Hermeneutika sangatlah penting
di dalam penafsiran Alkitab,
sebab tanpa penafsiran, maka akan terjadi kesalahan yang fatal.
Contoh ayat yang sering kita dengar tentang kata: “Memikul Salib” kalau ayat
ini diterjemahkan secara leterlek maka akan timbul dalam benak pikiran kita
bahwa memikul salib itu benar-benar memikul Kayu Salib Yesus itu. Padahal jelas
hal ini salah, maka dari itu betapa pentingnya hermeneutika untuk menafsir dan
member informasi yang jelas sehingga pesan itu dapat jelas diterima oleh
pendengar.
Pertama, Hermeneutik makanan rohani orang kristen. Firman Allah merupakan makanan rohani orang kristen
(Yohanes 6:63;17:17). Setiap pengikut
Kristus perlu makanan rohani untuk menguatkan hidup kerohaniannya. Karena orang kristen tidak hanya di tebus
untuk hidup suci, tetapi orang kristen juga ditetapkan untuk melakukan kehendak
Allah.
Pertama, Hermeneutik
berhubungan erat dengan petunjuk Allah untuk kehidupan orang kristen.
Kehidupan orang kristen, sama seperti orang non kristen,
penuh dengan hal-hal yang harus dipilih,
keputusan-keputusan yang harus di ambil.
Firman Allah menjadi pelita dan terang dalam perjalanan mereka (Mazmur
119:105). Sebab mencari kehendak Allah
adalah hal yang sangat penting.
Kedua, Hermeneutik berhubungan erat dengan senjata rohani oarang
kristen. Dapat dilihat dari pengalaman Tuhan Yesus yang tercatat di dalam Matius
4:1-11 dan Lukas 4:1-13, disini dapat diambil suatu kesimpulan bahwa iblis pun
sangat menguasai Alkitab. Tujuan Iblis
memakai Alkitab adalah untuk menjatuhkan Yesus. Begitu juga dengan orang
kristen diserang oleh iblis dengan berbagai godaan dan dosa. Untuk menolak godaan tersebut org kristen
harus berpegang teguh pada Firman Allah.
Ketiga, Hermeneutik berhubungan erat dengan dasar teologi orang
Kristen.
Orang kristen perlu mesistematikkan iman kepercayaan
mereka, sehingga mudah di mengerti dan di pertahankan. Akan tetapi tidak semua orang kristen
memiliki teologi yang persis sama, oleh sebab itu tidak mengherankan jika ada
pemimpin gereja berpendapat bahwa perselisihan dan perdebatan teologi adalah
perdebatan dan perselisihan penafsiran Alkitab.
Keempat, Hermeneutik Berhubungan Erat dengan dasar pengajaran dan
khotbah dalam jemaat.
Setiap anak Tuhan perlu menguasai hermeneutik, karena
hermeneutik membantu menafsir arti sesungguhnya dari Alkitab. Sebab melalui pengajaran yang demikian jemaat
dapat maju dalam kehidupan moral, kerohanian dan pelayanan.
Kelima, Hermeneutik berhubungan erat dengan dasar pengharapan
orang kristen.
Dalam sejarah gereja di ketahui bahwa orang-orang kristen
sering dianiaya, (1 Petrus 1:6,7), dan bkn hanya itu saja orang kristen juga
diancam oleh kesulitan hidup. Jadi dari berbagai hal ini orang kristen
harus percaya akan janji dan berkat yang diberikan oleh Allah dalam Alkitab,
sehingga iman kepercayaan mereka membangkitkan pengharapan yang tidak pernah
padam. (1 Petrus 1:3,4).
Keenam, Hermeneutik berhubungan erat dengan wahyu Allah tentang
jemaat dan universal. Adalah keyakinan bahwa Allah adalah Tuhan yang maaha
kuasa dan maha bijaksana. Untuk
jemaatnya Tuhan mempunyai rencana yang sangat mulia dan rencananya itu
universal, rencana yang mulia ini tidak dapat dkiketahui oleh manusia yang
serba terbatas. Tetapi jika orang
kristen bersedia mempelajari dengan tekun, maka mereka tidak akan buta dengan
hal ini.
