Manajemen Konflik
Organisasi terdiri
dari berbagai macam komponen yang berbeda dan saling memiliki ketergantungan
dalam proses kerjasama untuk mencapai tujuan tertentu. Perbedaan yang terdapat
dalam organisasi seringkali menyebabkan terjadinya ketidakcocokan yang akhirnya
menimbulkan konflik. Hal ini disebabkan karena pada dasarnya ketika terjadi
suatu organisasi, maka sesungguhnya terdapat banyak kemungkinan timbulnya
konflik.
Timbulnya konflik
karena perbedaan pandangan terhadap peran konflik dalam kelompok atau
organisasi. Ada yang berpendapat bahwa konflik harus dihindari atau
dihilangkan, karena jika dibiarkan maka akan merugikan organisasi. Berlawanan
dengan ini, pendapat lain menyatakan bahwa jika konflik dikelola sedemikian
rupa maka konflik tersebut akan membawa keuntungan bagi kelompok dan
organisasi. Stoner dan Freeman menyebut konflik tersebut sebagai konflik
organisasional (organizational conflict).
Konflik bisa terjadi
bagi pribadi atau organisasi, konflik tidak dapat dihindari. Konflik dapat menjadi masalah
yang serius dalam setiap organisasi, tanpa peduli apapun bentuk dan tingkat
kompleksitas organisasi tersebut, jika konflik tersebut dibiarkan
berlarut-larut tanpa penyelesaian. Karena itu keahlian untuk mengelola konflik
sangat diperlukan bagi setiap pimpinan atau manajer organisasi
Jadi, seorang seorang
pemimpin perlu memiliki kreativitas dalam mencari pemecahaan dari suatu
masalah. Contoh kasus yaitu dalam rapat mingguan sebuah perusahaan pastilah
masing-masing individu memiliki argumen dan pendapat yang berbeda-beda.
Perbedaan pendapat tersebut terkadang dapat memicu adanya suatu perdebatan yang
apabila dibiarkan dapat berujung pada konflik. Dan tentunya hal ini dapat
menghambat lahirnya suatu keputusan bersama. Untuk itu pimpinan perusahaan atau
pimpinan rapat harus bersikap bijak.
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Defenisi Manejemen
Kata Manajemen berasal
dari bahasa Perancis kuno ménagement, yang memiliki arti "seni
melaksanakan dan mengatur.Manajemen belum memiliki definisi yang mapan dan
diterima secara universal. Mary Parker
Follet, misalnya, mendefinisikan manajemen sebagai seni menyelesaikan pekerjaan
melalui orang lain. Definisi ini berarti bahwa seorang manajer bertugas
mengatur dan mengarahkan orang lain untuk mencapai tujuan organisasi.
Konflik dalam
pengertian yang sangat luas dapat dikatakan sebagai segala macam bentuk antar
hubungan antar manusia yang bersifat berlawanan (antagonistik). Ia dapat
terlihat secara jelas dan dapat pula tersembunyi.
Menurut kamus besar
bahasa Indonesia, konflik adalah percekcokan, perselisihan atau pertentangan
baik dari segi pemikiran atau kebijakan.
Menurut sosiologis,
konflik merupakan proses antara dua orang atau lebih yang berusaha
menyingkirkan dengan cara menghancurkan atau membuat tidak berdaya.
Dahulu konflik dianggap
sebagai gejala atau fenomena yang tidak wajar dan berakibat negatif, tetapi
sekarang konflik dianggap sebagai gejala yang wajar yang dapat berakibat
negatif maupun positif tergantung bagaimana cara mengelolanya.
B. Defenisi Konflik
Konflik
berasal dari kata kerja Latin “configure” yang berarti saling memukul. Secara
sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau
lebih (bisa juga kelompok) dimana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak
lain dengan menghancurkannya atau membuatnya tidak berdaya.
Para
pakar ilmu perilaku organisasi, memang banyak yang memberikan definisi tentang
konflik. Robbins mengatakan: “sebuah proses dimana sebuah upaya sengaja
dilakukan oleh seseorang untuk menghalangi usaha yang dilakukan oleh orang lain
dalam berbagai bentuk hambatan (blocking) yang menjadikan orang lain tersebut
merasa frustasi dalam usahanya mancapai tujuan yang diinginkan atau merealisasi
minatnya”. Dengan demikian yang dimaksud dengan Konflik adalah proses
pertikaian yang terjadi sedangkan peristiwa yang berupa gejolak dan sejenisnya
adalah salah satu manifestasinya. Stephen P. Robbins dalam bukunya perilaku
Organisasi (Organizational Behavior) menjelaskan bahwa terdapat banyak definisi
konflik. Meskipun makna yang diperoleh definisi itu berbeda-beda, beberapa tema
umum mendasari sebagian besar dari definisi tersebut. Konflik harus dirasakan
oleh pihak-pihak yang terlibat; apakah konflik itu ada atau tidak ada merupakan
persoalan persepsi. Jika tidak ada yang menyedari akan adanya konflik, secara
umum lalu disepakati konflik tidak ada. kesamaan lain dari definisi-definisi
tersebut adalah pertentangan atau ketidakselarasan dan bentuk-bentuk interaksi.
Beberapa faktor ini menjadi kondisi yang merupakan titik awal proses konflik.
Jadi,
konflik sebagai sebuah proses yang dimulai ketika suatu pihak memiliki persepsi
bahwa pihak lain telah memengaruhi secara negatif, sesuatu yang menjadi
kepedulian atau kepentingan pihak pertama. Definisi ini mencakup beragam
konflik yang orang alami dalam organisasi-ketidakselarasan tujuan, perbedaan
interpretasi fakta, ketidaksepahaman yang disebabkan oleh ekspektasi perilaku,
dan sebagainya. Selain itu, definisi lain cukup fleksibel untuk mencakup
beragam tingkatan konflik-dari tindakan terang-terangan dank eras sampai ke
bentuk-bentuk ketidaksepakatan yang tidak terlihat
C.
Dampak Konflik
Konflik
dapat berdampak positif dan negatif yang rinciannya adalah sebagai berikut :
1. Dampak Positif
Konflik
Menurut
Wijono bila upaya penanganan dan pengelolaan konflik karyawan dilakukan secara
efisien dan efektif maka dampak positif akan muncul melalui perilaku yang
dinampakkan oleh karyawan sebagai sumber daya manusia potensial dengan berbagai
akibat seperti: Meningkatnya ketertiban dan kedisiplinan dalam menggunakan
waktu bekerja, seperti hampir tidak pernah ada karyawan yang absen tanpa alasan
yang jelas, masuk dan pulang kerja tepat pada waktunya, pada waktu jam kerja
setiap karyawan menggunakan waktu secara efektif, hasil kerja meningkat baik
kuantitas maupun kualitasnya.
Pertama, Meningkatnya
hubungan kerjasama yang produktif. Hal ini terlihat dari cara pembagian tugas
dan tanggung jawab sesuai dengan analisis pekerjaan masing-masing.
Kedua, Meningkatnya
motivasi kerja untuk melakukan kompetisi secara sehat antar pribadi maupun
antar kelompok dalam organisasi, seperti terlihat dalam upaya peningkatan
prestasi kerja, tanggung jawab, dedikasi, loyalitas, kejujuran, inisiatif dan
kreativitas.
Ketiga, Semakin
berkurangnya tekanan-tekanan, intrik-intrik yang dapat membuat stress bahkan
produktivitas kerja semakin meningkat. Hal ini karena karyawan memperoleh
perasaan-perasaan aman, kepercayaan diri, penghargaan dalam keberhasilan
kerjanya atau bahkan bisa mengembangkan karier dan potensi dirinya secara
optimal.
Kelima, Banyaknya
karyawan yang dapat mengembangkan kariernya sesuai dengan potensinya melalui
pelayanan pendidikan (education), pelatihan (training) dan konseling
(counseling) dalam aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Semua ini bisa
menjadikan tujuan organisasi tercapai dan produktivitas kerja meningkat
akhirnya kesejahteraan karyawan terjamin.
2. Dampak Negatif
Konflik
Dampak
negatif konflik (Wijono, 1993, p.2), sesungguhnya disebabkan oleh kurang
efektif dalam pengelolaannya yaitu ada kecenderungan untuk membiarkan konflik
tumbuh subur dan menghindari terjadinya konflik. Akibatnya muncul
keadaan-keadaan sebagai berikut:
Pertama, Meningkatkan
jumlah absensi karyawan dan seringnya karyawan mangkir pada waktu jam-jam kerja
berlangsung seperti misalnya ngobrol berjam-jam sambil mendengarkan sandiwara
radio, berjalan mondar-mandir menyibukkan diri, tidur selama pimpinan tidak ada
di tempat, pulang lebih awal atau datang terlambat dengan berbagai alasan yang
tak jelas.
Kedua, Banyak karyawan
yang mengeluh karena sikap atau perilaku teman kerjanya yang dirasakan kurang
adil dalam membagi tugas dan tanggung jawab.
Ketiga, Seringnya
terjadi perselisihan antar karyawan yang bisa memancing kemarahan,
ketersinggungan yang akhirnya dapat mempengaruhi pekerjaan, kondisi psikis dan
keluarganya.
Keempat, Banyak
karyawan yang sakit-sakitan, sulit untuk konsentrasi dalam pekerjaannya, muncul
perasaan-perasaan kurang aman, merasa tertolak oleh teman ataupun atasan,
merasa tidak dihargai hasil pekerjaannya, timbul stres yang berkepanjangan yang
bisa berakibat sakit tekanan darah tinggi, maag ataupun yang lainnya.
Kelima, Seringnya
karyawan melakukan mekanisme pertahanan diri bila memperoleh teguran dari
atasan, misalnya mengadakan sabotase terhadap jalannya produksi, dengan cara
merusak mesin-mesin atau peralatan kerja, mengadakan provokasi terhadap rekan
kerja, membuat intrik-intrik yang merugikan orang lain.
Keenam, Meningkatnya
kecenderungan karyawan yang keluar masuk dan ini disebut labor turn-over.
Kondisi semacam ini bisa menghambat kelancaran dan kestabilan organisasi secara
menyeluruh karena produksi bisa macet, kehilangan karyawan potensial, waktu tersita
hanya untuk kegiatan seleksi dan memberikan latihan dan dapat muncul pemborosan
dalam cost benefit.
BAB III
CARA MENGATASI MANEJEMEN KONFLIK
Para
manajer/pemimpin memandang konflik secara negatif, karena itu berusaha untuk
menghapuskan semua jenis konflik. Konflik dianggap mengganggu organisasi dan
menghalangi pencapaian tujuan organisasi yang optimal.
Jadi
untuk mengatasi konflik perlu dimengerti dan fahami untuk tidak menjadi masalah besar bagi organisasi.Metode yang sering digunakan untuk
menangani konflik adalah:
A.Mengenal Penyebab Konflik
Seorang pemimpin dapat
melakukan setiap saat ketika ada indikasi konflik dan memperhatikan konflik
yang nyata dan tersembunyi. Konflik yang nyata akan mudah dikenali dan
dianalisis, tetapi konflik tersembunyi tidak demikian adanya. Konflik yang
tersembunyi perlu dibuka melalui pemberian stimulus yang terencana supaya
menjadi terbuka dan jelas. Soetopo dan Supriyanto berpendapat apabila kedua konflik tersebut di
organisasi tidak ada dan organisasi menunjukkan adanya kestatisan, pimpinan
dapat merangsang timbulnya konflik dengan suatu maksud, sekolah menjadi dinamis
dan ini diperlukan bagi terciptanya suasana yang kondusif bagi pencapaian
tujuan penyelenggaraan.
Sumber konflik lainnya
yang potensial adalah faktor pribadi, yang meliputi: sistem nilai yang dimiliki
tiap-tiap individu, karakteristik kepribadian yang menyebabkan individu
memiliki keunikan (idiosyncrasies) dan berbeda dengan individu yang lain.
Kenyataan menunjukkan bahwa tipe kepribadian tertentu, misalnya, individu yang
sangat otoriter, dogmatik, dan menghargai rendah orang lain, merupakan sumber
konflik yang potensial. Jika salah satu dari kondisi tersebut terjadi dalam
kelompok, dan para karyawan menyadari akan hal tersebut, maka muncullah
persepsi bahwa di dalam kelompok terjadi konflik. Keadaan ini disebut dengan
konflik yang dipersepsikan (perceived conflict). Kemudian jika individu
terlibat secara emosional, dan mereka merasa cemas, tegang, frustrasi, atau
muncul sikap bermusuhan, maka konflik berubah menjadi konflik yang dirasakan
(felt conflict). Selanjutnya, konflik yang telah disadari dan dirasakan
keberadaannya itu akan berubah menjadi konflik yang nyata, jika pihak-pihak
yang terlibat mewujudkannya dalam bentuk perilaku. Misalnya, serangan secara
verbal, ancaman terhadap pihak lain, serangan fisik, huru-hara, pemogokan, dan
sebagainya.
Jadi, inilah adalah langkah
yang terpenting. Metode yang benar dan telah diuji mengenai siapa, apa,mengapa,
dimana, dan bagaimana berhasil dengan sempurna. Pusatkan perhatian pada
masalahutama dan bukan pada hal-hal sepele.
B.
Mendiagnosa Konflik
Metodenya
mendiagnosa sebuah organisasi atau perusahaan yang mengalami gangguan. Adapun
sorotan analisanya adalah pada peranan manajemen puncak, proses pembuatan suatu
keputusan dan dampaknya, serta makna dari konflik dalam organisasi. Inilah
langkah yang terpenting. Metode yang benar dan telah diuji mengenai siapa, apa,
mengapa, dimana, dan bagaimana berhasil dengan sempurna. Memusatkan perhatian
pada masalah utama dan bukan pada hal-hal sepele. Mendiagnosa konflik merupakan
upaya untuk menentukan kualitas suatu konflik. Soetopo dan Supriyanto
(2003:176) menyatakan kualitas suatu konflik dapat ditinjau dari dua segi yaitu
intensitas dan keluasannya. Keduanya terkait satu sama lain, atas dasar ini
kualitas konflik dapat diklasifikasikan menjadi a) konflik ringan/kecil (jika
intensitas rendah dan keluasan kecil), konflik sedang (jika intensitas dan
keluasannya sedang), dan c) konflik besar/berat (jika intensitas tinggi dan
keluasannya besar).
Semua
konflik dimaksud pada dasarnya perlu mendapat perhatian dan dicarikan solusi
penyelesaian secara baik sesuai dengan situasi dan kondisi masing-masing.
Diagnosa konflik bertujuan untuk menentukan taktik penyelesaian, apakah
menggunakan taktik competitive (kompetisi), avoidant (penghindaran),
accomodation (akomodasi), dan sharing orientation (kompromi), atau
collaborative (kolaborasi). Organisasi harus memperhatikan konflik berdasarkan
skala prioritas. Sehingga pengkajian terhadap suatu konflik perlu diperhatikan
dengan baik agar pencapaian tujuan organisasi dapat terlaksana secara efektif
dan efisien.
C.
Menyepakati Suatu Solusi
Mengumpulkanlah
masukan mengenai jalan keluar yang memungkinkan dari orang-orang yang terlibat
di dalamnya. Saringlah penyelesaian yang tidak dapat diterapkan atau tidak
praktis. Jangan sekali-kali menyelesaikan dengan cara yang tidak terlalu baik.
Carilah yang terbaik.
D.
Mengontrol Komunikasi
Suatu
Komunikasi yang baik akan menciptakan lingkungan yang terapetik dan kondusif.
Suatu upaya yang dapat dilakukan manajer untuk menghindari konflik adalah
dengan menerapkan komunikasi yang efektif dalam kegitan sehari-hari yang
akhirnya dapat dijadikan sebagai satu cara hidup.
Jadi
dalam penyelesaian konflik sebagai pemimpin harus tetap menjaga komunikasi yang
baik dang sopan dalam artian jangan sampai keluar kata-kata menghakimi,
kata-kata kotor sehingga suasana tetap aman.
E.
Sikap Menghindar
Menghindari
konflik dapat dilakukan jika isu atau masalah yang memicu konflik tidak terlalu
penting atau jika potensi konfrontasinya tidak seimbang dengan akibat yang akan
ditimbulkannya. Penghindaran merupakan strategi yang memungkinkan pihak-pihak
yang berkonfrontasi untuk menenangkan diri. Manajer perawat yang terlibat
didalam konflik dapat menepiskan isu dengan mengatakan “Biarlah kedua pihak
mengambil waktu untuk memikirkan hal ini dan menentukan tanggal untuk melakukan
diskusi” Russel Swanburg
mengatakan:
Menghindaradalah
suatu strategi yang memungkinkan kelompok konflik menjadi dingin. Manejer
perawar dan mengelakkan isu dengan mengatakan “marilah kedua belah pihak
mengambil waktu untuk memikirkan tentang hal ini dan tenttukan waktu untuk
memikirkan tentang hal ini dan tentukan waktu untuk pertemuan waktu berikutnya.
Jadi dalam sikap menghindar memerlukan
waktu perenungan atau kesempatan untuk berfikir bagaimana cara penyelesaian
yang lebih baik lagi.
F.
Mengakomodasi
Menghindari
konflik dapat dilakukan jika isu atau masalah yang memicu konflik tidak terlalu
penting atau jika potensi konfrontasinya tidak seimbang dengan akibat yang akan
ditimbulkannya. Penghindaran merupakan strategi yang memungkinkan pihak-pihak
yang berkonfrontasi untuk menenangkan diri. Manajer perawat yang terlibat
didalam konflik dapat menepiskan isu dengan mengatakan “Biarlah kedua pihak
mengambil waktu untuk memikirkan hal ini dan menentukan tanggal untuk melakukan
diskusi” sebagaimana dikatakan Ann Jackman mengatakan:
Pendekatan ini
nonkonfrontatif dan kooperatif, kebalikan dari bersaing. Ketika mengakomodasi,
individu mengaibaikan kepentingannya sendiri untuk memuaskan kepentingan orang
lain. Jadi, ada unsure pengorbanan diri dalam gaya ini. Akomodasi bisa
berbentuk amal atau memberkati, mematui perintah orang lain padahal anda tidak
ingin, atau menyerah pada cara pandang orang lain.
G.
Sikap Kompromi
Dalam
gaya ini perhatian pada diri sendiri maupun pada orang lain dlam posisi tengah.
Dalam kompromi setiap orang memiliki sesuatu untuk diberikan dan menerima
sesuatu. Kompromi paling efektif sebagai alat bila isu itu komplek dan menjadi
pilihan bila metode lain gagal. Kompromi hampir selalu dijadika sarana oleh
semua kelompok yang berselisih untuk memberikan sesuatu guna mendapatkan jalan
keluar atau pemecahan.
H.
Bersaing
Pendekatan ini konfrontatif dan tidak kooperatif.
Individu mengejar kepentingannya sendiri dengan mengorbankan kepentingan orang
lain. Ini adalah gaya yang berorientasi pada kekuatan. Seseorang menggunakan
kekuatan apapun yang bisa digunakan, misalnya kemampuan berdebat, sanksi
ekonomi, untuk memegang kendali. Bersaing bisa berarti membela hak anda,
mempertahankan posisi yang anda dapat benar, atau hanya berupaya untuk menang.
I.
SOLUSI
Pemecahan
sama-sama menang dimana individu yang terlibat mempunyai tujuan kerja yang
sama.Perlu adanya satu komitmen dari semua pihak yang terlibat untuk saling
mendukung dan saling memperhatikan satu sama lainnya. Mengendalikan konflik
berarti menjaga tingkat konflik yang kondusif bagi perkembangan organisasi
sehingga dapat berfungsi untuk menjamin efektivitas dan dinamika organisasi
yang optimal.
J.
EVALUASI
Meskipun
keputusan telah disiapkan oleh masing-masing kelompok dan tim mediasi,
keputusan tersebut harus dievaluasi oleh semua pihak yang terkait di dalam
perusahaan atau kantor.
BAB IV
KESIMPULAN
Manajemen
konflik adalah serangkaian proses untuk mempertemukan kemepentingan dua belah
pihak, menetralisir konflik, dan memulihkan pasca konflik. Manajemen konflik
harus diawali dengan memetakan konflik, mendengar ketarangan dua belah pihak,
mempertemukan kedua belah pihak, dan pengambilan keputusan untuk mengatasi
konflik.
Konflik
adalah saran untuk menghasilkan perubahan radikal. Konflik merupakan alat yang
dengannya manajemen berubah secara drastic struktur kekuasaaan yang ada,
pola-pola interaksi yang sedang berjalan, dan sikap yang sudah mengakar.
Kelompok
atau organisasi yang tidak mengalami konflik kiranya akan menderita apati,
kemandekan, sikap ikut-ikutan arus, dan penyakit-penyakit lainnya yang
membuatnya lemah.
Jadi,
konflik bukanlah dihindari apalagi untuk
di abaikan, akan tetapi konflik hendaklah harus dihadapi atau di kompromikan
kepada pihak yang bertingkai. Konflik
dapat diatas jika komunikasi diantara para pihak yng terjadi konflik dapat
dipahami dan dicari solusinya.