ddd

Jika Yesus Kristus adalah orang gila, stress berat, tidak mungkin ada pengikutnya. Jika Yesus Kristus seorang penipu tidak mungkin Dia mau disalib. Kesimpulannya adalah Yesus Kristus adalah Tuhan Allah yang datang ke dunia menjadi manusia

Minggu, 19 Januari 2014

PRAKTEK PELAYANAN PELEPASAN ROH JAHAT




Setiap orang percaya diberi kuasa dan otoritas untuk mengusir roh jahat. Namun kenyataan dilapangan, orang percaya merasa tidak mampu mengusirnya. Padahal Tuhan Allah sudah memberi otoritas dan kuasa untuk mengusir roh setan.  Seperti tertulis di dalam kitab Markus 16:17-18  Tanda-tanda ini akan menyertai orang-orang yang percaya: mereka akan mengusir setan-setan demi nama-Ku, mereka akan berbicara dalam bahasa-bahasa yang baru bagi mereka, mereka akan memegang ular, dan sekalipun mereka minum racun maut, mereka tidak akan mendapat celaka; mereka akan meletakkan tangannya atas orang sakit, dan orang itu akan sembuh."(TB). Letak kesalahan yang dilakukan orang Kristen pada umumnya adalah menganggap bahwa kuasa atas setan terdapat pada penyebutan “dalam nama Yesus”. Mereka menjadikan slogan “dalam nama Yesus” sebagai sebuah syarat atau mantera untuk mengusir setan. Kecenderungan ini jelas merupakan penyimpangan dari Alkitab. Dalam konteks berpikir orang Yahudi, “nama” bukan sekedar sebutan, tetapi seluruh pribadi dari yang empunya nama tersebut. Dalam Injil Yohanes ungkapan “dalam nama Yesus” muncul sekitar 10 kali (3:18; 12:13; 14:13, 14, 26; 15:16; 16:23, 24, 26), tetapi tidak ada satu ayat pun yang mengajarkan bahwa ungkapan ini hanya berfungsi secara verbal. Bagian Alkitab yang lain mengajarkan hal yang sama (Mat 18:5, 20; Mar 9:37; Luk 9:48). Sebaiknya, melakukan sesuatu “dalam nama Yesus” menuntut komitmen dan penyerahan hidup totalitas kepada Yesus.
Maka dari itu kita harus meyakini otoritas yang diberikan Tuhan kepada kita.Yesus memberi otoritas atas setan-setan kepada para murid-Nya (Mat 10:1; Luk 9:1).Berdasarkan otoritas ini mereka akhirnya benar-benar mampu mengusir setan (Luk 10:17), karena mereka telah diberi kuasa atas semua musuh (Luk 10:19). Mereka yang bukan para rasul juga diberi otoritas yang sama (Kis 8:7). Paulus juga menggunakan otoritas dalam nama Yesus untuk mengusir setan (Kis 16:18).

A.    Pengertian Pelayanan Pelepasan
Pelayanan pelepasan adalah pelayanan  pengusiran roh-roh jahat yang masuk kedalam tubuh manusia yang membuat orang itu tersiksa dan menderita. Eksorsisme dalam bahasa Latin “exorcismus”, yang berasal dari bahasa Yunani “exorkizein” yang artinya mendesak. Hal ini mengandung pengertian yaitu suatu praktek untuk mengusir setan atau makhluk halus (roh) jahat lainnya dari seseorang atau suatu tempat yang dipercaya sedang kerasukan Setan. 
    B. Rumusan Masalah
Berdasarkan urain diatas, penulis merumuskan pokok-pokok masalah dalam paper ini sebagai berikut:
Pertama, Apa yang dimaksud dengan pelayanan pelepasan? Kedua, Bagaimana ciri atau krakter seorang  pelayan pelepasan ? Ketiga, Bagaimana mengenali strategi Setan dalam pelayanan pelepasan? Keempat, Bagaimana cara mengusir setan atau roh jahat?
  C. Tujuan Makalah
      Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam paper pelayanan pelepasan ini adalah:
Pertama, Menjelaskan tentang strategi Setan! Kedua, Menjelaskan tentang pelayanan pelepasan! Ketiga, Menjelaskan  tentang cara mengusir setan! Keempat,  Mengetahui kutuk apa yang terjadi pada konseli
D.  Pentingnya Pelayanan Pelepasan
Pelayanan pelepasan itu harus dilakukan sebab banyak (dan semakin banyak) orang terikat iblis. Setan bisa masuk karena:
 Manusia itu berbuat dosa,  sering lemah rohani, tidak mempunyai pertahanan rohani.  Manusia menjadi korban kutuk-kutuk iblis yang bersifat warisan dari nenek moyang mereka. Sebelum akhir jaman, iblis masih diijinkan Tuhan bercokol di bumi ini (1 Yoh 5 :19) sehingga peperangan rohani masih akan terus terjadi. Iblis akan terus-menerus melakukan perlawanan  sehingga peperangan rohani masih harus terus dilancarkan (Ef esus 6:12).

BAB II
CIRI SEORANG PELAYAN PELEPASAN

A.    Pelayan Pelepasan Harus Mengenal Teologi Setan
Mengenal asal mula setan sangat perlu dipahami di dalam sebuah pelayanan pelepasan. Seperti sebuah pertandingan sepak bola, kalau tidak mengenal mana lawan dan mana kawan, maka otomatis tidak akan pernah gol. Atau sebuah contoh lagi di dalam sebuah peperangan. Jika tidak mengenal mana lawan dan mana kawan maka akan terjadi pembunuhan kepada kawannya. Jadi didalam sebuah pelayanan pelepasan harus terlebihdahulu mengenal siapa setan itu, dan juga bagaimana sifatnya. Maka dengan asal mula setan, maka meringankan kita untuk membuat strategi dalam mengusirnya.
Istilah setan berasal dari kata Satan (Ibrani), yang memiliki arti musuh atau lawan.Menurut sejarahnya, setan (dalam bahasa Latin disebut Lucifer) adalah penghulu malaikat yang memberontak kepada Tuhan. Sejak kekal, sebelum Adam dan Hawa diciptakan, Tuhan memerintah bersama para malaikatnya. Pemberontakan Lucifer terlihat dari keinginannya untuk menjadi penguasa yang melampaui Tuhan. Hal itu terungkap dari kata-kata ”aku hendak” seperti dicatat oleh nabi Yesaya (Yes 14:13-14): aku hendak naik ke langit; aku hendak mendirikan tahtaku mengatasi bintang-bintang; aku hendak duduk di atas bukit pertemuan jauh di sebelah utara; aku hendak naik mengatasi ketinggian awan-awan; aku hendak menyamai Yang Mahatinggi.[2] Karena memberontak, Tuhan menghukum Lucifer dan melemparkannya ke bumi.Ia jatuh seperti kilat dari langit (Luk 10:18). Dalam kejatuhannya itu, Lucifer mempengaruhi sepertiga dari malaikat-malaikat yang lain. Karena itu, dalam keberadaannya kemudian, setan memiliki kerajaannya sendiri. Setan mempunyai sistem pemerintahan yang besar dan rapi (Ef 6:12). Mereka menjadi kelompok kekuatan besar yang selamanya berseteru dengan Tuhan dan Kerajaan-Nya.
A.    Mengetahui Sifat Iblis
Mengetahui kehidupan iblis sangatlah penting di dalam pelayanan pelepasan. Paulus menggambarkan sifat-sifat iblis dalam suratnya kepada jemaat di Efesus (Ef 6:10-12) sebagai berikut. Pertama, iblis sangat licik dan jahat. Pada ayat 11, Paulus menekankan soal “tipu muslihat iblis”. Dengan cara itu, iblis menghalangi karya Tuhan dalam kehidupan manusia. Iblis membuat manusia terombang-ambing dalam permainan palsu dan segala bentuk kelicikan (Ef 4:14). Iiblis adalah musuh yang mempunyai kuasa supranatural. Ketika Paulus menandaskan supaya kita menjadi kuat di dalam kekuatan kuasa Tuhan, sesungguhnya ia sedang berbicara tentang kekuatan dan kuasa si iblis itu (ayat 12). Iblis mempunyai system pemerintahan dan organisasi kekuasaan yang kokoh. Ketika para murid gagal mengusir setan yang menguasai seseorang (dalam pelayanan pelepasan), Yesus memberi penjelasan bahwa itu terjadi karena mereka kurang beriman (Mat 17:17) dan karena pelayanan pengusiran itu membutuhkan doa dan puasa (Mat 17:21).
Yesus menjelaskan dengan baik bagaimana manusia bisa dikuasai setan (Mat ius 12:43-45): ”Apabila roh jahat keluar dari manusia, ia pun mengembara ke tempat-tempat yang tandus mencari perhentian. Tetapi ia tidak mendapatnya. Lalu ia berkata: Aku akan kembali ke rumah yang telah kutinggalkan itu. Maka pergilah ia dan mendapati rumah itu kosong, bersir tersapu dan rapi teratur. Lalu ia keluar dan mengajak tujuh roh lain yang lebih jahat dari padanya dan mereka masuk dan berdiam di situ. Maka akhirnya keadaan orang itu lebih buruk daripada keadaannya semula.”Penjelasan itu memberikan beberapa poin penting, pertama, manusia itu seperti sebuah rumah, iblis dapat masuk, tinggal, dan menguasai rumah itu. Iblis dapat diusir keluar dari rumah itu (Mrk 16:17; Yak 4:7) iblis akan masuk kembali dan merebut manusia itu kembali karena memang ingin menghancurkan manusia (Yohanes 10:10), maka rumah itu jangan dibiarkan kosong, harus diisi dengan Penghuni baru (Roh Kudus) sehingga manusia percaya menjadi rumah Tuhan, Bait Roh Kudus (1 Kor 6:19).
B.     Seorang Pelayan Pelepasan Harus Lahir Baru
Seorang pelayan harus mengalami pertobatan  sejati. Alkitab memberikan satu contoh tentang orang yang gagal mengusir setan karena mereka tidak bertobat sungguh-sungguh. Dalam Kisah Rasul 19:13-18 dikisahkan tentang anak-anak Skewa yang justru diserang oleh setan setan. Mereka adalah para tukang jampi Yahudi yang menganggap bahwa pengusiran setan dapat dilakukan melalui mantera tertentu. Mereka memang menggunakan nama Yesus dalam pengusiran, tetapi mereka tidak memiliki hubungan pribadi dengan Yesus. Kisah ini menunjukkan bahwa pertobatan memegang peranan sangat penting dalam pengusiran setan. Bagaimana mungkin seseorang yang tidak percaya kepada Yesus dapat menerima otoritas dari Dia? Bagaimana orang yang tidak memiliki Roh Kudus dalam dirinya dapat mengalahkan roh lain di dunia ini (band. 1Yoh 4:4)? Kebenaran ini selaras dengan apa yang dikatakan Yesus kepada murid-murid yang sedang bersukacita karena setan-setan takluk kepada mereka. Yesus memberi nasehat agar mereka bersukacita bukan terutama karena setan-setan itu takluk, tetapi karena nama mereka ada di surga (Lukas 10:20).
C.    Menjaga Hubungan Pribadi dengan Tuhan
Menjaga kekudusan dan hubungan yang intim dengan Tuhan.Walaupun kita diberi otoritas atas setan-setan, tetapi otoritas ini bukanlah sesuatu yang inheren dalam diri kita. Otoritas ini kita miliki berdasarkan status kita di hadapan Allah dan relasi kita dengan Dia. Iblis akan mundur dari kita kalau kita mau tunduk kepada Allah (Yak 4:7). Alkitab mencatat beberapa contoh ketidakberhasilan murid-muri Yesus mengusir setan karena mereka kurang menjaga kerohanian mereka. Yesus menyarankan supaya mereka lebih serius dalam iman, doa, dan puasa (Mat 17:20-21). elawan iblis dengan iman yang teguh (1Petrus 5:9). [3] Dalam Injil Markus, Yesus menjelaskan kegagalan ini karena “jenis ini tidak dapat diusir kecuali dengan doa” (Markus 9:29). Ayat ini tidak berarti bahwa orang percaya perlu berdoa secara khusus dan lama untuk mengusir suatu setan. Yesus pun seringkali mengusir setan hanya dengan satu kata (tanpa berdoa lebih dahulu). Ayat ini mengajarkan bahwa doa yang terus-menerus akan menghasilkan kuasa yang lebih besar bagi orang percaya. [4]
Praktek pelayanan pelepasan harus menyangkut dimensi spiritual (peperangan dengan setan-setan) sehingga konselor harus benar-benar berkapasitas secara spiritual. Ketrampilan konseling dan pengetahuan teologia saja tidak cukup. Konselor harus benar-benar paham tentang alam roh, peka dengan Roh Kudus, dan penuh urapan.
D.    Percaya dan Yakin Bahwa Tuhan  memberi Otoritas
Yesus memberi perintah supaya orang pecaya mengusir setan-setan (Mat ius 10 :8)Yesus berjanji bahwa orang percaya bisa mengusir setan dengan menggunaan nama-Nya (Mrkus 16:17).Tuhan memberi Roh Kudus sehingga anak-anak Tuhan penuh dengan kuasa illahi (Kis 1:8). Kita harus meyakini otoritas yang diberikan Tuhan kepada kita.Yesus memberi otoritas atas setan-setan kepada para murid-Nya (Mat 10:1; Luk 9:1). Berdasarkan otoritas ini mereka akhirnya benar-benar mampu mengusir setan (Luk 10:17), karena mereka telah diberi kuasa atas semua musuh (Luk 10:19). Mereka yang bukan para rasul juga diberi otoritas yang Sama (Kisah 8:7). Paulus juga menggunakan otoritas dalam nama Yesus untuk mengusir setan (Kis 16:18). Kita tidak perlu takut terhadap setan. Kita tidak usah membingungkan pola atau metode tertentu agar pengusiran kita lebih mujarab. Kita tidak perlu menghardik dengan suara yang sangat keras. Kita dapat menggunakan otoritas ini secara langsung atau – lebih baik – dengan mengutip ayat-ayat Alkitab tertentu yang mengajarkan tentang kemenangan Yesus atas iblis.
E.     Mengetahui Penyebab Masuknya Roh jahat
Masalah-masalah yang muncul dalam tubuh jasmani, kejiwaan, kepribadian, dan kehidupan dapat dicurigai sebagai gejala-gejala yang mengindikasikan adanya ikatan roh-roh iblis.Di bawah ini adalah daftar ikatan-ikatan roh jahat yang teridentifikasi dari masalah-masalah yang muncul dan dari riwayat kehidupan seseorang.
Cara mengidentifikasi adanya ikatan roh-roh jahat dalam diri konseli? Kita dapat menganalisis dari gejala-gejala yang tampak dalam jiwa, tubuh, dan kehidupan konseli kita. Sebagai contoh adalah:danya penyakit yang aneh, ini dapat dicurigai sebagai akibat pengaruh setan adanya kecelakaan bertubi-tubi yang aneh, ini dapat dicurigai sebagai akibat kutu danya mimpi-mimpi yang aneh, ini dapat dicurigai sebagai serangan kuasa gelap          adanya ikatan dosa yang kronis, ini dapat dicuragai sebagai bukan sekedar masalah psikologis, tetapi masalah demonis.  Untuk mengetahui lebih dalam dapat melakukan wawancara mendalam (deep interview) melalui proses konseling maupun pengisian kuesioner) untuk mengetahui sejarah keterikatan dengan iblis. Sehingga melalui wawancara ini, sangat membantu untuk mengetahui roh apa yang ada pada konseli.

