ddd

Jika Yesus Kristus adalah orang gila, stress berat, tidak mungkin ada pengikutnya. Jika Yesus Kristus seorang penipu tidak mungkin Dia mau disalib. Kesimpulannya adalah Yesus Kristus adalah Tuhan Allah yang datang ke dunia menjadi manusia

Minggu, 28 Agustus 2016

MENGAPA SAYA MENDERITA...??


Akhir-akhir ini ada begitu banyak orang percaya yang memarahi Tuhan, menyalahkan Tuhan, memberontak karena persoalan penderitaan yang dihadapi di dalam hidupnya, bahkan berkata ” Tuhan tidak adil, dimanakah kuasa Tuhan?, dan kalau Tuhan berkuasa kenapa hal ini terjadi?, kenapa Tuhan tidak menolong saya?, berarti Tuhan tidak ada kan ..??”., dan seandainya Tuhan berkuasa pasti ”Tuhan tolong saya”.
Didalam hal ini mereka merasa bahwa Tuhan itu membiarkan dan tidak maumenolong mereka sehingga kata-kata menyalahkan ; ”Kenapa dan Mengapa” keluar dari mulut mereka. Ada banyak orang-orang yang sudah lama atau baru percaya meninggalkan Tuhan karena tidak tahan uji di dalam penderitaan yang di derita mereka. Seolah-olah mereka merasa di tinggalkan Tuhan, padahal Tuhan tidak pernah meninggalkan mereka. Ungkapan kata-kata menyalahkan ini keluar dalam hati dan mulut orang percaya, karena mereka belum benar-benar mengetahui dan memahami arti makna penderitaan yang sesungguhnya.
Arti penderitaan adalah sebuah proses yang harus (wajib) di alami orang saleh seperti Ayub maupun orang yang tidak saleh seperti Yunus yang menyimpang dari jalan Tuhan. Ini di alami Ayub dan Yunus dan juga tokoh-tokoh Alkitab lainnya seperti Rasul Paulus. Ini adalah tidak ada maksud lain selain membuktikan kemurnian iman mereka dan kesetiannya mereka kepada Tuhan. Proses ini adalah pernah di alami oleh bangsa Israel ketika mereka keluar dari tanah perbudakan menuju tanah kanaan, dan mereka harus melewati padang gurun selama empat puluh tahun siang dan malam. Coba anda bayangkan prosesnya itu sangat lama dan sakit kan...???. Pada hal sebenarnya Tuhan Allah mampu membawa mereka dengan jangka waktu yang singkat, tetapi Tuhan Allah harus memproses mereka melalui padang gurun untuk menguji ketaatan akan perintah-perintah-Nya. Arti padang gurun adalah secara ilmu geografi adalah tempat yang kering yang tidak ada air, gersang, panas bahkan banyak kerikil-kerikil dan pasir. Dan gambaran padang gurun ini di dalam kehidupan orang percaya adalah masa-masa yang sukar tidak mengenakkan, dimana kita merasa sepi dan kita dibawa ke sana untuk melewati kerikil-kerikil dan panas terik matahari, air yang tidak ada itu untuk kita di proses dan dimurnikan.
Tujuan Tuhan adalah untuk memproses lebih murni iman yang masih setengah-setengah (angan-angan kuku) untuk dimurnikan sampai terbukti kemurniannya itu. Seperti tukang periuk yang membuat bejana dari tanah liat. Tukang periuk ini harus terlebih dahulu membersihkan tanah liat itu dan mengambil kotoran-kotoran, atau kerikil yang ada di tanah liat itu sebelum di bentuknya. Ini adalah gambaran cara pola hidup lama atau pikiran-pikiran kotor harus dikeluarkan dan dibuang, dan setelah itu tanah liat itu harus di injak-injak, ini adalah gambaran hidup yang se olah-olah ” hidup ini di tinju, di tendang, di hajar” . Setelah di bentuk harus dibakar atau dipanaskan supaya bejana itu kuat dan tidak mudah pecah. Artinya hidup ini benar – benar di panaskan seperti bejana supaya sadar dan mengerti apa yang masih kurang di dalam hidupnya. Dan kalau bejana itu lagi rusak di pecahkan dan dikerjakannya lagi supaya indah. Artinya hidup ini di proses sampai bejana hidup ini indah dan kuat.
Penderitaan yang di alami orang percaya ini di izinkan oleh Tuhan bukan berarti Tuhan tidak mengasihi kita seperti penderitaan Ayub tetapi Tuhan izinkan untuk membuktikan kemurnian iman kita seperti Ayub yang sampai “barah yang busuk dari telapak kakinya sampai batu kepalanya.” (Ayub 2: 7), tetapi Tuhan izinkan terjadi karena Dia (Tuhan) justru karena Tuhan mengashi kita, seperti Firman Tuhan berkata: Barangsiapa kukasihi , ia kutegor dan kuhajar;sebab itu relakan hatimu dan bertobatlah” (Wahyu 3:19).” : ” karena Tuhan menghajar orang yang dikasihi-Nya, dan Ia menyesah orang yang di akui-Nya sebagai anak. Jika kamu harus menanggung ganjaran; Allah memperlakukan kamu seperti anak. Dimanakah tedapat anak yang tidak dihajar oleh ayahnya?” (Ibrani 12:6-7).
Bahwa arti atau makna penderitaan ini adalah “ untuk membuktikan kemurnian imanmu- yang jauh lebih tinggi nilainya dari pada emas yang fana, yang di uji kemurniannya dengan api- sehingga kamu memperoleh puji-pujian dan kemuliaan dan kehormatan pada hari Yesus Kristus menyatakan diri-Nya.
Jadi kalau Tuhan mengizinkan persoalan-persoalan terjadi di dalam kehidupan orang percaya adalah bukti bahwa Tuhan masih memperhatikan dan mengasihi anda. Bayangkan kalau Tuhan Allah membiarkan hidup anda berjalan sendiri tidak ada menegur ketika salah, maka otomatis hidup anda akan se enaknya sendiri melakukan dosa. Tetapi Tuhan menegur melalui problem, sehingga anda sadar bahwa yang di lakukan anda itu salah. Dan problem ini membuat anda mengintropeksi diri tentang apa yang kurang di dalam diri anda sehingga anda bisa merubah diri anda dan senantiasa bahwa anda benar-benar butuh pemeliharaan Tuhan.
Alasan Orang Benar Menderita
1. Allah itu tetap kasih sekalipun tidak selalu mencurahkan berkatnya
2. Allah mengizinkan kesengsaraan sebagai cara untuk memurnikan dan meneguhkan iman kepada Tuhan.
3. Allah mempunyai rancangan yang indah melampaui akal manusia.
Alasan orang yang tidak saleh Menderita
1. Supaya mereka mengerti penciptanya yang memberi dia hidup
2. Orang yang tidak saleh di izinkan Tuhan menderita supaya bertobat dari dosanya dan menyembah kepada Tuhan.
3. Menegur mereka dari kesalahannya sehingga berubah.
4. Membawa mereka kepada rencana Allah.
” Didalam hidup ini tidak ada sesuatu apa pun yang terjadi suka, duka, bahkan sekalipun dalam kekelaman tanpa kehendak Tuhan dan se izin Tuhan, semunya terjadi pasti ada maksud dan tujuan dan rencana Tuhan yang indah yang jauh melampaui akal manusia”. (Kristalon Sinaga)
4. Kenapa Tuhan terlambat menolong saya?
Pada umumnya kita pengennya serba cepat, dan mudah di dalam mengharapkan kebutuhan dan keinginan kita di jawab oleh Tuhan seketika. Seperti pengen cepat doa kita di kabulkan, penyakit kita ingin cepat sembuh, ingin cepat dapat jodoh dan lain-lain. Tetapi yang kenyataan pengharapan kita tidak seperti apa yang kita inginkan, malah kebaikannya penyakit tidak sembuh-sembuh, mungkin belum dapat jodoh dan sebagainya.
Yang menjadi pertanyaan apakah Tuhan itu tidak mendengarkan doa seruan ketika kita minta pertolongan Kepada-Nya atau bagaimana?. Jawabnya adalah waktu kita beda dengan waktu Tuhan, dalam arti waktu Tuhan tidak pernah terburu-buru di dalam memberi jawab atas kebuthan kita seperti yang kita harapkan. Tetapi Tuhan Allah terlebih dahulu mempertimbangkan-Nya, tidak dengan cepat, bukan berarti Tuhan Allah tidak cepat berpikir, tetapi Tuhan perlu menguji kesabaran, ketulusan kita, kekudusan kita, apakah kita bisa mempertahankan kekudusan kita?, atau malah kita bersungut-sungut?, atau memarahi Tuhan. Nah ini yang mau di lihat Tuhan dari hidup kita ysitu kekudusan dan ksetiaan.
Semacam hal di atas pernah di alami oleh Maria, Marta ketika Lazarus saudaranya sakit parah. Maria dan Marta bertindak untuk mengirim pesan kepada Yesus, karena Maria, Marta tahu Lazarus adalah sahabat Yesus. Mereka berusaha agar Yesus segera datang untuk menyembuhkan sakit Lazarus. Tetapi yang kenyataannya adalah Yesus tidak datang, padahal Maria dan Marta sangat berharap dan menunggu kedatangan Yesus untuk menyembuhkan saudaranya. Penantian mereka menjadi cemas dari jam ke jam, bahkan berubah menjadi hari, Yesus belum datang-datang. Sehingga akhirnya saudaranya sakit parah meninggal. Ini artinya kadangkala sampa lama bangat persoalan kita tidak selesai, jam ke jam, hari ke hari.
Yang menjadi pertanyaan: Dimanakah Yesus?, apakah pesannya tidak sampai Kepada Yesus?, apakah Yesus tidak tahu bahwa Lazarus adalah sahabatnya?, atau bagaimana?, jawabnya adalah Yesus tahu, Yesus mengerti bahwa Lazarus meniggal. Disini Yesus sengaja tidak datang sebab Yesus mau menyatakan bahwa Dialah kebangkitan itu (Yohanes 11:25; Jawab Yesus: ”Akulah kebangkitan dan hidup; barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan hidup walaupun ia sudah mati, dan setiap orang yang hidup dan yang percaya kepada-Ku, tidak akan mati selama, lamanya. Percayakah engkau akan ha ini? ).
Secara pikiran manusia Maria dan Marta pasti kecewa dan merasa jengkel karena seolah-olah pertolongan Yesus terlambat, tidak peduli dan memperhatikan apa yang mereka rasakan. Tetapi yang sebenarya bahwa Yesus tahu, dan peduli akan apa yang terjadi bagi sahabatnya. Dan pada akhirnya Yesus membangkitkan Lazarus dari kuburnya. Di dalam peristiwa ini bahwa Yesus punya rencana yang indah dan waktu yang indah sebab Yesus rindu mau menyatakan bahwa Dialah kebangkitan itu.
Jadi di dalam kejadian-kejadian atau problem yang kita alami seperti Maria, Marta dan saudara Lazarus bahwa Tuhan tidak pernah terlambat menolong. Dan perlu di ingat bahwa waktu kita, bukanlah waktu Tuhan yang pengen cepat-cepat, tetapi perlu waktu Tuhan, sebab segala sesuatu yang terjadi apa pun itu bahwa Yesus punya rencana yang indah.

Makna Penderitaan Orang Percaya

Pendahuluan

Penderitaan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan manusia, dan sering bertanya-tanya untuk apa hidup ini harus menderita, terutama bila dilihat dari sudut pandang Iman Kristen. Penderitaan tidak dapat dipahami begitu saja, tetapi harus dilihat dari pelbagai sudut karena berkaitan dengan banyak aspek kehidupan.
Dan penderitaan orang yang percaya tidak sebanding dengan penderitaan yang dialami oleh Yesus, dan penderitaan Yesus ini menjadi suatu contoh bagi orang yang percaya untuk menguatkan, ketika diperhadapkan dengan penderitaan. Dan dalam hal ini penderitaan orang percaya mengerjakan suatu kemuliaan yang kekal yang melebihi segala-galanya.

A. Latar belakang penulisan kitab petrus

Surat Petrus menyatakan bahwa penulisanya adalah Rasul Petrus sendiri (1:1). Ia adalah seorang “penatua” yang pernah menjadi saksi mata penderitaan Kristus (5:1). Ia memiliki kawan yang disebut “anaknya”, yakni Markus(5:13). Tradisi dengan tegas menyatakan bahwa surat ini ditulis oleh Raul Petrus, yagn menggunakan Silwanus (silas; 5:12) sebagai juru tulisnya (amanuensis). Agak pasti bahwa surat ini ditulis dari Roma yang juga disebut Babilon (5:13) sebelum Nero mulai melancarkan penganiayaan.
Surat petrus ini ditulis oleh Petrus sendiri pada tahun 60-63 M, dengan tema menderita bagi Kristus. Surat ini merupakan yang pertama dari dua surat PB yang ditulis oleh rasul Petrus (1:1; 2Petrus 1:1). Petrus mengakui bahwa surat pertama ini ditulis dengan bantuan Silas (Yun. Silvananus) sebagai jur tulisnya (5:12). Kemahiran Silas dalam bahasa Yunani dan tampak dalam surat 2 Petrus. Nada dan isi surat ini, sedangkan bahasa petrus yang kurang halus tampak dalam surat 2 Petrus. Persekkutuannya yang akrab dengan Tuhan Yesus selama bertahun-tahun melandasi ingatannya kembali akan kematian (1:11, 19; 2:21-24; 3:18; 5:1) dan kebangkitan Yesus(1:3, 21’ 3:21); secara tidak langsung Petrus tampaknya juga menunjuk kepada penampakan diri Yesus kepadanya di Galilea setelah kebangkitan menunjuk kepada penampakan diri Yesus kepadanya di Galilea setelah kebangkitan (2:25; 5:2a; bd. Yoh 21:15-23). Tambahan lagi, terdapat banyak persamaan di antara surat ini dengan khotbah-khotbah Petrus yan dicatat dalam Kisah Para Rasul.
Petrus mengalamatkan surat ini kepada “orang-orang pendatang yang tersebar” diseluruh propinsi Asia kecil kekaisaran Romawi (1:1). Beberapa di antara mereka ini mungkin adalah orang bertobat yang menanggapi khotbahnya pada hari Pentakosta dan telah kembali ke kota masing-masing dengan iman yang baru (bd. Kis 2:9-11). Orang percaya ini disebut “pendatang dan perantau” (2:11) untuk mengingatkan mereka bahwa perziarahan mereka sebagai tanggapan terhadap laporan dari orang percaya di Asia kecil tentang peningkatan perlawanan (4:12-16) yang belum didukung resmi oleh pemerintahan (2:12-17).
Petrus menulis dari “Babilon” (5:130. Kata ini dapat ditafsirkan secara harfiah sebagai negara Babilon di Mesopotamia atau sebagai ungkapan kiasan untuk Roma, pusat tertinggi dari kefasikan abad pertama. Walaupun Petrus mungkin satu kali berkunjung ke tempat penampungan golongan Yahudi-ortodoks yang besar di Babilon, dan lebih mudah menerangkan bajwa Petrus, Silas (5:12), dan, Marus (5:13) sedang bersama-sama di Roma (Kolose 4:10 ; bd. Pernyataan Papias mengenai Petrus dan markus di Roma pada awal dasawarsa 60-an dan bukan di Babionia. Kemungkinan besar Petrus menulis dari Roma pada tahun 60-63 M, pasti sebelum pertumpahan darah yang mengerikan oleh Nero di mulai (th. 64 M).

Tujuan Penulisan surat Petrus

Petrus menulis surat pengharapan yang penuh dengan sukacita ini unutk memberikan kepada orang percaya pandangan yang ilahi dan abadi bagi kehidupan di bumi dan untuk memberikan bimbingan praktis kepada mereka yang mulai mengaami penderitaan yang berat sebagai orang Kristen di dalam masyarakat kafir. Petrus khawatir kalau-kalau ornag percaya membangitkan ketidasenangan pemerintah dan menasihatkan mereka untuk menhgikuti teladan Yesus dalam menderita dengan tidak bersalah benar, dan luhur.

A. Menderita karena Mengikut Kristus

Penderitaan yang terjadi atau yang dimaksud dalam surat petrus ini adalah bukan penderitaan karena melakukan dosa atau kejahatan, melainkan menderita karena mengikut Yesus, didalam hal ini adalah orang-orang yang mengikut Yesus diperhadapapkan pencobaan-pencobaan atau penderitaan-penderitaan badani untuk menguji iman dan kemurnian .Rasul petrus menekankan bahwa penderitaan yang di alami orang percaya bukan penderitaan badani, bencana alam, kecelakaan, atau musibah biasa yang menimpa semua manusia yang harus dilalui karena mereka adalah orang-orang Kristen. Pencobaan yang telah ditetapkan untuk dilalui, yaitu tuduhan palsu atas perbuatan durjana, yang mungkin terlalu kuat untuk disebut “nyala api siksaan”, namun itulah pengalaman biasa bagi orang percaya ditengah dunia yang jahat ini. Walaupun penderitaan itu dihubungkan dengan Iblis, Petrus menekankan bahw aitu terjadi menurut kehendak Allah. “ Sebab lebih baik menderita karena berbuat baik jika hal itu dikehendaki Allah, dari pada menderita karena berbuat jahat”[1] .Allah adalah hakimn yang adil bagi dunia ini dan bagi umatnya-Ny. Oleh sebab itu, mereka yang menderita menurut kehendak Allah harus tekun dalam perbuatan baik dan mempercayakan jiwa kepada pencipta.

B. Makna Penderitaan

Makna penderitaan yang dialami orang percaya adalah untuk membuktikan kemurnian iman, yang jauh lebih tinggi nilainya dari pada emas yang fana, yang diuji kemurniannya dengan api, sehingga memperoleh puji-pujian dan kemuliaan dan kehormatan pada hari Yesus Kristus menyatakan diri-Nya.

C. Untuk menguji dan membuktuikan iman orang percaya kepada Yesus

Orang yang percaya dan mengasihi Yesus sebagai juru selamat, diuji benar kemurniaan iman mereka, keteguhan hati, seperti emas yang dimurnikan melalui perapian. Sehingga iman itu dalam hal mengasihi bukan hanya di mulut saja mengasihi, tetapi benar-benar dalam hati yang terdalam yang bisa dipertanggungjawabkan dan benar-benar terbukti nilainya.”[2]
Ketika Allah menguji iman Abraham, pada waktu ia harus mempersembahkan anak yang satu-satunya, yang ditunggu-tunggu, anak perjanjian, tiba-tiba Allah meminta untuk dipersembahkan, hal ini bukan berarti Tuhan Allah tidak mengerti atau mempermainkan Abraham tetapi Allah sedang menguji kemurniaan iman Abraham yang sesungguhnya. Demikian juga orang-orang yang percaya kepada Tuhan yang mengikut Dia, diuji kemurnian iman, sehingga orang percaya itu dapat mempunyai iman yang bisa diuji.

Sikap Orang Percaya Dalam Menghadapi Penderitaan
A. Bersuka Cita dan Bergembira

Didalam menyikapi atau menghadapi penderitaan ini, orang percaya harus memahami bahwa Allah mengizinkan itu terjadi, bukan karena tidak peduli tetapi karena Dia mengasihi orang ercaya supaya dalam penderitaan itu, orang percaya bisa mendekatkan diri kepada Tuhan.
“Orang percaya haruslah memandang bahwa dibalik penderitaan itu ada kemuliaan dan sukacita yang Tuhan sediakan. Dan mengetahui bahwa Allah memakai untuk kebaikan dan maksud yang mulia.”[3]
Oleh karena penderitaan orang yang percaya itu sesuai dengan teladan Kristus, maka tanggapan orang percaya tidak boleh bersikap pasif, melainkan bersukacita. Penderitaan menurut kehendak Allah mengandung kehormatan karena melaluinya realitas dan kesejatian dengan iman orang percaya itu dapat dibuktikan, walaupun harus melewati pengujian dengan api. Inilah alasan mengapa harus menjadi pokok sukacita. Selanjutnya penderitaan itu mengandung unsure menyucikan.

B. Bersabar dalam Menghadapi penderitaan

Bersabar dalam penderitaan adalah bertahan dan tidak bersungut-sungut, dan menganggap penderitaan itu adalah suatu proeses kehidupan dalam mencapai kehidupan kekal atau pemurnian iman. Dalam hal salah satu contoh didalam kitab Perjanjian Lama adalah Yusuf. Dia adalah seorang pemuda yang baik. Ia sangat dikasihi oleh ayahnya. “Yusuf diberi jubah yang sangat indah. Kasih dan berkat dari ayahnya ini menimbulkan kecemburuan dan bertumbuh membuahkan kebencian terhadap yusuf. Akibatnya Yusuf menderita sengsara yang luar biasa. Ditinjau dari segi “sebab” kesengsaraan Yusuf tidak terjadi karena kesalahannya. Ia menderita karena ia mendapat kasih sayang dari ayahnya”.[4]
Dan alur kehidupannya lagi ketika di rumah fotifar sebagai pembantu dia di hina bahwa dia bersetubuh dengan istri Fotifar, pada hal itu tidak benar. Dan bahkan dia dipenjara, karena hal ini, tetapi dalam hal ini Yusuf tetap sabar, dia tidak memarahi Fotifar, tetapi dia menjelaskan dengan baik.bahwa dia tidak melakukan hal itu.
Demikian juga halnya orang percaya haruslah bersabar ketika diperhadapkan penderitaan atau masalah apapun, karena dibalik semua ini ada sesuatu yang terindah yang Tuhan tunjukkan kepada orang percaya, seperti Yusuf yang dulunya Yusuf di hina, dianggap sebagai yang tak berarti, tetapi ketika melewati penderitaan itu, yang dimana dia dipenjara dan pada waktu itu dia bisa mengartikan mimpi ada sesuatu yang luar biasa atau rencana yang baik, bahkan dia menjadi raja. Dan dalam hal ini, seandainya dia tidask sabar atau melawan, maka hal ini tidak akan terjadi, tetapi ketika sadar dalam ancaman atau penderitaan ini, bahwa Tuhan mengangkat dia menjadi raja.
Hanya sedikit orang yang kejam dan jahat terhadap orang yang hidupnya tidak bersalah. Jika menderita oleh karena kebenaran. Inilah kemuliaan dan kebahagian bagi orang percya. Dan tak usah takut terhadap ancaman atau segala hal yang menyusahkan dari pihak musuh. Selalu berbuat baik adalah cara yang paling baik adalah cara yang paling tepat untuk menghindari dari malapetaka. Pengganti perasaan takut kepada manusia yakinlah bahwa “kuduskanlah Kristus didalam hatimu sebagai Tuhan”.[5]

KESIMPULAN

Penderitaan yang dimaksud didalam surat petrus ini adalah penderitaan karena mengikut Kristus, bukan karena mencuri atau berbuat jahat tetapi karena mengikut Kristus, yang dimana Kristus menjadi teladan dalam penderitaan-Nya. Sebab Kristus menderita kesakitan, sebab itu juga orang percya harus meniru teladan ini.
Penderitaan yang di alami orang percaya adalah se izin dasn kehendak dari pada Tuhan sendiri, sehingga dalam hal ini, tidak ada orang yang bermegah di dalam kemerdekaan yang diberikan Tuhan, tetapi justru di dalam penderitaan itu orang percaya bisa merendahkan dirinya, dan mendapat bagian didalam penderitaan yang di alami Kristus.

Tujuan penderitaan yang di alami orang percaya adalah untuk membuktikan dan menguji kemurnian iman orang percaya seberapa besar iman didalam mengasihi Tuhan, bukan untuk menjatuhkan, tetapi dalam hal ini benar memurnikan iman mereka dan untuk membawa orang percaya semakin dekat kepada Tuhan

Senin, 22 Agustus 2016

Bagaimana saya mengerti kehendak Tuhan??


Ada dua hal utama yang perlu Anda ketahui untuk memahami kehendak Tuhan untuk situasi tertentu:
Pertama: Anda harus yakin bahwa apa yang Anda doakan, pikirkan dan lakukan adalah bukan sesuatu yang Alkitab larang.
Kedua: Pastikan apa yang Anda daokan atau pikirkan hanya untuk kemuliakan Tuhan dan membantu Anda untuk tumbuh secara rohani.  
Jika dua hal ini terpenuhi, dan Tuhan tetap tidak memenuhi doa Anda, maka kemungkinan besar, tidak kehendak Tuhan untuk memiliki apa yang Anda doakan, atau mungkin Anda hanya harus menunggu sedikit lebih lama untuk mendapatkannya. Umumnya orang ingin Tuhan memberitahu mereka apa yang harus dilakukan – sperti di mana untuk bekerja, tempat tinggal, pasangan hidup,  dll.  Dalam Roma 12:2 kita diberitahu: Dan janganlah serupa dengan dunia ini tetapi diubah oleh pembaharuan pikiran Anda, Anda dapat membuktikan apa kehendak Tuhan apa yang baik dan dapat diterima dan sempurna.
Tuhan mengijinkan kita untuk mengambil keputusan tentang hal ini. Satu-satunya solusi bahwa Tuhan tidak ingin membuat keputusan untuk berdosa atau melawan kehendakNya. Dia ingin membuat pilihan yang sesuai dengan kehendaknya.  Jadi bagaimana Anda tahu apa kehendak Allah bagi Anda? Jika Anda memiliki persekutuan intim denganTuhan dan akan benar-benar ingin menjalankan hidup Anda, Tuhan akan menempatkan keinginan-Nya dalam hatimu. Kuncinya adalah melakukan kehendak Tuhan untuk kemulian-Nya.

Selasa, 02 Agustus 2016

Gaya Kepemimpinan Musa


a. Pengertian Kepemimpinan

Sebelum membahas lebih detail tentang proses kepemimpinan Musa, terlebih dahulu melihat pengertian kepemimpinan itu sendiri. Kepemimpinan adalah suatu proses dimana seseorang itu dapat mempengaruhi orang lain atau organisasi di dalam suatu tujuan yang dicapai. Menurut para ahli kepemimpinan adalah mempengaruhi atau mendapatkan pengikut (Jhon C. Maxwell). Dan menurut Young kepemimpinan adalah  bentuk denominasi yan didasari atas kemampuan pribadi yang sanggup mendorong atau mengajak orang lain untukberbuat sesuatu yang berdasarkan penerimaan oleh kelompoknya, dan memiliki keahlian khusus yang tepat bagi situasi yang khusus.
Berdasarkan kedua pendapat para ahli tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa kepemimpinan adalah sebuah proses yang dilakukan pemimpin untuk mempengaruhi orang lain untuk melakukan sebuah tujuan yang akan dicapai.
b. Pentingnya Peranan Kepemimpinan
Peranan kepemimpinan dalam sebuah organisasi sangatlah penting. Berdirinya sebuah organisasi atau perusahaan ditentukan oleh faktor pemimpinya. Kepemimpinan sangat begitu penting untuk berjalannya dan majunya organisasi kecil maupun besar. Karena kepemimpinan adalah sebuah motor penggerak atau kemudi yang dapat mengendalikan tujuan yang dicapai. Beberapa fungsi kepemimpinan adalah:
•           Menyampaikan Informasi
•           Memberikan Perintah
•           Mendelegasikan wewenang
•           Memberikan motivasi
•           Menerima Umpan balik
•           Mengkoordinasikan manusia dan pekerjaan
•           Melakukan Pengendalian

c. Profil Musa sebelum menjadi pemimpin besar

  * Musa adalah seorang yang rendah diri (Keluaran 3-4)

Musa adalah salah satu tokoh pemimpin besar di dalam kitab Perjanjian Lama. Allah memanggil Musa bukan karena kecakapannya sebagaimana Keluaran 4:10 mengatakan: Lalu kata Musa kepada TUHAN: "Ah, Tuhan, aku ini tidak pandai bicara , dahulupun tidak dan sejak Engkau berfirman kepada hamba-Mupun tidak, sebab aku berat mulut dan berat lidah. " Di dalam keseganannya menerima panggilan dari Allah, ia menunjukkan kekurangannya di dalam hal berbicara. Namun ketika Musa siap untuk di proses, maka Allah juga berjanji untuk memberikan kuasa untuk memimpin. Allah memberi otoritas kepada Musa untuk membawa Bangsa Israel keluar dari tanah perbudakan. Disamping proses yang dialami oleh Musa sebelum menjadi pemimpin adalah panggilan ilahi dari Allah.

