan bagi umatnya-Ny. Oleh sebab itu, mereka yang menderita menurut kehendak Allah harus tekun dalam perbuatan baik dan mempercayakan jiwa kepada pencipta.

B. Makna Penderitaan

Makna penderitaan yang dialami orang percaya adalah untuk membuktikan kemurnian iman, yang jauh lebih tinggi nilainya dari pada emas yang fana, yang diuji kemurniannya dengan api, sehingga memperoleh puji-pujian dan kemuliaan dan kehormatan pada hari Yesus Kristus menyatakan diri-Nya.

C. Untuk menguji dan membuktuikan iman orang percaya kepada Yesus

Orang yang percaya dan mengasihi Yesus sebagai juru selamat, diuji benar kemurniaan iman mereka, keteguhan hati, seperti emas yang dimurnikan melalui perapian. Sehingga iman itu dalam hal mengasihi bukan hanya di mulut saja mengasihi, tetapi benar-benar dalam hati yang terdalam yang bisa dipertanggungjawabkan dan benar-benar terbukti nilainya.”[2]
Ketika Allah menguji iman Abraham, pada waktu ia harus mempersembahkan anak yang satu-satunya, yang ditunggu-tunggu, anak perjanjian, tiba-tiba Allah meminta untuk dipersembahkan, hal ini bukan berarti Tuhan Allah tidak mengerti atau mempermainkan Abraham tetapi Allah sedang menguji kemurniaan iman Abraham yang sesungguhnya. Demikian juga orang-orang yang percaya kepada Tuhan yang mengikut Dia, diuji kemurnian iman, sehingga orang percaya itu dapat mempunyai iman yang bisa diuji.

Sikap Orang Percaya Dalam Menghadapi Penderitaan
A. Bersuka Cita dan Bergembira

Didalam menyikapi atau menghadapi penderitaan ini, orang percaya harus memahami bahwa Allah mengizinkan itu terjadi, bukan karena tidak peduli tetapi karena Dia mengasihi orang ercaya supaya dalam penderitaan itu, orang percaya bisa mendekatkan diri kepada Tuhan.
“Orang percaya haruslah memandang bahwa dibalik penderitaan itu ada kemuliaan dan sukacita yang Tuhan sediakan. Dan mengetahui bahwa Allah memakai untuk kebaikan dan maksud yang mulia.”[3]
Oleh karena penderitaan orang yang percaya itu sesuai dengan teladan Kristus, maka tanggapan orang percaya tidak boleh bersikap pasif, melainkan bersukacita. Penderitaan menurut kehendak Allah mengandung kehormatan karena melaluinya realitas dan kesejatian dengan iman orang percaya itu dapat dibuktikan, walaupun harus melewati pengujian dengan api. Inilah alasan mengapa harus menjadi pokok sukacita. Selanjutnya penderitaan itu mengandung unsure menyucikan.

B. Bersabar dalam Menghadapi penderitaan

Bersabar dalam penderitaan adalah bertahan dan tidak bersungut-sungut, dan menganggap penderitaan itu adalah suatu proeses kehidupan dalam mencapai kehidupan kekal atau pemurnian iman. Dalam hal salah satu contoh didalam kitab Perjanjian Lama adalah Yusuf. Dia adalah seorang pemuda yang baik. Ia sangat dikasihi oleh ayahnya. “Yusuf diberi jubah yang sangat indah. Kasih dan berkat dari ayahnya ini menimbulkan kecemburuan dan bertumbuh membuahkan kebencian terhadap yusuf. Akibatnya Yusuf menderita sengsara yang luar biasa. Ditinjau dari segi “sebab” kesengsaraan Yusuf tidak terjadi karena kesalahannya. Ia menderita karena ia mendapat kasih sayang dari ayahnya”.[4]
Dan alur kehidupannya lagi ketika di rumah fotifar sebagai pembantu dia di hina bahwa dia bersetubuh dengan istri Fotifar, pada hal itu tidak benar. Dan bahkan dia dipenjara, karena hal ini, tetapi dalam hal ini Yusuf tetap sabar, dia tidak memarahi Fotifar, tetapi dia menjelaskan dengan baik.bahwa dia tidak melakukan hal itu.
Demikian juga halnya orang percaya haruslah bersabar ketika diperhadapkan penderitaan atau masalah apapun, karena dibalik semua ini ada sesuatu yang terindah yang Tuhan tunjukkan kepada orang percaya, seperti Yusuf yang dulunya Yusuf di hina, dianggap sebagai yang tak berarti, tetapi ketika melewati penderitaan itu, yang dimana dia dipenjara dan pada waktu itu dia bisa mengartikan mimpi ada sesuatu yang luar biasa atau rencana yang baik, bahkan dia menjadi raja. Dan dalam hal ini, seandainya dia tidask sabar atau melawan, maka hal ini tidak akan terjadi, tetapi ketika sadar dalam ancaman atau penderitaan ini, bahwa Tuhan mengangkat dia menjadi raja.
Hanya sedikit orang yang kejam dan jahat terhadap orang yang hidupnya tidak bersalah. Jika menderita oleh karena kebenaran. Inilah kemuliaan dan kebahagian bagi orang percya. Dan tak usah takut terhadap ancaman atau segala hal yang menyusahkan dari pihak musuh. Selalu berbuat baik adalah cara yang paling baik adalah cara yang paling tepat untuk menghindari dari malapetaka. Pengganti perasaan takut kepada manusia yakinlah bahwa “kuduskanlah Kristus didalam hatimu sebagai Tuhan”.[5]