BAB III
PRAKTEK MELEPASKAN ROH JAHAT
Setelah mengetahui ciri seorang pelayan pelepasan pada bab II, maka seorang pelayan tinggal mempraktekkannya dengan yakin dan percaya sepenuh kepada Tuhan. Perlengkapan yang digunakan dalam pelayanan pelepasan adalah:
A.    Menggunakan Kuasa dan Otoritas
Otoritas telah diberikan kepada kita untuk mengusir, menginjak setan-setan, juga kuasa untuk menahan kekuatan mereka. Untuk itu kita diberi seluruh perlengkapan senjata Allah. Pada dasarnya, setiap orang percaya bisa mengusir setan-setan di dalam nama Yesus (Mrk 16:17). Yesus, pemimpin kita berkata : "Lihatlah, Aku memberikan kamu kuasa atas segala penguasa musuhmu" (Luk 10:19).
Jadi kita sudah diberi kuasa dan otoritas untuk mengalakan kuasa roh jahat. Kita tinggal menggunakannya dengan yakin dan teguh. Sebab jika kita tidak yakin, maka setan akan menertawakan kita. Maka dari itu yakinkan anda berada di dalam Yesus. Berarti dibutuhkan sikap penundukan diri kepada yang memberi otoritas sendiri yaitu Tuhan Yesus Kristus.
B.     Menggunakan Senjata yaitu Firman Allah
Tuhan telah memberikan senjata-senjata rohani kepada kita sehingga memenangkan peperangan rohani melawan iblis (Ef 6 :10-18) mengenakan selengkap senjata Tuhan (Ef esus 6:14-18), meliputi: ikat pinggang kebenaran, yaitu hidup dalam kebenaran Firman, baju zirah keadilan, yaitu hidup benar, suci, murni, tulus, lurus, kasut kerelaan memberitakan Injil, yaitu tujuan untuk membawa jiwa-jiwa kepada Kristus, perisai iman, ketopong keselamatan, yaitu pikiran yang berpusat pada Kristus Juruselamat,  pedang Roh, yaitu Firman Tuhan,  doa yang terus menerus. Firman Allah. "Pedang roh, yaitu Firman Allah". [7]Ini adalah satu-satunya senjata yang diberikan pada kita yang dipakai untuk menyerang. Pedang roh, Firman Allah.

C.     Menutup Semua Pintu Untuk Iblis
Menutup pintu untuk iblis adalah menutup semua cela yang ada pada diri orang atau yang kita layani itu. Seperti adanya kutuk warisan nenek moyang mungkin kutuk gagal, kutuk mati muda, kutuk stress, kutuk gila, dan lain-lain. Intinya kutuk ini harus diputuskan dulu supaya tidak ada cela iblis masuk kedalam diri orang. Dan jika cela belum ditutup maka tetap ada kesempatan iblis untuk masuk ke dalam diri orang itu.[8] Cela yang dimaksud adalah segala kejahatan yang pernah dilakukan konseli atau mungkin dari garis keturunan atau mungkin juga dari faktor orang lain. Itulah sebabnya perlu sebuah wawancara untuk memahaminya lebih dalam sehingga pelayanan kita lebih leluasa.
D.    Mengikat Roh Jahat di dalam Nama Yesus
Jadi dengan demikian, Pelayanan pelepasan adalah perbuatan mengeluarkan roh-roh jahat dengan memakai suatu perintah yang penuh kuasa di dalam nama Yesus. Pada umumnya, pelayanan pelepasan dapat dijelaskan paling baik sebagai doa yang kuat yang diucapkan di dalam nama Yesus melawan penyakit-penyakit yang menyerang roh, jiwa, atau tubuh. Diri manusia terdiri dari tiga bagian yang tidak dapat dipisahkan yang terdiri atas tubuh, jiwa dan roh.  Keistimewaan mujizat-mujizat Yesus terletak dalam makna sebagaimana yang dimengerti Yesus sendiri dan maknanya itu terikat pada pemberitaan Yesus tentang Kerajaan Allah.Yesus secara khusus menghubungkan kehadiran Kerajaan Allah dengan Pengusiran roh-roh jahat.
A.    Mengusir Roh Jahat dengan Darah Yesus
Pada dasarnya, iblis telah dikalahkan oleh Yesus di kayu salib (1 Korintus 15:27).Oleh darah Yesus Kristus segala kutuk sudah diputuskan.Jadi darah Yesus begitu berkuasa mengusir setan, memutus kutuk, menutup cela dengan darah Yesus Kristus. Sebab darah Yesus membenarkan dosa setiap orang yang mau mengakuinya sebagai Tuhan dan juruselamat.Dengan memahami bahwa darah Yesus telah membayar kita lunas oleh darah-Nya, maka kita mengerti bahwa kita milik Allah sebab telah lunas dibayar. Kepada iblis. Jadi dengan mengerti bahwa kita tubuh yang dibeli lunas, maka iblis pun tidak ada alasan untuk beralasan.
Pada waktu Yesus dikayu salib bahwa kutuk manusia sudah diselesaikan oleh Yesus dan oleh darah-Nya semua kutuk warisan diselesaikan. Jadi kalau roh jahat yang pada diri orang itu belum bisa keluar, maka ada dua kemungkinan yang perlu dipertanyakan. Yang pertama, kemungkinan orang yang dirasuki setan belum menerima Yesus, dan yang kedua orang yang mengusir setan hidupnya belum beres.