* Musa adalah seorang yang tingkat Emosinya tinggi  Bilangan 20:11,

Musa tidak menghormati kekudusan Allah. Pada saat bangsa Israel meminta air kepada Musa. Musa memukul batu itu dengan tongkat dua kali. Padahal hanya perlu mengatakan saja kepada bukit batu itu untuk mengeluarkan airnya (sebagaimana diperintahkan Allah, yang menunjuk kepada kuasa Allah).

1.         d. Proses Kepemimpinan Musa

Dalam rangka menjalankan sebuah kepemimpinan yang baik, ternyata memakan waktu yang lama. Sebagaimana seorang tokoh Alkitab yaitu Musa yang memimpin Bangsa Israel ke luar dari tanah Mesir menuju tanah Kanaan. Musa harus mengalami beberapa proses untuk menjadi seorang pemimpin:
1. Musa pernah mengecap pendidikan khusus di rumah raja Firaun

Pendidikan yang diterima oleh Musa di istana. Tempat pengasuhan anak yang dihubungkan dengan istana kerajaan tentu mendapat perhatian khusus untuk memberi pendidikan sebagai calon pelayan meja di istana raja Firaun. Tampaknya pendidikan yang diterima oleh Musa serupa dengan pendidikan yang diterima oleh Daniel dan teman-temannya untuk melayani sebagai pejabat negara di Babilon. (Danile1:3-7)
Sebagai pemimpin umatnya, Musa tidak hanya diperlengkapi secara teknis dengan pertumbuhannya dan pendidikannya di Mesir (Kisah 7:22). Tapi dalam hal yg jauh lebih asasi, ia juga dibina menjadi pemimpin ulung berkat kesetiaannya mengikuti Allah oleh iman (Ibrani 11 :23-29; bnd Kisah 7:23-37). Orang seperti itulah yg dibangkitkan Allah untuk memimpin umat-Nya dari perhambaan ke kelepasan. Berulang kali, mulai dari pembicaraan Musa yg pertama dengan Firaun (Keluaran 5: 19-21) sampai ke peperangan melawan Midian menjelang kematian Musa (Bilangan 31: 14-16), Israel tidak percaya kepada kuasa penyelamatan Allah dalam segala hal, melanggar perjanjian-perjanjian, menolak Allah sebagai pemimpin mereka melalui pemberontakan melawan Musa (kadang-kadang Musa dan Harun) melalui siapa kepemimpinan itu dimanifestasikan (ump Bilangan 14:4, 10; 16:41-42).
2. Tuhan Allah Melatih Mental Musa
Setelah perbuatannya diketahui oleh Firaun, Musa melarikan diri ke tanah Midian (Kel. 2:15; Kis. 7:29-30)). Tanah Midian merupakan daerah padang gurun dan ini merupakan tempat yang ideal untuk membentuk mental Musa.  Musa memimpin Bangsa Israel keluar dari tanah Mesir menuju tanah Kanaan. Musa belajar sekolah penggembalaan selama 40 tahun di tempat mertuanya Yitro ketika dikejar . Waktu yang sangat lama dihabiskan untuk menggembalakan domba. Dari penggembalaan domba ini, Allah sedang mengajar dan mendidik Musa untuk menggembalakan Umat-Nya. Tentu di dalam penggembalaan domba dibutuhkan kesabaran dan rasa rasa tanggungjawab. Dari Keluaran pasal 3 dan 4, kita dapat menganalisa kondisi mental Musa saat itu. Ia berkata, “Siapakah aku ini?” (3:11) dan, “Bagaimana jika mereka tidak percaya kepadaku dan tidak mendengarkanku?” (4:1). Kekuatiran yang menguasai jiwanya begitu besar. Ia takut sekali lagi ditolak oleh bangsa Israel. Mari kita lihat pengalaman masa lalunya di Mesir. Kis. 7:25-29 menceritakan hancurnya keyakinan diri Musa akan panggilan Tuhan atas dirinya. Penolakan inilah yang membuatnya tidak berani menerima panggilan Tuhan sebab orang Israel itu bukan hanya menolak dia, tapi juga mencela perbuatannya membunuh orang Mesir itu (ayat 28).

Masih ada jalan keluar