KESIMPULAN

Penderitaan yang dimaksud didalam surat petrus ini adalah penderitaan karena mengikut Kristus, bukan karena mencuri atau berbuat jahat tetapi karena mengikut Kristus, yang dimana Kristus menjadi teladan dalam penderitaan-Nya. Sebab Kristus menderita kesakitan, sebab itu juga orang percya harus meniru teladan ini.
Penderitaan yang di alami orang percaya adalah se izin dasn kehendak dari pada Tuhan sendiri, sehingga dalam hal ini, tidak ada orang yang bermegah di dalam kemerdekaan yang diberikan Tuhan, tetapi justru di dalam penderitaan itu orang percaya bisa merendahkan dirinya, dan mendapat bagian didalam penderitaan yang di alami Kristus.

Tujuan penderitaan yang di alami orang percaya adalah untuk membuktikan dan menguji kemurnian iman orang percaya seberapa besar iman didalam mengasihi Tuhan, bukan untuk menjatuhkan, tetapi dalam hal ini benar memurnikan iman mereka dan untuk membawa orang percaya semakin dekat kepada Tuhan

Senin, 22 Agustus 2016

Bagaimana saya mengerti kehendak Tuhan??


Ada dua hal utama yang perlu Anda ketahui untuk memahami kehendak Tuhan untuk situasi tertentu:
Pertama: Anda harus yakin bahwa apa yang Anda doakan, pikirkan dan lakukan adalah bukan sesuatu yang Alkitab larang.
Kedua: Pastikan apa yang Anda daokan atau pikirkan hanya untuk kemuliakan Tuhan dan membantu Anda untuk tumbuh secara rohani.  
Jika dua hal ini terpenuhi, dan Tuhan tetap tidak memenuhi doa Anda, maka kemungkinan besar, tidak kehendak Tuhan untuk memiliki apa yang Anda doakan, atau mungkin Anda hanya harus menunggu sedikit lebih lama untuk mendapatkannya. Umumnya orang ingin Tuhan memberitahu mereka apa yang harus dilakukan – sperti di mana untuk bekerja, tempat tinggal, pasangan hidup,  dll.  Dalam Roma 12:2 kita diberitahu: Dan janganlah serupa dengan dunia ini tetapi diubah oleh pembaharuan pikiran Anda, Anda dapat membuktikan apa kehendak Tuhan apa yang baik dan dapat diterima dan sempurna.
Tuhan mengijinkan kita untuk mengambil keputusan tentang hal ini. Satu-satunya solusi bahwa Tuhan tidak ingin membuat keputusan untuk berdosa atau melawan kehendakNya. Dia ingin membuat pilihan yang sesuai dengan kehendaknya.  Jadi bagaimana Anda tahu apa kehendak Allah bagi Anda? Jika Anda memiliki persekutuan intim denganTuhan dan akan benar-benar ingin menjalankan hidup Anda, Tuhan akan menempatkan keinginan-Nya dalam hatimu. Kuncinya adalah melakukan kehendak Tuhan untuk kemulian-Nya.

Selasa, 02 Agustus 2016

Gaya Kepemimpinan Musa


a. Pengertian Kepemimpinan

Sebelum membahas lebih detail tentang proses kepemimpinan Musa, terlebih dahulu melihat pengertian kepemimpinan itu sendiri. Kepemimpinan adalah suatu proses dimana seseorang itu dapat mempengaruhi orang lain atau organisasi di dalam suatu tujuan yang dicapai. Menurut para ahli kepemimpinan adalah mempengaruhi atau mendapatkan pengikut (Jhon C. Maxwell). Dan menurut Young kepemimpinan adalah  bentuk denominasi yan didasari atas kemampuan pribadi yang sanggup mendorong atau mengajak orang lain untukberbuat sesuatu yang berdasarkan penerimaan oleh kelompoknya, dan memiliki keahlian khusus yang tepat bagi situasi yang khusus.
Berdasarkan kedua pendapat para ahli tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa kepemimpinan adalah sebuah proses yang dilakukan pemimpin untuk mempengaruhi orang lain untuk melakukan sebuah tujuan yang akan dicapai.
b. Pentingnya Peranan Kepemimpinan
Peranan kepemimpinan dalam sebuah organisasi sangatlah penting. Berdirinya sebuah organisasi atau perusahaan ditentukan oleh faktor pemimpinya. Kepemimpinan sangat begitu penting untuk berjalannya dan majunya organisasi kecil maupun besar. Karena kepemimpinan adalah sebuah motor penggerak atau kemudi yang dapat mengendalikan tujuan yang dicapai. Beberapa fungsi kepemimpinan adalah:
•           Menyampaikan Informasi
•           Memberikan Perintah
•           Mendelegasikan wewenang
•           Memberikan motivasi
•           Menerima Umpan balik
•           Mengkoordinasikan manusia dan pekerjaan
•           Melakukan Pengendalian

c. Profil Musa sebelum menjadi pemimpin besar

  * Musa adalah seorang yang rendah diri (Keluaran 3-4)

Musa adalah salah satu tokoh pemimpin besar di dalam kitab Perjanjian Lama. Allah memanggil Musa bukan karena kecakapannya sebagaimana Keluaran 4:10 mengatakan: Lalu kata Musa kepada TUHAN: "Ah, Tuhan, aku ini tidak pandai bicara , dahulupun tidak dan sejak Engkau berfirman kepada hamba-Mupun tidak, sebab aku berat mulut dan berat lidah. " Di dalam keseganannya menerima panggilan dari Allah, ia menunjukkan kekurangannya di dalam hal berbicara. Namun ketika Musa siap untuk di proses, maka Allah juga berjanji untuk memberikan kuasa untuk memimpin. Allah memberi otoritas kepada Musa untuk membawa Bangsa Israel keluar dari tanah perbudakan. Disamping proses yang dialami oleh Musa sebelum menjadi pemimpin adalah panggilan ilahi dari Allah.

* Musa adalah seorang yang tingkat Emosinya tinggi  Bilangan 20:11,

Musa tidak menghormati kekudusan Allah. Pada saat bangsa Israel meminta air kepada Musa. Musa memukul batu itu dengan tongkat dua kali. Padahal hanya perlu mengatakan saja kepada bukit batu itu untuk mengeluarkan airnya (sebagaimana diperintahkan Allah, yang menunjuk kepada kuasa Allah).

1.         d. Proses Kepemimpinan Musa

Dalam rangka menjalankan sebuah kepemimpinan yang baik, ternyata memakan waktu yang lama. Sebagaimana seorang tokoh Alkitab yaitu Musa yang memimpin Bangsa Israel ke luar dari tanah Mesir menuju tanah Kanaan. Musa harus mengalami beberapa proses untuk menjadi seorang pemimpin:
1. Musa pernah mengecap pendidikan khusus di rumah raja Firaun

Pendidikan yang diterima oleh Musa di istana. Tempat pengasuhan anak yang dihubungkan dengan istana kerajaan tentu mendapat perhatian khusus untuk memberi pendidikan sebagai calon pelayan meja di istana raja Firaun. Tampaknya pendidikan yang diterima oleh Musa serupa dengan pendidikan yang diterima oleh Daniel dan teman-temannya untuk melayani sebagai pejabat negara di Babilon. (Danile1:3-7)
Sebagai pemimpin umatnya, Musa tidak hanya diperlengkapi secara teknis dengan pertumbuhannya dan pendidikannya di Mesir (Kisah 7:22). Tapi dalam hal yg jauh lebih asasi, ia juga dibina menjadi pemimpin ulung berkat kesetiaannya mengikuti Allah oleh iman (Ibrani 11 :23-29; bnd Kisah 7:23-37). Orang seperti itulah yg dibangkitkan Allah untuk memimpin umat-Nya dari perhambaan ke kelepasan. Berulang kali, mulai dari pembicaraan Musa yg pertama dengan Firaun (Keluaran 5: 19-21) sampai ke peperangan melawan Midian menjelang kematian Musa (Bilangan 31: 14-16), Israel tidak percaya kepada kuasa penyelamatan Allah dalam segala hal, melanggar perjanjian-perjanjian, menolak Allah sebagai pemimpin mereka melalui pemberontakan melawan Musa (kadang-kadang Musa dan Harun) melalui siapa kepemimpinan itu dimanifestasikan (ump Bilangan 14:4, 10; 16:41-42).
2. Tuhan Allah Melatih Mental Musa
Setelah perbuatannya diketahui oleh Firaun, Musa melarikan diri ke tanah Midian (Kel. 2:15; Kis. 7:29-30)). Tanah Midian merupakan daerah padang gurun dan ini merupakan tempat yang ideal untuk membentuk mental Musa.  Musa memimpin Bangsa Israel keluar dari tanah Mesir menuju tanah Kanaan. Musa belajar sekolah penggembalaan selama 40 tahun di tempat mertuanya Yitro ketika dikejar . Waktu yang sangat lama dihabiskan untuk menggembalakan domba. Dari penggembalaan domba ini, Allah sedang mengajar dan mendidik Musa untuk menggembalakan Umat-Nya. Tentu di dalam penggembalaan domba dibutuhkan kesabaran dan rasa rasa tanggungjawab. Dari Keluaran pasal 3 dan 4, kita dapat menganalisa kondisi mental Musa saat itu. Ia berkata, “Siapakah aku ini?” (3:11) dan, “Bagaimana jika mereka tidak percaya kepadaku dan tidak mendengarkanku?” (4:1). Kekuatiran yang menguasai jiwanya begitu besar. Ia takut sekali lagi ditolak oleh bangsa Israel. Mari kita lihat pengalaman masa lalunya di Mesir. Kis. 7:25-29 menceritakan hancurnya keyakinan diri Musa akan panggilan Tuhan atas dirinya. Penolakan inilah yang membuatnya tidak berani menerima panggilan Tuhan sebab orang Israel itu bukan hanya menolak dia, tapi juga mencela perbuatannya membunuh orang Mesir itu (ayat 28).