Ketujuh, Hermeneutik
berhubungan erat dengan buku yang sangat terkenal
Artinya senang atau tidak senang, Alkitab dicetak dalam
jumlah yang sangat besar, dalam berbagai bahasa dan didistribusikan ke hampir
setiap pelosok dunia. Tetapi harus
diingat bahwa ini bukan tugas yang mudah.
Sebab Harus memberi yang memadai agar Alkitab itu tidak di anggap jelek.
Kedelapan, Hermeneutik berhubungan erat
denagan kitabyang sulit dimengerti. Alkitab sulit dimengerti bukan saja karena alkitab Adalah
kitab suci, tetapi di dalamnya terdapat faktor yang menyebabkan sulit untuk
dimengerti. Ditambah lagi tidak memiliki
naskah-naskah asli yang ditulis oleh
pengarang-pengarng kitab. Tetapi sebagai orang kristen tidak perlu kecil hati,
sebab jika Allah yang berkehendak mewahyukan Alkitab maka Allah pun sanggup
menolong mereka aggar dapat dimengerti.
Istilah
yang muncul dalam gerakan ini adalah Hermeneutik. Terdapat dua kelompok besar
hermeneutik, yaitu: pertama, kelompok
metodologi hermeneutik tradisional yang meliputi: kritik literer dan kritik
historis—keduanya adalah suatu kelompok yang melingkupi pendekatan yang
berbeda-beda. Kedua, kelompok metodologi hermeneutik kontemporer yang membaca
Alkitab dengan banyak ’teropong’ (yang) baru, misalnya: hermeneutik feminis,
hermeneutik komitmen, hermeneutik pasca-kolonial dan lain sebagainya.
Meski
fasilitator memiliki kekuasaan dalam memilih metode atau pendekatan hermeneutik
yang akan digunakan, sebaiknya pula fasilitator memperhatikan beberapa hal:
Pertama;
”Kriteria awal”
dalam hermeneutik gerakan ini adalah pemerintahan Allah. Fasilitator mendekati
suatu ekspresi Kisah dan Visi Kristen dengan keyakinan bahwa Allah adalah Allah
yang senantiasa hidup dan kasih; mengkehendaki kebebasan, perdamaian dan
keadilan bagi semua; yang terlibat secara aktif bagi kehidupan manusia.
Kedua, Fasilitator menyadari kepentingan dan prespektif
yang mereka ’bawa’ ke dalam aktivitas hermeneutik atas kisah dan tradisi
Kristen. Berarti fasilitator harus senantiasa secara ’kritis-pada-diri-sendiri’
(self-critical) menyadari sisi
psikologis dan sosial yang menjadi ’beban’ aktivitas hermeneutik peserta.
Ketiga.
Fasilitator
harus mengingat apa yang mereka ’bawa’ dari kisah-kisah dan visi-visi para
peserta ketika ’memasuki’ Kisah dan Visi Kristen. Dalam menafsirkan Kisah dan Visi Kristen, fasilitator harus senantiasa mempertimbangkan tingkat
usia, konteks, latar belakang, dan lainnya dari peserta.
Keempat,
Fasilitator menerapkan suatu ’upaya pengambilan kembali hermeneutis’
untuk meraih kembali dan memungkinkan para peserta untuk memasuki
kebenaran-kebenaran dan nilai-nilai yang secara simbolis diperantai oleh teks
dari Kisah dan Visi Kristen. Fasilitator membekali dirinya dengan pelbagai
kajian biblika, teologi dan sejarah. Kesadaran kritis mengenai Visi Kristen tentang praksis
pemerintahan Allah akan memberikan ’kepekaan’ untuk mempermaknai kebenaran dan
nilai yang harus diraih kembali dari suatu kisah Kristen.
Kelima, Fasilitator menerapkan hermeneutik kecurigaan
untuk mengungkapkan pelbagai mistifikasi dan distorsi yang ada dalam tafsir
yang dominan atas Kisah dan Visi Kristen serta mengklaim kembali
’ingatan-ingatan yang berbahaya’. Ingatan yang berbahaya itu adalah pesan-pesan
dan isyarat-isyarat yang direpresi oleh tafsir, teologi atau dogma yang dominan
Keenam, Fasilitator menerapkan suatu heremeneutik
komitmen yang kreatif untuk membangun suatu pemahaman yang lebih memadai atas
kisah dan tradisi Kristen dan untuk mengilhami cara-cara hidup yang lebih setia
kepada transformasi pribadi maupun sosial.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar