ddd

Jika Yesus Kristus adalah orang gila, stress berat, tidak mungkin ada pengikutnya. Jika Yesus Kristus seorang penipu tidak mungkin Dia mau disalib. Kesimpulannya adalah Yesus Kristus adalah Tuhan Allah yang datang ke dunia menjadi manusia

Kamis, 31 Juli 2014

DIVORCE AND REMARRIAGE IN DEUTERONOMY 24:1-


BAB 1
Pendahuluan
Berbicara mengenai perceraian memang bukan masalah baru dalam sejarah umat manusia. Apalagi dikalangan para selebiritis di Indonesia perceraian bukanlah sesuatu hal yang menyedihkan.  Dan buktinya “terjadi kawin cerai” dan ternyata bukannya para selebritis dan tetangga sepupu, ternyata ada juga orang Kristen yang melakukan perceraian dengan pasangannya. Padahal sebenarnya mereka sudah mengerti pemahaman kebenaran Alkitab lewat pemberkatan dan janji yang telah diucapkan berdua ketika dalam acara perberkatan di gereja namun masih ada saja yang melakukan cerai. Dan masalah ini perlu diselediki mengapa terjadi perceraian?
Pada umumnya memang terjadinya perceraian disebabkan perselingkuhan namun tidak dipungkiri bahwa perceraian bisa ditimbulkan karena banyak factor seperti perbedaan iman, perbedaaan pendapat, tidak saling mengerti, kurang komunikasi, kurang menikmati hubungan imtim, masalah uang, masalah mertua, anak dan lain sebagainya.
Sekarang yang menjadi pertanyaan bagi pasangan suami dan istri apakah ketika di dapatinya pasangan selingkuh, harus diceraikan? atau dibubarkan atau bagaimana?. Pertanyaan ini akan menyadarkan anda untuk kembali berfikir dan mempertimbangkan dengan matang. Dan pembahasan untuk lebih dalam tentang perceraian ini, akan dibahas dalam makalah ini sesuai dengan konteks Kitab Ulangan 24:1-4.

BAB II
LATAR BELAKANG KITAB ULANGAN
Kitab Ulangan ditulis oleh Musa. Isi kitab berisi pidato-pidato Musa. Masyarakat Yahudi mengenalnya kitab Taurat yang ke-5 dengan nama elleh haddebarim (inilah Firman-firman), yang diambil dari ulangan 1:1. Kemungkinan mengenai judul ini ialah misneh hattora (salinan hokum ini), yang berasal dari Ulangan 17:18.  Kitab Ulangan ini kebanyakan terdiri dari suatu ikhtisar perundang-undangan yang ada dalam Kitab Keluaran dan bagian-bagian Imamat serta Bilangan. Tapi Kitab ini bukan hanya suatu pengulangan dari bahan yang telah dahulu saja tetapi juga mengikuti pola khas perjanjian dan perluasan asas-asasnya serta pertanggung jawaban umat Allah sebagai yang mempunyai kedudukan dalam perjanjian dengan Dia.
Musa mengulangi Dasa Firman yang semula diberikan di tengah-tengah api dan menerangkan artinya. Dan hukum-hukum itu dirangkum dengan tepat di dalam “ Kasihilah TUHAN Allah-Mu, dengan segenap hatimu dan segenap jiwamu dan segenap kekuatanmu dan segenap  akal budimu, dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.
A.    Budaya
Di Israel Kuno, suami muda menceraikan istri meski harus ada alas an. Jika janda itu menikah dengan pria lain, suaminya yang telah menceraikannya tidak bisa menikahinya kembali, sekalipun suami keduanya sudah meninggal. Mungkin ini dimaksudkan agar laki-laki tidak tergesa-gesa menulis surat cerai. Melanggar hukum ini bisa mendatangkan dosa atas negeri. Ternayata bahwa perceraian terjadi memang karena sebuah kebiasaan atau budaya kaum Semit yang telah Baheula.[1]  Yang dimana kebiasaan ini ketika si istri kedapatan melakukan kemesuman atau ketidaksenonohan maka si istri dapat diceraikan. [2]
 Mazhab Hille; menafsirkan sebagai ketidaksenonohan dalam arti luas, termasuk bahwa si sitri dapat diceraikan karena sebab-sebab di luar kemesuman. Sekalipun persekutuan perkawinan adalah kudus dan tidak dapat diganggugugat, namun perkawinan itu dapat di akhiri dengan syarat-syarat tertentu.[3]  Dalam tradisi Yahudi, laki-laki dan perempuan dianggap sudah menikah walaupun mereka masih “bertunangan.” Percabulan dalam masa “pertunangan” ini dapat merupakan satu-satunya alasan untuk bercerai.
B.     Hukum Bangsa Israel Tentang Perzinahan
Kata perzinaaan berasal dari kata dasar zina yang berarti perbuatan bersenggama antara laki-laki dan perempuan yang tidak terikat oleh tali perkawinan (pernikahan).   Perbuatan bersenggama antara seorang laki-laki yang terikat perkawinan dengan seorang perempuan yang bukan istrinya, atau seorang perempuan yang terikat perkawinan dengan seorang laki-laki yang bukan suaminya.[4]
Berbicara mengenai kasus perzinahan dalam tradisi bangsa Israel adalah sesuatu hal yang menakutkan dan membayakan bahkan sampai kepada pembunuhan.   Larangan perzinahan adalah salah satu perintah Tuhan dari sepuluh hukum taurat.  Jelas orang yang melanggar perintah Allah akan mendapat hukuman.  Kitab Ulangan 17:7, dan Imamat 20:10 menjelaskan bagaimana orang yang kedapatan yang berzinah dihukum mati atau dirajam dengan batu sesuai dengan hukum Kitab Musa.  Bagi yang melakukan perzinahan tidak ada “tawar menawar” atau kata “ampun” tidak ada belas kasihan, tidak ada diberi kesempatan.  Berarti bisa ditarik benang merah bahwa orang-orang yang melakukan perzinahan dalam Kitab Perjanjian Lama begitu banyak yang mati tanpa ada diberi kesempatan untuk bertobat.

BAB III
PANDANGAN TEOLOGIS TENTANG PERCERAIAN DAN PERNIKAHAN KEMBALI
Alkitab tegas berbicara mengenai perceraian, namun masih ada dijumpai orang-orang Kristen melakukan cerai bahkan jumlahnya sama dengan orang yang tidak percaya kepada Yesus. Tentu masalah ini timbul dari kurangnya pemahaman Alkitab yang Alkitabiah. Tentu dengan masalah ini, perlu dikaji secara teologis tentang percerain dan pernikahan kembali.
A.    Perceraian Menurut Hukum Musa
Menurut hukum Taurat untuk menceraikan istri, seorang suami harus membuat surat cerai yang resmi. Ini dimaksudkan agar para suami tidak mudah menceraikan istri mereka. Sebelum aturan ini ada, para istri dapat diusir begitu saja dan tidak lagi dianggap sebagai istri. Dan hukum taurat tidak mengizinkan para istri menceraikan suami mereka. Ketetapan Musa tentang perceraian bukanlah suatu pembenaran terhadap perceraian, tapi suatu kelonggaran atau konsesi karena ketegaran hati Israel. Musa sendiri tidak menyetujui perceraian. Ia mengajarkan pernikahan yang permanen, seperti yang tertulis dalam Kitab Kejadian. Namun, umat belum siap untuk menerima dan memenuhi tuntutan tersebut. Kenajisan, dimana terjadi melalui pernikahan yang kedua, berdasarkan konsep pernikahan ibrani. Seperti yang dinyatakan sebelumnya, pernikahan menjadikan seorang laki-laki dan seoarang perempuan menjadi satu daging dan seorang perempuan menjadi satu dengan seorang laki-laki selain itu dia sudah menjadi satu daging dengan suaminya, bahwan setelah perceraian adalah kenajisan.[5]
1.      Alasan Bercerai
Terjemahan versi New American Standar Bible ac'm' .. Kata ini memakai kata benda, tunggal, orang ketiga maskulin, yang artinya didapati;kedapatan. Berarti dapat disimpulkan bahwa kata tidak senonoh disini adalah bisa diartikan ditemuinya si istri melakukan hubungan intim (sex) “sesuatu yang memalukan” [6] dengan pria lain. Jadi hubunganseksual adalah merupakan bagian integral dari ikatan penikahan, “keduanya menjadi satu daging” (Kejadian 2:24. Oleh sebab itu, memutuskan ikatan itu melalui hubungan seks di luar pernikahan dapat menjadi alasan untuk bercerai. Hukum hanya ditujukan untuk situasi tertentu dimana kondisinya dijelaskan dalam ayat 1-3. Untuk menerapkan hukum ini, seorang perempuan harus sudah menikah, bercerai, menikah kembali untuk kedua kalinya dengan laki-laki yang berbeda dari suami pertamanya, dan perceraian lain dari atau telah menjadi janda dari suami keduanya. Kedua, hal selanjutnya dalam hukum ini juga tidak memaafkan seorang laki-laki untuk menceraikan istrinya, tetapi mensyaratkan bangsa Israel untuk melakukannya juga.
Dan alasan yang kedua adalah kurangnya pemahaman Bangsa Israel tentang mendatangkan dosa atas negeri yang diberikan Tuhan, Allahmu, kepadamu menjadi milik pusakamu (Ayat 4). Sehingga dengan ayat ini, mereka dengan sengaja atau menjadi kesempatan melakukan perceraian ketika didapatinya si istri melakukan perzinahan.
2.      Tujuan Surat Perceraian
Tujuan Surat cerai dalam Perjanjian Lama tentulah merupakan suatu perlindungan untuk wanita dalam pernikahan. Membuat suatu surat atau sertifikat pada masa dulu merupakan pekerjaan yang memakan banyak waktu. Jadi kalau seorang suami harus membuat surat cerai, maka perceraian itu tidak mungkin diadakan dalam emosi sesaat. Apalagi kemudian surat cerai itu dapat dijadikan tanda identitas atau sebagai suatu status yang jelas kepada wanita itu.
2.1.Mencegah Perceraian yang Terburu-buru
Surat perceraian di izinkan oleh musa supaya tidak tergesa-gesa dan terburu-buru menceraikannya tentu di dalam pengambilan keputusan perlu ada saksi dan fakta yang perlu ditunjukkan. Dan di dalam waktu pembuktian fakta ini akan member kesempatan untuk memperbaiki hubungan yang retak dan juga kepedulian yang menyeluruh untuk mencegah sesuatu yang mencurigakan sebagaimana dikatakan oleh Driver:
Menurut Driver sekali lagi mengikuti Keil yang hampir tepat, meyakini bahwa tujuan dari hukum adalah pertama, untuk mencegah perceraian yang terburu-buru, kedua adalah supaya seorang suami mempertimbangkan untuk menceraikan istrinya dulu sebelum perempuan tersebut menikah dengan laki-laki lain, dan yang ketiga adalah untuk menjaga perempuan dari hasrat suami pertama berakhir untuk yang kedua jika perempuan tesebut ingin menikah dengan suami keduanya. Jadi dengan demikian, menurut Keil dan Driver, hukum ini berfungsi sesuai dengan nilai kemanusiaan mengenai perbaikan kondisi sosial israel.[7]

2.2. Melindungi Para Istri dari Hukuman Rajam Batu
Surat perceraian ini sebagai bentuk tindakan berprikemanusiaan untuk melindungi perempuan yang bercerai dalam perkara dengan suami pertamanya yang ingin memeras sebagai balas dendam dengan mendakwa dia berzinah dengan suami keduanya.
Jadi ternyata bahwa surat cerai ini dibuat untuk melindungi dan membuktikan bahwa dia tidak melakukan perzinahan dengan suami pertamanya.[8] Karena kalau ketahuan atau kedapatan si istri melakukan perzinahan tentu menurut hokum Musa bahwa orang yang melakukan perzinahan akan dirajam dengan batu sampai mati (Imamat.20:10). Hukuman mati ini menunjukkan bahwa perzinahan atau perselingkuhan merupakan pelanggaran prinsip moral karena merusak ikatan pernikahan yang telah dirancang Allah.
B.     Pernikahan Kembali
Pernikahan kembali diperbolehkan ketika si suami sudah benar-benar membuat surat cerai secara resmi. Tujuannya supaya tidak terjadi kebejatan bagi istri. Jadi surat cerai resmi dan benar-benar sudah dipertanggung jawabkan kebenarannya dihadapan saksi. Namun sebenarnya Musa tidak pernah menganjurkan pernikahan kembali ketika sudah bercerai.
C.     Hukum Taurat Melarang Perceraian
Hukum Musa tak pernah mendorong, melarang atau menyetujui perceraian dalam Ulangan 24:1-4. Sebaliknya, hukum itu hanya menggariskan tata cara tertentu jika dan tatkala perceraian terjadi secara tragis. Ada satu ayat dalam Perjanjian Lama yang menyatakan bahwa Allah membenci perceraian: Musa memang mengizinkan perceraian di dalam Perjanjian Lama karena  memang kekerasan hati bangsa Israel (Matius 19:8; 5:31). Dengan kata lain, Alkitab tidak pernah berkompromi atau mendukung perceraian karena sejak semula perceraian bukanlah rencana Allah. Salah satu referensi adalah di Maleakhi 2:14-16 Sebab Aku membenci perceraian, firman TUHAN, Allah Israel -- juga orang yang menutupi pakaiannya dengan kekerasan, firman TUHAN semesta alam. Maka jagalah dirimu dan janganlah berkhianat. Bahkan kitab Kejadian berbicara secara implicit bahwa istri yang disediakan Allah bagi Adam adalah penolong yang sepadan dengan dia, dan di ayat 23 Adam menempatkan Hawa sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari dirinya sendiri, bukan sebagai benda, obyek, atau alat untuk mencapai tujuan. Pernyataan Adam di ayat 23: Inilah dia, tulang dari tulangku, dan daging dari dagingku, mencerminkan bahwa Adam sudah menemukan penolong yang sepadan dan sekaligus menyatakan penerimaannya yang tulus atas pemberian Allah. Jadi, ketetapan tentang perceraian dalam Ulangan 24:1-4 tidak bersifat normatif, tapi sekunder dan temporer, sementara.            
D.    Perceraian Menurut Kitab Injil
Tuhan Yesus sebenarnya tidak mempermasalahkan Musa, namun Ia mempermasalahkan orang-orang Israel yang tegar hati. Oleh sebab ketegaran hati orang israel, maka Musa mengatur surat cerai, supaya nantinya jangan ada kekacauan secara penuh, misalnya janganlah seorang istri diusir dengan begitu saja oleh seorang suami. Ketentuan ini dimaksudkan untuk mempersulit para suami menceraikan istrinya. Karena sebelum hokum ini dibuat, para suami sesukanya mengusir istrinya begitu saja dan menganggapnya bukan istrinya lagi. Bagi Yesus. Perkawinan merupakan hal yang penting dan untuk menegaskan hal itu, Ia mengutip kisah penciptaan dari Kitab Kejadian.

1. Yesus Kristus Melarang Perceraian
Tuhan Yesus menegaskan bahwa ketetapan Musa tentang perceraian tersebut bukanlah bagian dari rancangan asali Allah tentang pernikahan. "Sejak semula tidaklah demikian”. Tuhan Yesus tetap mempertahankan bahwa maksud Allah sejak semula di dalam Kitab Kejadian supaya menjaga hubungan dalam nikah berjalan terus seperti yang diuraikan-Nya pada ayat ini: Matius 19:4-6 Jawab Yesus: "Tidakkah kamu baca, bahwa Ia yang menciptakan manusia sejak semula menjadikan mereka laki-laki dan perempuan? Dan firman-Nya: Sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayah dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging. Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu. Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia."
Dengan demikian, Tuhan Yesus bermaksud menegaskan kehadiran Kerajaan Allah di dalam diri-Nya mencakup tantangan bagi umat Allah untuk kembali kepada tuntutan kesempurnaan Allah sebelum manusia jatuh ke dalam dosa. Warga Kerajaan Allah dipanggil untuk menaati kehendak yang sempurna dari Allah, termasuk dalam hal pernikahan.
Itu sebabnya kejahatan perceraian seharusnya diakui yang mana hukum ini tidak memberikan hukum yang benar kepada seorang laki-laki untuk bercerai ketika dia menemukan ketidaksenonohan pada istrinya. Malahan, hukum hanya diakui dari apa yang diperbolehkan praktek di israel akibat kekerasan hati mereka (Matius 19:8). Dari awalnya, Tuhan merencanakan bahwa seorang laki-laki dan seorang perempuan menikah dengan sebuah perjanjian yang tidak dapat dipisahkan, dimana mereka menjadi satu daging (Kejadian 2:24). Yesus dengan benar menyatakan bahwa Keinginan Tuhan mengenai pernikahan: “Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia” (Matius 19:6).
Yesus mengajarkan kesempurnaan harmoni dengan pengajaran dalam Ulangan.  Hal tersebut terlihat, sesuai dengan ajaran Musa dan Yesus, Hukum pengadilan dapat membubarkan kontrak pernikahan duniawi dengan sebuah “surat cerai”, tetapi tidak membubarkan badan metafisis bahwa suami dan istri adalah “satu daging” (Kej 2:24). Selain itu, bagaimana dapat pernikahan kedua dianggap sebagai “kenajisan” (Ulangan 24:4) atau “perzinahan” (matius 19:9)?33 Kemudian itu yang membuat persepsi mengapa Kej 2:24 digunakan ha'M'êJ;hu (menjadi najis, jijik”) berbicara mengenai pernikahan kedua, kata kerja yang sama digunakan di Imamat 18:20 dan Bilangan 5:13, 20, 28 yang berbicara mengenai perzinahan.
2.  Yesus Mengampuni orang Yang Berzinah
Orang-orang farisi mencoba meneguhkan Yesus dengan menjebaknya dalam dilema hukum Romawi atau adat  Israel yang harus ditetapkan kepada perempuan yang terdapat berzinah.  Tetapi Yesus sikap yang diambil Yesus adalah menghargai perempuan meskipun sudah berdosa.  Harapan Yesus perempuan itu tidak tersesat lagi, tidak salah tujuan lagi, inilah arti pokok yang diberikan Yesus.
Kristus tidak membenarkan dosa, namun demikian, Tuhan jauh lebih tertarik dalam menyelamatkan orang dari dosa-dosa mereka, daripada menghancurkan mereka karena dosa-dosa mereka. Dia datang supaya orang bertobat dari dosanya, bukan pembalasan. Dia menawarkan keselamatan, bukan penghukuman; Dia ingin menyembuhkan, supaya tidak terluka. Yesus datang kedunia untuk rekonsiliasi bagi umat manusia, yaitu dengan pengampunan.  "Demikianlah sekarang tidak ada penghukuman bagi mereka yang ada di dalam Kristus Yesus.  Jika Allah di pihak kita, siapakah yang akan melawan kita Siapa yang akan membawa tuduhan terhadap orang-orang yang Allah telah memilih? Siapakah yang akan menghukum mereka? Allah Dia yang telah dibenarkan kita "(Roma 8:1, 31-34).
Sebenarnya Yesus paling layak untuk melemparkan batu pertama sekali kepada perempuan.  Namun sikap Yesus ini menunjukkan tujuan dalam menebus umat manusia.  Dia tidak menghukum wanita  tersebut sebagai orang yang tidak layak diampuni, tetapi menghadapinya dengan lemah lembut dan kesabaran supaya menuntunnya kepada pertobatan. [9] Bagi Yesus keselamatan akan tersedia jikalau meninggalkan kehidupan berdosa yaitu tinggalkan perzinahan.  Dalam hal ini bukan berarti Yesus berkompromi dengan dosa perzinahan melainkan Yesus menawarkan keselamatan dan jalan keluar dari kehidupan berdosa.  Hukuman-Nya menantikan wanita itu kalau dia menolak untuk bertobat.
3. Yesus Kristus Memberi Kesempatan Untuk berubah
Jangan berbuat dosa lagi .  Yesus Kristus dalam hal ini adalah memperhatikan siapa saja yang menderita, menyembuhkan dan mengijinkan perempuan untuk menyentuhNya, juga mengijinkan mereka melayaniNya.  Hal ini tidak biasa dikalangan Rabbi di mana Rabbi menolak perempuan melayani meja untuk mereka. Jelas bahwa pendekatan yang radikal yang dilakukan Yesus terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Yesus juga membuat perempuan dalam perumpamaan misalnya: ragi dalam pembuatan roti, kelahiran anak, menghadiri pernikahan, ibu rumahtangga dan janda. Ia menggunakan gambaran perempuan untuk mengumpamakan kewaspadaan, ketekunan dalam berdoa, pengampunan dan sukacita atas kesalamatan umat yang hilang.
Yesus juga memperlakukan perempuan sebagai orang yang bertanggungjawab, hal ini terlihat dalam kasus perempuan yang berzinah. Yesus memang menentang mereka yang munafik, tetapi bukan berarti dosa perempuan itu dimaklumi.  Bahkan kepada perempuan itu tidak dikatakan secara eksplisit bahwa dosanya sudah diampuni, mungkin inplisit, tetapi dikatakan kepadanya untuk pergi dan tidak berbuat dosa lagi.
Kemudian kalau dilihat pada satu peristiwa di mana perempuan berdosa mengurapi Yesus. Yesus tidak mengabaikan bahwa ia adalah pendosa, tetapi mengakuinya dan menghadapi dosa perempuan itu.  Jadi masing-masing perempuan itu bertanggunghjawab atas dosanaya sendiri dan memerlukan dosanya diampuni.
Sikap Yesus yang paling nampak, ketika perempuan kedapatan berzinah adalah yaitu sikap yang dilandaskan dalam “kasih”.  Jadi dasar Yesus adalah kasih.  Yesus tidak menghakimi, Yesus tidak menghukum dengan melemparkan batu, Yesus tidak berkata kamu itu tidak pantas lagi, tetapi Yesus berkata “pergilah dan jangan berbuat dosa lagi.  Kalau direnungkan perkataan Yesus dalam hal ini, bukan berarti Yesus member toleransi akan dosa perzinahan melainkan memberikan kesempatan untuk bertobat.

BAB IV
KESIMPULAN

Setelah penulis menyusun dan menyelesaikan makalah ini, dapat disimpulkan bahwa sebenarnya Musa tidak mengizinkan perceraian, dengan alasan bahwaYesus sendiri berkata di dalam Matius 19:9  “tetapi karena ketegaran hati mereka maka Musa mengizinkan kamu untuk menceraikan istrimu. Juga tujuan Musa mengizinkan untuk membuat surat cerai secara resmi supaya disaat pembuatan atau pengurusan surat ini memakan waktu yang lama, agar benar-benar dipertimbangkan matang sebelum cerai dengan istrinya.
Jadi tidak ada alasan karena berzinah atau tidak senonoh sebab Yesus Kristus di dalam Perjanjian baru memberi kesempatan bertobat kepada perempuan atau istri yang melakukan perzinahan. Dan mengenai pernikahan kembali hanya diizinkan kepada suami yang telah meninggal.


































.






















[1] Tafsiran Alkitab Masa Kini. (Jakarta: Yayasan Komunikasi  Bina Kasih, 2008), halaman. 332.

[2]Alkitab Edisi Study,  (Jakarta; LAI, 2011), Halaman 317.
[3] Ibid, halamam.332.

[4] Herbert J. Miles.  Sebelum Menikah Pahami Dulu Seks. (Jakarta: Gunung Mulia, 2001). Halaman 205.
[5] Jesus Pronounces it adultery in his day (Luke 16:18)

[6] Frederick W. Danker, dkk. Walter Bauer, A Greek-English New Testament and Other Early  Christian Literature, ed. Chicago Press, 2000)
[7] Driver, Deuteronomy, 272.

[8] Tigay, Deuteronomy, 222; Cairns, Word and Presence, 210
[9] Marie Claire Barth Frommel. Hati Allah bagaikan Hati Seorang Ibu (Jakarta: Gunung Mulia, 2006), halaman. 86.

Selasa, 01 April 2014

YESUS KRISTUS ADALAH ALLAH


Jika Yesus Kristus adalah orang gila, sinting, stress berat, tidak mungkin ada pengikutnya. Jika Yesus Kristus adalah seorang pembohong, penipu, tidak mungkin Dia mau disalib. Kesimpulannya adalah Yesus Kristus adalah Tuhan Allah sendi

Minggu, 19 Januari 2014

PRAKTEK PELAYANAN PELEPASAN ROH JAHAT




Setiap orang percaya diberi kuasa dan otoritas untuk mengusir roh jahat. Namun kenyataan dilapangan, orang percaya merasa tidak mampu mengusirnya. Padahal Tuhan Allah sudah memberi otoritas dan kuasa untuk mengusir roh setan.  Seperti tertulis di dalam kitab Markus 16:17-18  Tanda-tanda ini akan menyertai orang-orang yang percaya: mereka akan mengusir setan-setan demi nama-Ku, mereka akan berbicara dalam bahasa-bahasa yang baru bagi mereka, mereka akan memegang ular, dan sekalipun mereka minum racun maut, mereka tidak akan mendapat celaka; mereka akan meletakkan tangannya atas orang sakit, dan orang itu akan sembuh."(TB). Letak kesalahan yang dilakukan orang Kristen pada umumnya adalah menganggap bahwa kuasa atas setan terdapat pada penyebutan “dalam nama Yesus”. Mereka menjadikan slogan “dalam nama Yesus” sebagai sebuah syarat atau mantera untuk mengusir setan. Kecenderungan ini jelas merupakan penyimpangan dari Alkitab. Dalam konteks berpikir orang Yahudi, “nama” bukan sekedar sebutan, tetapi seluruh pribadi dari yang empunya nama tersebut. Dalam Injil Yohanes ungkapan “dalam nama Yesus” muncul sekitar 10 kali (3:18; 12:13; 14:13, 14, 26; 15:16; 16:23, 24, 26), tetapi tidak ada satu ayat pun yang mengajarkan bahwa ungkapan ini hanya berfungsi secara verbal. Bagian Alkitab yang lain mengajarkan hal yang sama (Mat 18:5, 20; Mar 9:37; Luk 9:48). Sebaiknya, melakukan sesuatu “dalam nama Yesus” menuntut komitmen dan penyerahan hidup totalitas kepada Yesus.
Maka dari itu kita harus meyakini otoritas yang diberikan Tuhan kepada kita.Yesus memberi otoritas atas setan-setan kepada para murid-Nya (Mat 10:1; Luk 9:1).Berdasarkan otoritas ini mereka akhirnya benar-benar mampu mengusir setan (Luk 10:17), karena mereka telah diberi kuasa atas semua musuh (Luk 10:19). Mereka yang bukan para rasul juga diberi otoritas yang sama (Kis 8:7). Paulus juga menggunakan otoritas dalam nama Yesus untuk mengusir setan (Kis 16:18).

A.    Pengertian Pelayanan Pelepasan
Pelayanan pelepasan adalah pelayanan  pengusiran roh-roh jahat yang masuk kedalam tubuh manusia yang membuat orang itu tersiksa dan menderita. Eksorsisme dalam bahasa Latin “exorcismus”, yang berasal dari bahasa Yunani “exorkizein” yang artinya mendesak. Hal ini mengandung pengertian yaitu suatu praktek untuk mengusir setan atau makhluk halus (roh) jahat lainnya dari seseorang atau suatu tempat yang dipercaya sedang kerasukan Setan. 
    B. Rumusan Masalah
Berdasarkan urain diatas, penulis merumuskan pokok-pokok masalah dalam paper ini sebagai berikut:
Pertama, Apa yang dimaksud dengan pelayanan pelepasan? Kedua, Bagaimana ciri atau krakter seorang  pelayan pelepasan ? Ketiga, Bagaimana mengenali strategi Setan dalam pelayanan pelepasan? Keempat, Bagaimana cara mengusir setan atau roh jahat?
  C. Tujuan Makalah
      Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam paper pelayanan pelepasan ini adalah:
Pertama, Menjelaskan tentang strategi Setan! Kedua, Menjelaskan tentang pelayanan pelepasan! Ketiga, Menjelaskan  tentang cara mengusir setan! Keempat,  Mengetahui kutuk apa yang terjadi pada konseli
D.  Pentingnya Pelayanan Pelepasan
Pelayanan pelepasan itu harus dilakukan sebab banyak (dan semakin banyak) orang terikat iblis. Setan bisa masuk karena:
 Manusia itu berbuat dosa,  sering lemah rohani, tidak mempunyai pertahanan rohani.  Manusia menjadi korban kutuk-kutuk iblis yang bersifat warisan dari nenek moyang mereka. Sebelum akhir jaman, iblis masih diijinkan Tuhan bercokol di bumi ini (1 Yoh 5 :19) sehingga peperangan rohani masih akan terus terjadi. Iblis akan terus-menerus melakukan perlawanan  sehingga peperangan rohani masih harus terus dilancarkan (Ef esus 6:12).

BAB II
CIRI SEORANG PELAYAN PELEPASAN

A.    Pelayan Pelepasan Harus Mengenal Teologi Setan
Mengenal asal mula setan sangat perlu dipahami di dalam sebuah pelayanan pelepasan. Seperti sebuah pertandingan sepak bola, kalau tidak mengenal mana lawan dan mana kawan, maka otomatis tidak akan pernah gol. Atau sebuah contoh lagi di dalam sebuah peperangan. Jika tidak mengenal mana lawan dan mana kawan maka akan terjadi pembunuhan kepada kawannya. Jadi didalam sebuah pelayanan pelepasan harus terlebihdahulu mengenal siapa setan itu, dan juga bagaimana sifatnya. Maka dengan asal mula setan, maka meringankan kita untuk membuat strategi dalam mengusirnya.
Istilah setan berasal dari kata Satan (Ibrani), yang memiliki arti musuh atau lawan.Menurut sejarahnya, setan (dalam bahasa Latin disebut Lucifer) adalah penghulu malaikat yang memberontak kepada Tuhan. Sejak kekal, sebelum Adam dan Hawa diciptakan, Tuhan memerintah bersama para malaikatnya. Pemberontakan Lucifer terlihat dari keinginannya untuk menjadi penguasa yang melampaui Tuhan. Hal itu terungkap dari kata-kata ”aku hendak” seperti dicatat oleh nabi Yesaya (Yes 14:13-14): aku hendak naik ke langit; aku hendak mendirikan tahtaku mengatasi bintang-bintang; aku hendak duduk di atas bukit pertemuan jauh di sebelah utara; aku hendak naik mengatasi ketinggian awan-awan; aku hendak menyamai Yang Mahatinggi.[2] Karena memberontak, Tuhan menghukum Lucifer dan melemparkannya ke bumi.Ia jatuh seperti kilat dari langit (Luk 10:18). Dalam kejatuhannya itu, Lucifer mempengaruhi sepertiga dari malaikat-malaikat yang lain. Karena itu, dalam keberadaannya kemudian, setan memiliki kerajaannya sendiri. Setan mempunyai sistem pemerintahan yang besar dan rapi (Ef 6:12). Mereka menjadi kelompok kekuatan besar yang selamanya berseteru dengan Tuhan dan Kerajaan-Nya.
A.    Mengetahui Sifat Iblis
Mengetahui kehidupan iblis sangatlah penting di dalam pelayanan pelepasan. Paulus menggambarkan sifat-sifat iblis dalam suratnya kepada jemaat di Efesus (Ef 6:10-12) sebagai berikut. Pertama, iblis sangat licik dan jahat. Pada ayat 11, Paulus menekankan soal “tipu muslihat iblis”. Dengan cara itu, iblis menghalangi karya Tuhan dalam kehidupan manusia. Iblis membuat manusia terombang-ambing dalam permainan palsu dan segala bentuk kelicikan (Ef 4:14). Iiblis adalah musuh yang mempunyai kuasa supranatural. Ketika Paulus menandaskan supaya kita menjadi kuat di dalam kekuatan kuasa Tuhan, sesungguhnya ia sedang berbicara tentang kekuatan dan kuasa si iblis itu (ayat 12). Iblis mempunyai system pemerintahan dan organisasi kekuasaan yang kokoh. Ketika para murid gagal mengusir setan yang menguasai seseorang (dalam pelayanan pelepasan), Yesus memberi penjelasan bahwa itu terjadi karena mereka kurang beriman (Mat 17:17) dan karena pelayanan pengusiran itu membutuhkan doa dan puasa (Mat 17:21).
Yesus menjelaskan dengan baik bagaimana manusia bisa dikuasai setan (Mat ius 12:43-45): ”Apabila roh jahat keluar dari manusia, ia pun mengembara ke tempat-tempat yang tandus mencari perhentian. Tetapi ia tidak mendapatnya. Lalu ia berkata: Aku akan kembali ke rumah yang telah kutinggalkan itu. Maka pergilah ia dan mendapati rumah itu kosong, bersir tersapu dan rapi teratur. Lalu ia keluar dan mengajak tujuh roh lain yang lebih jahat dari padanya dan mereka masuk dan berdiam di situ. Maka akhirnya keadaan orang itu lebih buruk daripada keadaannya semula.”Penjelasan itu memberikan beberapa poin penting, pertama, manusia itu seperti sebuah rumah, iblis dapat masuk, tinggal, dan menguasai rumah itu. Iblis dapat diusir keluar dari rumah itu (Mrk 16:17; Yak 4:7) iblis akan masuk kembali dan merebut manusia itu kembali karena memang ingin menghancurkan manusia (Yohanes 10:10), maka rumah itu jangan dibiarkan kosong, harus diisi dengan Penghuni baru (Roh Kudus) sehingga manusia percaya menjadi rumah Tuhan, Bait Roh Kudus (1 Kor 6:19).
B.     Seorang Pelayan Pelepasan Harus Lahir Baru
Seorang pelayan harus mengalami pertobatan  sejati. Alkitab memberikan satu contoh tentang orang yang gagal mengusir setan karena mereka tidak bertobat sungguh-sungguh. Dalam Kisah Rasul 19:13-18 dikisahkan tentang anak-anak Skewa yang justru diserang oleh setan setan. Mereka adalah para tukang jampi Yahudi yang menganggap bahwa pengusiran setan dapat dilakukan melalui mantera tertentu. Mereka memang menggunakan nama Yesus dalam pengusiran, tetapi mereka tidak memiliki hubungan pribadi dengan Yesus. Kisah ini menunjukkan bahwa pertobatan memegang peranan sangat penting dalam pengusiran setan. Bagaimana mungkin seseorang yang tidak percaya kepada Yesus dapat menerima otoritas dari Dia? Bagaimana orang yang tidak memiliki Roh Kudus dalam dirinya dapat mengalahkan roh lain di dunia ini (band. 1Yoh 4:4)? Kebenaran ini selaras dengan apa yang dikatakan Yesus kepada murid-murid yang sedang bersukacita karena setan-setan takluk kepada mereka. Yesus memberi nasehat agar mereka bersukacita bukan terutama karena setan-setan itu takluk, tetapi karena nama mereka ada di surga (Lukas 10:20).
C.    Menjaga Hubungan Pribadi dengan Tuhan
Menjaga kekudusan dan hubungan yang intim dengan Tuhan.Walaupun kita diberi otoritas atas setan-setan, tetapi otoritas ini bukanlah sesuatu yang inheren dalam diri kita. Otoritas ini kita miliki berdasarkan status kita di hadapan Allah dan relasi kita dengan Dia. Iblis akan mundur dari kita kalau kita mau tunduk kepada Allah (Yak 4:7). Alkitab mencatat beberapa contoh ketidakberhasilan murid-muri Yesus mengusir setan karena mereka kurang menjaga kerohanian mereka. Yesus menyarankan supaya mereka lebih serius dalam iman, doa, dan puasa (Mat 17:20-21). elawan iblis dengan iman yang teguh (1Petrus 5:9). [3] Dalam Injil Markus, Yesus menjelaskan kegagalan ini karena “jenis ini tidak dapat diusir kecuali dengan doa” (Markus 9:29). Ayat ini tidak berarti bahwa orang percaya perlu berdoa secara khusus dan lama untuk mengusir suatu setan. Yesus pun seringkali mengusir setan hanya dengan satu kata (tanpa berdoa lebih dahulu). Ayat ini mengajarkan bahwa doa yang terus-menerus akan menghasilkan kuasa yang lebih besar bagi orang percaya. [4]
Praktek pelayanan pelepasan harus menyangkut dimensi spiritual (peperangan dengan setan-setan) sehingga konselor harus benar-benar berkapasitas secara spiritual. Ketrampilan konseling dan pengetahuan teologia saja tidak cukup. Konselor harus benar-benar paham tentang alam roh, peka dengan Roh Kudus, dan penuh urapan.
D.    Percaya dan Yakin Bahwa Tuhan  memberi Otoritas
Yesus memberi perintah supaya orang pecaya mengusir setan-setan (Mat ius 10 :8)Yesus berjanji bahwa orang percaya bisa mengusir setan dengan menggunaan nama-Nya (Mrkus 16:17).Tuhan memberi Roh Kudus sehingga anak-anak Tuhan penuh dengan kuasa illahi (Kis 1:8). Kita harus meyakini otoritas yang diberikan Tuhan kepada kita.Yesus memberi otoritas atas setan-setan kepada para murid-Nya (Mat 10:1; Luk 9:1). Berdasarkan otoritas ini mereka akhirnya benar-benar mampu mengusir setan (Luk 10:17), karena mereka telah diberi kuasa atas semua musuh (Luk 10:19). Mereka yang bukan para rasul juga diberi otoritas yang Sama (Kisah 8:7). Paulus juga menggunakan otoritas dalam nama Yesus untuk mengusir setan (Kis 16:18). Kita tidak perlu takut terhadap setan. Kita tidak usah membingungkan pola atau metode tertentu agar pengusiran kita lebih mujarab. Kita tidak perlu menghardik dengan suara yang sangat keras. Kita dapat menggunakan otoritas ini secara langsung atau – lebih baik – dengan mengutip ayat-ayat Alkitab tertentu yang mengajarkan tentang kemenangan Yesus atas iblis.
E.     Mengetahui Penyebab Masuknya Roh jahat
Masalah-masalah yang muncul dalam tubuh jasmani, kejiwaan, kepribadian, dan kehidupan dapat dicurigai sebagai gejala-gejala yang mengindikasikan adanya ikatan roh-roh iblis.Di bawah ini adalah daftar ikatan-ikatan roh jahat yang teridentifikasi dari masalah-masalah yang muncul dan dari riwayat kehidupan seseorang.
Cara mengidentifikasi adanya ikatan roh-roh jahat dalam diri konseli? Kita dapat menganalisis dari gejala-gejala yang tampak dalam jiwa, tubuh, dan kehidupan konseli kita. Sebagai contoh adalah:danya penyakit yang aneh, ini dapat dicurigai sebagai akibat pengaruh setan adanya kecelakaan bertubi-tubi yang aneh, ini dapat dicurigai sebagai akibat kutu danya mimpi-mimpi yang aneh, ini dapat dicurigai sebagai serangan kuasa gelap          adanya ikatan dosa yang kronis, ini dapat dicuragai sebagai bukan sekedar masalah psikologis, tetapi masalah demonis.  Untuk mengetahui lebih dalam dapat melakukan wawancara mendalam (deep interview) melalui proses konseling maupun pengisian kuesioner) untuk mengetahui sejarah keterikatan dengan iblis. Sehingga melalui wawancara ini, sangat membantu untuk mengetahui roh apa yang ada pada konseli.

BAB III
PRAKTEK MELEPASKAN ROH JAHAT
Setelah mengetahui ciri seorang pelayan pelepasan pada bab II, maka seorang pelayan tinggal mempraktekkannya dengan yakin dan percaya sepenuh kepada Tuhan. Perlengkapan yang digunakan dalam pelayanan pelepasan adalah:
A.    Menggunakan Kuasa dan Otoritas
Otoritas telah diberikan kepada kita untuk mengusir, menginjak setan-setan, juga kuasa untuk menahan kekuatan mereka. Untuk itu kita diberi seluruh perlengkapan senjata Allah. Pada dasarnya, setiap orang percaya bisa mengusir setan-setan di dalam nama Yesus (Mrk 16:17). Yesus, pemimpin kita berkata : "Lihatlah, Aku memberikan kamu kuasa atas segala penguasa musuhmu" (Luk 10:19).
Jadi kita sudah diberi kuasa dan otoritas untuk mengalakan kuasa roh jahat. Kita tinggal menggunakannya dengan yakin dan teguh. Sebab jika kita tidak yakin, maka setan akan menertawakan kita. Maka dari itu yakinkan anda berada di dalam Yesus. Berarti dibutuhkan sikap penundukan diri kepada yang memberi otoritas sendiri yaitu Tuhan Yesus Kristus.
B.     Menggunakan Senjata yaitu Firman Allah
Tuhan telah memberikan senjata-senjata rohani kepada kita sehingga memenangkan peperangan rohani melawan iblis (Ef 6 :10-18) mengenakan selengkap senjata Tuhan (Ef esus 6:14-18), meliputi: ikat pinggang kebenaran, yaitu hidup dalam kebenaran Firman, baju zirah keadilan, yaitu hidup benar, suci, murni, tulus, lurus, kasut kerelaan memberitakan Injil, yaitu tujuan untuk membawa jiwa-jiwa kepada Kristus, perisai iman, ketopong keselamatan, yaitu pikiran yang berpusat pada Kristus Juruselamat,  pedang Roh, yaitu Firman Tuhan,  doa yang terus menerus. Firman Allah. "Pedang roh, yaitu Firman Allah". [7]Ini adalah satu-satunya senjata yang diberikan pada kita yang dipakai untuk menyerang. Pedang roh, Firman Allah.

C.     Menutup Semua Pintu Untuk Iblis
Menutup pintu untuk iblis adalah menutup semua cela yang ada pada diri orang atau yang kita layani itu. Seperti adanya kutuk warisan nenek moyang mungkin kutuk gagal, kutuk mati muda, kutuk stress, kutuk gila, dan lain-lain. Intinya kutuk ini harus diputuskan dulu supaya tidak ada cela iblis masuk kedalam diri orang. Dan jika cela belum ditutup maka tetap ada kesempatan iblis untuk masuk ke dalam diri orang itu.[8] Cela yang dimaksud adalah segala kejahatan yang pernah dilakukan konseli atau mungkin dari garis keturunan atau mungkin juga dari faktor orang lain. Itulah sebabnya perlu sebuah wawancara untuk memahaminya lebih dalam sehingga pelayanan kita lebih leluasa.
D.    Mengikat Roh Jahat di dalam Nama Yesus
Jadi dengan demikian, Pelayanan pelepasan adalah perbuatan mengeluarkan roh-roh jahat dengan memakai suatu perintah yang penuh kuasa di dalam nama Yesus. Pada umumnya, pelayanan pelepasan dapat dijelaskan paling baik sebagai doa yang kuat yang diucapkan di dalam nama Yesus melawan penyakit-penyakit yang menyerang roh, jiwa, atau tubuh. Diri manusia terdiri dari tiga bagian yang tidak dapat dipisahkan yang terdiri atas tubuh, jiwa dan roh.  Keistimewaan mujizat-mujizat Yesus terletak dalam makna sebagaimana yang dimengerti Yesus sendiri dan maknanya itu terikat pada pemberitaan Yesus tentang Kerajaan Allah.Yesus secara khusus menghubungkan kehadiran Kerajaan Allah dengan Pengusiran roh-roh jahat.
A.    Mengusir Roh Jahat dengan Darah Yesus
Pada dasarnya, iblis telah dikalahkan oleh Yesus di kayu salib (1 Korintus 15:27).Oleh darah Yesus Kristus segala kutuk sudah diputuskan.Jadi darah Yesus begitu berkuasa mengusir setan, memutus kutuk, menutup cela dengan darah Yesus Kristus. Sebab darah Yesus membenarkan dosa setiap orang yang mau mengakuinya sebagai Tuhan dan juruselamat.Dengan memahami bahwa darah Yesus telah membayar kita lunas oleh darah-Nya, maka kita mengerti bahwa kita milik Allah sebab telah lunas dibayar. Kepada iblis. Jadi dengan mengerti bahwa kita tubuh yang dibeli lunas, maka iblis pun tidak ada alasan untuk beralasan.
Pada waktu Yesus dikayu salib bahwa kutuk manusia sudah diselesaikan oleh Yesus dan oleh darah-Nya semua kutuk warisan diselesaikan. Jadi kalau roh jahat yang pada diri orang itu belum bisa keluar, maka ada dua kemungkinan yang perlu dipertanyakan. Yang pertama, kemungkinan orang yang dirasuki setan belum menerima Yesus, dan yang kedua orang yang mengusir setan hidupnya belum beres.


BAB IV
KESIMPULAN

Setelah mempraktekkan pelayanan pelepasan kepada orang yang kerasukan setan di lapangan, maka ditulis dalam sebuah makalah bahwa pelayanan pelepasan adalah pelayanan yang semua orang  percaya bisa melakukannya sebab semua orang yang percaya kepada Yesus Kristus diberi kuasa dan otoritas.
Dari penjelasan bab I dan II, menjadi sebuah kunci utama di dalam pelayanan pelepasan. Dan terbukti bahwa pelayanan pelepasan yang penulis lakukan atau praktekkan benar-benar nyata kuasa Tuhan. Iblis di usir dan pergi, dan orang kerasukan roh jahat itu mengalami kelegaan dan kelepasan. Maka dari itu, melalui penulisan makalah ini mengajak semua orang percaya untuk belajar mempraktekkannya. Jadi mulai sekarang praktekkan dan pakai senjata yaitu Firman Allah menjadi alat menghancurkan roh jahat. Dan yakinkan diri anda, dan jangan ragu-ragu supaya kita tidak diserang. Saya percaya disaat anda di dalam Tuhan, saya percaya bahwa anda ada dalam naungan dan perlindungan Tuhan.
Kiranya melalui penulisan makalah mengingatkan kita kembali untuk mengasah alat yang kita pegang yaitu Firman Allah sebagai alat mengusir setan. Jadi, kesimpulannya bahwa setiap orang yang percaya di dalam Tuhan bisa mengusir setan dan mengadakan pelayanan pelepasan bagi yag terikat kuasa kegelapan.
Jadi karunia membedakan roh, merupakan salah satu karunia rohani yang membutuhkan untuk mendiagnosis ganguan jiwa

Sebaliknya sebagian kaum professional seperti dokter mengabaikan adanya factor-faktor spiritual yang perlu diperhatikan saat terapi. Buku ini menawarkan pendekatan holistic dan intehratif. Dan melalui dengan mendiagnosis dengan tepat dari ganguan jiwa murni maupun disetai kepercayaan adanya gangguan jiwa murni maupun disertai kepercayaan adanya gangguan roh jahat.

Menurut buku ini, sebagian dari para ahli menyatakan bahwa factor lingkunganlah yang menjadi penyebab utama skizoprenia, dan bukannya factor genetic. Faktro lingkngan yang mempengaruhi  atau menimbulkan penyakit ini antara lain: Kebudayaan, ekonomi, pendidikan, factor social, ekonomi pendidikan, penggunaan obat-obatan, stress karena pemerkosaan, penganiaayaan yang berat dan sebagainya.
Jadi, menurut buku ini, untuk membedakan dang mengetahui apakah itu gangguan jiwa atau roh jahat. Bisa diketahui dengan konseling kepada keluarganya atau orang yang defresi tersebut. Kalau memang morang itu dirasuki oleh setan harus di usir di dalam nam Yesus Kristus. Sebab Yesus memberikan kuasa untuk mengsir setan.
Kuasa Firman Tuhan akan membantu kita menjadi manusia baru yang terus menerus diperbaharui dari hari ke hari. Dan Firman Tuhan menegaskan bahwa dalam Kristus kita sudah dilepaskan dari kutuk.




























































Masih ada jalan keluar