Rabu, 30 September 2015

Penerapan Dialektika Hermeneutik

Hermeneutika sangatlah  penting di dalam penafsiran Alkitab, sebab tanpa penafsiran, maka akan terjadi kesalahan yang fatal. Contoh ayat yang sering kita dengar tentang kata: “Memikul Salib” kalau ayat ini diterjemahkan secara leterlek maka akan timbul dalam benak pikiran kita bahwa memikul salib itu benar-benar memikul Kayu Salib Yesus itu. Padahal jelas hal ini salah, maka dari itu betapa pentingnya hermeneutika untuk menafsir dan member informasi yang jelas sehingga pesan itu dapat jelas diterima oleh pendengar.
Pertama, Hermeneutik makanan rohani orang kristen. Firman Allah merupakan makanan rohani orang kristen (Yohanes 6:63;17:17).  Setiap pengikut Kristus perlu makanan rohani untuk menguatkan hidup kerohaniannya.  Karena orang kristen tidak hanya di tebus untuk hidup suci, tetapi orang kristen juga ditetapkan untuk melakukan kehendak Allah.
Pertama, Hermeneutik berhubungan erat dengan petunjuk Allah untuk kehidupan orang kristen. Kehidupan orang kristen, sama seperti orang non kristen, penuh dengan hal-hal yang harus dipilih,  keputusan-keputusan yang harus di ambil.  Firman Allah menjadi pelita dan terang dalam perjalanan mereka (Mazmur 119:105).  Sebab mencari kehendak Allah adalah hal yang sangat penting.
Kedua, Hermeneutik berhubungan erat dengan senjata rohani oarang kristen. Dapat dilihat dari pengalaman Tuhan Yesus yang tercatat di dalam Matius 4:1-11 dan Lukas 4:1-13, disini dapat diambil suatu kesimpulan bahwa iblis pun sangat menguasai Alkitab.  Tujuan Iblis memakai Alkitab adalah untuk menjatuhkan Yesus. Begitu juga dengan orang kristen diserang oleh iblis dengan berbagai godaan dan dosa.  Untuk menolak godaan tersebut org kristen harus berpegang teguh pada Firman Allah.
Ketiga, Hermeneutik berhubungan erat dengan dasar teologi orang Kristen. Orang kristen perlu mesistematikkan iman kepercayaan mereka, sehingga mudah di mengerti dan di pertahankan.  Akan tetapi tidak semua orang kristen memiliki teologi yang persis sama, oleh sebab itu tidak mengherankan jika ada pemimpin gereja berpendapat bahwa perselisihan dan perdebatan teologi adalah perdebatan dan perselisihan penafsiran Alkitab.
Keempat, Hermeneutik Berhubungan Erat dengan dasar pengajaran dan khotbah dalam jemaat. Setiap anak Tuhan perlu menguasai hermeneutik, karena hermeneutik membantu menafsir arti sesungguhnya dari Alkitab.  Sebab melalui pengajaran yang demikian jemaat dapat maju dalam kehidupan moral, kerohanian dan pelayanan.
Kelima, Hermeneutik berhubungan erat dengan dasar pengharapan orang kristen. Dalam sejarah gereja di ketahui bahwa orang-orang kristen sering dianiaya, (1 Petrus 1:6,7), dan bkn hanya itu saja orang kristen juga diancam oleh  kesulitan hidup.  Jadi dari berbagai hal ini orang kristen harus percaya akan janji dan berkat yang diberikan oleh Allah dalam Alkitab, sehingga iman kepercayaan mereka membangkitkan pengharapan yang tidak pernah padam. (1 Petrus 1:3,4).
Keenam, Hermeneutik berhubungan erat dengan wahyu Allah tentang jemaat dan universal. Adalah keyakinan bahwa Allah adalah Tuhan yang maaha kuasa dan maha bijaksana.  Untuk jemaatnya Tuhan mempunyai rencana yang sangat mulia dan rencananya itu universal, rencana yang mulia ini tidak dapat dkiketahui oleh manusia yang serba terbatas.  Tetapi jika orang kristen bersedia mempelajari dengan tekun, maka mereka tidak akan buta dengan hal ini.
Ketujuh, Hermeneutik berhubungan erat dengan buku yang sangat terkenal Artinya senang atau tidak senang, Alkitab dicetak dalam jumlah yang sangat besar, dalam berbagai bahasa dan didistribusikan ke hampir setiap pelosok dunia.  Tetapi harus diingat bahwa ini bukan tugas yang mudah.  Sebab Harus memberi yang memadai agar Alkitab itu tidak di anggap jelek.
Kedelapan, Hermeneutik berhubungan erat denagan kitabyang sulit dimengerti. Alkitab sulit dimengerti bukan saja karena alkitab Adalah kitab suci, tetapi di dalamnya terdapat faktor yang menyebabkan sulit untuk dimengerti.  Ditambah lagi tidak memiliki naskah-naskah  asli yang ditulis oleh pengarang-pengarng kitab. Tetapi sebagai orang kristen tidak perlu kecil hati, sebab jika Allah yang berkehendak mewahyukan Alkitab maka Allah pun sanggup menolong mereka aggar dapat dimengerti.
         Istilah yang muncul dalam gerakan ini adalah Hermeneutik. Terdapat dua kelompok besar hermeneutik, yaitu: pertama, kelompok metodologi hermeneutik tradisional yang meliputi: kritik literer dan kritik historis—keduanya adalah suatu kelompok yang melingkupi pendekatan yang berbeda-beda. Kedua, kelompok metodologi hermeneutik kontemporer yang membaca Alkitab dengan banyak ’teropong’ (yang) baru, misalnya: hermeneutik feminis, hermeneutik komitmen, hermeneutik pasca-kolonial dan lain sebagainya.
         Meski fasilitator memiliki kekuasaan dalam memilih metode atau pendekatan hermeneutik yang akan digunakan, sebaiknya pula fasilitator memperhatikan beberapa hal:
Pertama; ”Kriteria awal” dalam hermeneutik gerakan ini adalah pemerintahan Allah. Fasilitator mendekati suatu ekspresi Kisah dan Visi Kristen dengan keyakinan bahwa Allah adalah Allah yang senantiasa hidup dan kasih; mengkehendaki kebebasan, perdamaian dan keadilan bagi semua; yang terlibat secara aktif bagi kehidupan manusia.
Kedua, Fasilitator menyadari kepentingan dan prespektif yang mereka ’bawa’ ke dalam aktivitas hermeneutik atas kisah dan tradisi Kristen. Berarti fasilitator harus senantiasa secara ’kritis-pada-diri-sendiri’ (self-critical) menyadari sisi psikologis dan sosial yang menjadi ’beban’ aktivitas hermeneutik peserta.
Ketiga. Fasilitator harus mengingat apa yang mereka ’bawa’ dari kisah-kisah dan visi-visi para peserta ketika ’memasuki’ Kisah dan Visi Kristen. Dalam menafsirkan Kisah dan Visi Kristen, fasilitator harus senantiasa mempertimbangkan tingkat usia, konteks, latar belakang, dan lainnya dari peserta.

Keempat,  Fasilitator menerapkan suatu ’upaya pengambilan kembali hermeneutis’ untuk meraih kembali dan memungkinkan para peserta untuk memasuki kebenaran-kebenaran dan nilai-nilai yang secara simbolis diperantai oleh teks dari Kisah dan Visi Kristen. Fasilitator membekali dirinya dengan pelbagai kajian biblika, teologi dan sejarah. Kesadaran kritis mengenai Visi Kristen tentang praksis pemerintahan Allah akan memberikan ’kepekaan’ untuk mempermaknai kebenaran dan nilai yang harus diraih kembali dari suatu kisah Kristen.

Kelima, Fasilitator menerapkan hermeneutik kecurigaan untuk mengungkapkan pelbagai mistifikasi dan distorsi yang ada dalam tafsir yang dominan atas Kisah dan Visi Kristen serta mengklaim kembali ’ingatan-ingatan yang berbahaya’. Ingatan yang berbahaya itu adalah pesan-pesan dan isyarat-isyarat yang direpresi oleh tafsir, teologi atau dogma yang dominan
Keenam, Fasilitator menerapkan suatu heremeneutik komitmen yang kreatif untuk membangun suatu pemahaman yang lebih memadai atas kisah dan tradisi Kristen dan untuk mengilhami cara-cara hidup yang lebih setia kepada transformasi pribadi maupun sosial.


Selasa, 29 September 2015

PENTINGNYA PENDIDIKAN KARAKTER BAGI ANAK BANGSA





Berbicara mengenai pendidikan karakter bukanlah hal baru dalam sistem pendidikan nasional Indonesia. Salah satu kurikulum yang disebut Pendidikan Kewarganegaraan (PKn). Landasan "PKn" berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia yang dapat dilestarikan serta diwujudkan dalam bentuk prilaku kehidupan sehari-hari berbangsa dan bernegara.

Sesuai dengan UU No 20 tahun 2003 pasal 3 menyebutkan, "pendidikan nasional befungsi untuk mengembangkan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab".

Berangkat dari bunyi Undang-undang No 20 tahun 2003 pasal 3 di atas, secara formal upaya menyiapkan sarana dan prasarana, kegiatan, pendidikan dan kurikulum yang mengarah kepada pembentukan watak dan budi pekerti generasi muda bangsa Indonesia. Namun disadari bahwa bangsa Indonesia sedang mengalami krisis karakter yang melanda ke semua lapisan masyarakat dan tidak terkecuali anak-anak sekolah. Itulah sebabnya pendidikan karakter menjadi persoalan utama yang harus mendapat perhatian khusus di dalam pendidikan keluarga, agama maupun penerapan dalam bidang pendidikan formal.

Mengapa Penting Pendidikan Karakter Bagi Anak Bangsa?

Ada beberapa hal mengapa penting pendidikan karakter bagi bangsa ini:
1. Pendidikan tanpa karakter membahayakan bangsa dang negara
2.Pendidikan karakter sangat erat kaitannya dengan identitas negara bangsa Indonesia ini, karena bangsa yang memiliki karakter yang mulia mampu menjadikan bangsa yang bermartabat dan disegani oleh bangsa-bangsa lain. Jadi, eksistensi suatu bangsa sangat ditentukan oleh karakter yang dimiliki bangsa tersebut.
3. Bangsa Indonesia adalah negara yang beranekaragam suku dan bangsa yang telah disatukan di dalam moto Bhineka Tunggal Ika. Maka dari itu harus dijaga kesatuan yang sudah terjalin.
4. Terjadinya krisis yang melanda semua lapisan masyarakat dan tidak terkecuali mahasiswa maupun anak-anak sekolah; krisis tersebut antara lain meningkatnya pergaulan bebas, seks pra-nikah, tawuran, minuman keras, penyalahgunaan obat-obatan, pornografi, kekerasan, kerusuhan, pencurian, kejahatan terhadap teman dan lain-lain.
5. Menurut Daniel Goleman bahwa kecerdasan emosional dan sosial diperlukan 80 %, sementara kecerdasan intelektual 20 %.
6. Menurut penelitian di Amerika, 90 % kasus pemecatan disebabkan oleh prilaku buruk seperti tidak jujur dan bertanggung jawab.

Bagaimana Mewujudkan Anak Bangsa yang Berkarakter?

Memperhatikan dan menyimak dari 6 hal di atas tentang pentingnya pendidikan karakter, maka dari itu sudah saatnya melangkah untuk mewujudkan anak bangsa yang berkarakter. Adapun langkah tersebut adalah:

1. Pendidikan Orang tua

Orang tua menjadi peran utama dalam mendidik anak, karena waktu anak lebih banyak bersama dengan Orang tua. Ketika anak masih balita justru peran orang tua sangat diperlukan. Amsal mengatakan: "Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa tuanyapun ia tidak akan menyimpang dari jalan itu". Ini nasihat kepada Orang tua supaya mendidik anak tersebut dengan baik. Jadi, Orang tua harus bertanggung jawab untuk mendidik anak di dalam kasih sayang. Karena sikap dan perlakuan Orang tua terhadap anak menjadi penentu bagi karakter anak kelak menjadi besar. Jika anak dibesarkan dalam keluarga yang suka berkelahi, maka anak belajar berkelahi. Tepatlah perumpamaan yang mengatakan buah jatuh tidak jauh dari pohonnya. Maka dari itu Orang tua harus mendidik anak dengan baik.


2. Pendidikan Agama

Peran pendidikan agama sangat dibutuhkan dalam pembentukan karakter anak. Dalam hal ini guru agama harus menekankan nilai-nilai etika dan estetika inti seperti kasih sayang, cinta damai, toleransi, kejujuran serta etos kerja yang baik, jadi tidak hanya sekedar doktrin. Guru yang mendidik harus berkomitmen untuk mengembangkan karakter peserta didik serta menjadi teladan dalam kehidupan sehari-hari.

3. Pendidikan Formal

http://sabdalogoss.blogspot.com
Pendidikan karakter harus diutamakan mulai dari Sekolah Dasar sampai kepada perguruan tinggi. Namun yang menjadi sorotan adalah tentang kurikulum yang dikembangkan atau yang dirubah harus berdasarkan nilai-nilai agama, filosofis, dan psikologi. Dan juga kepada seluruh guru pendidik harus lebih mengutamakan karakter dalam setiap kurikulum yang dijarkan. Tidak terkecuali matematika dan Olah raga.

Senin, 30 Maret 2015

Bolehkah Mengawaini Seorang Perempuan Sundal..???

Bolehkah Mengawaini Seorang Perempuan Sundal..??? “Pergilah, kawinilah seorang perempuan sundal” (Hosea 1:2) Sekilah membaca ayat ini, seolah-olah Allah setuju untuk mengawini seorang perempuan sundal. Benarkah demikian bahwa Allah menghendaki Nabi Hosea untuk mengawini perempuan sundal? Banyak orang yang menafsirkan peristiwa ini secara alegoris atau sebagai kiasan dan gambaran mengawini perempuan hanya secara simbolis dan penglihatan. Penafsiran yang demikian harus ditolak, karena sangat jelas Alkitab mencatat bahwa dari hasil hubungan Nabi Hosea dengan perempuan sundal melahirkan tiga anak yaitu Yizreel (Hosea 1:4), Lo Ruhama (Hosea 1:6) yang artinya tidak disayangi. Dan Lo Ami (Hosea 1:9), yaitu bukan UmatKu. Jadi peristiwa ini harus ditafsirkan secara historis kritis sebagai peristiwa yang benar-benar terjadi. Atas perintah Allah kepada Nabi Hosea, Hosea pernah mengawini seorang perempuan sundal dan menggambarkan ketidaksetiaan bangsa Israel. Tindakan Hosea dala hal ini menggambarkan bangsa Israel yang membelakangi Allah dan bersundal hebat (Hosea 1:2 b). Persundalan yang hebat yang dimaksud adalah bahwa bangsa Israel bersundal dengan Baal. Hosea mengatakan "persu“dalan dan perzinahan” Roh perzinahan (Hosea 4:12). Israel bersundal dengan mengikuti kekasih baru. “Sebab dia berkata: Aku mau mengikuti kekasihku, yang memberi roti dan air minumku, bulu domba dan kain lenanku, minyak dan minumanku (Hosea 2:4)”. Baal yang dimaksud adalah “kekasih baru” yang memberi kesuburan dan kemakmuran kepada Bangsa Israel. Jadi bukan saja secara simbolis bangsa Israel bersundal dan berzinah dengan Baal, melainkan secara nyata terbukti anak-anak perempuan Israel ambil bagian dalam pelacuran bakti demi peningkatan kesuburan tanaha (Hosea 4:13). Tempat ibadah di Bet-El (=bait Allah) telah dijadikan sebagai tempat pemujaan untuk Baal. Itulah sebabnya Hosea menyebut tempat itu Bet-Awen, yaitu Bait kejahatan 9Hosea 10:5). Akibat persundalan bangsa Israel kepada Baal, maka Allah menghukum bangsa Israel sebagaimana Nabi Hosea memberi nama simbolis kepada anak-anaknya. Lo-Ruhama yang artinya “yang tidak disayangi”, sebab Tuhan tidak lagi menyayangi kaum Israel (Hosea 1:6) dang ketiga bernama Lo-Ami, yaitu bukan umatku (Hosea 1:9). Bangsa Israel telah ngengat dan telah menjadi belatung (Hosea 5:12). Sebagai seekor singa, Tuhan akan menerkam Israel (Hosea 5:14;13:7). Bangsa Israel akan diangkut ke dalam pembuangan ke Asyur sebagai hukuman oleh karena ketidaksetiaan kepada Tuhan. Asyur akan menjadi raja mereka, sebaba mereka menolak untuk bertobat (Hosea 11:5) Dalam hal ini bahwa perbuatan yang dilakukan oleh Bangsa Israel adalah diartikan sebagai pemulangan ke Mesir. Efraim harus kembali ke Mesir, dan di Asyur mereka akan memakan makanan najis 9Hosea 9:3). Allah mengizinkan bangsa Israel untuk dibuang ke dalam pembuangan untuk mendidik bangsa Israel. Israel dibawa kembali ke padang gurun (Hosea 2:13). Padang gurun berbicara tempat pemurnian. Di padang gurun tidak ada Baal yang dapat menyesatkan bangsa Israel (Hosea 2:6). Setelah bangsa Israel mengalami proses pemurnian, Allah tetap mau mengasihi bangsa Israel: “Masakan Aku membiarkan engkau, hai Efraim, menyerahkan engkau, hai Israel? Hatiku berbalik dalam diriku, belas kasihanKu bangkit serentak.” (Hosea 11:8) Tuhan tetap setia kepada Bangsa Israel meskipun Bangsa Israel Bersundal dengan Baal. Allah mengutus Nabi-Nya yaitu Hosea untuk menyampaikan berita keselamatan. Nabi Hosea disini menggambarkan kesetiaan Allah kepada Israel. Meskipun Israel telah berzinah dang bersundal kepada Baal. Allah memulihkan keadaan Israel (Hosea 14:5-6). Pada waktu itu Tuhan akan dipanggil “Suamiku” oleh Israel dan lagi “Baalku” (Hosea 2:15), dan Tuhan akan mengikat perjanjian Baru dengan Israel (Hosea 2:17). Pada waktu itu Lo Ruhama akan disayang Tuhan dan Tuihan akan akan berkata kepada Lo-Ami: “.... UmatKu engkau! Dan ia akan berkata: Allahku”(Hosea 2:22).

Masih ada jalan keluar