BAB IV
KESIMPULAN

Setelah mempraktekkan pelayanan pelepasan kepada orang yang kerasukan setan di lapangan, maka ditulis dalam sebuah makalah bahwa pelayanan pelepasan adalah pelayanan yang semua orang  percaya bisa melakukannya sebab semua orang yang percaya kepada Yesus Kristus diberi kuasa dan otoritas.
Dari penjelasan bab I dan II, menjadi sebuah kunci utama di dalam pelayanan pelepasan. Dan terbukti bahwa pelayanan pelepasan yang penulis lakukan atau praktekkan benar-benar nyata kuasa Tuhan. Iblis di usir dan pergi, dan orang kerasukan roh jahat itu mengalami kelegaan dan kelepasan. Maka dari itu, melalui penulisan makalah ini mengajak semua orang percaya untuk belajar mempraktekkannya. Jadi mulai sekarang praktekkan dan pakai senjata yaitu Firman Allah menjadi alat menghancurkan roh jahat. Dan yakinkan diri anda, dan jangan ragu-ragu supaya kita tidak diserang. Saya percaya disaat anda di dalam Tuhan, saya percaya bahwa anda ada dalam naungan dan perlindungan Tuhan.
Kiranya melalui penulisan makalah mengingatkan kita kembali untuk mengasah alat yang kita pegang yaitu Firman Allah sebagai alat mengusir setan. Jadi, kesimpulannya bahwa setiap orang yang percaya di dalam Tuhan bisa mengusir setan dan mengadakan pelayanan pelepasan bagi yag terikat kuasa kegelapan.
Jadi karunia membedakan roh, merupakan salah satu karunia rohani yang membutuhkan untuk mendiagnosis ganguan jiwa

Sebaliknya sebagian kaum professional seperti dokter mengabaikan adanya factor-faktor spiritual yang perlu diperhatikan saat terapi. Buku ini menawarkan pendekatan holistic dan intehratif. Dan melalui dengan mendiagnosis dengan tepat dari ganguan jiwa murni maupun disetai kepercayaan adanya gangguan jiwa murni maupun disertai kepercayaan adanya gangguan roh jahat.

Menurut buku ini, sebagian dari para ahli menyatakan bahwa factor lingkunganlah yang menjadi penyebab utama skizoprenia, dan bukannya factor genetic. Faktro lingkngan yang mempengaruhi  atau menimbulkan penyakit ini antara lain: Kebudayaan, ekonomi, pendidikan, factor social, ekonomi pendidikan, penggunaan obat-obatan, stress karena pemerkosaan, penganiaayaan yang berat dan sebagainya.
Jadi, menurut buku ini, untuk membedakan dang mengetahui apakah itu gangguan jiwa atau roh jahat. Bisa diketahui dengan konseling kepada keluarganya atau orang yang defresi tersebut. Kalau memang morang itu dirasuki oleh setan harus di usir di dalam nam Yesus Kristus. Sebab Yesus memberikan kuasa untuk mengsir setan.
Kuasa Firman Tuhan akan membantu kita menjadi manusia baru yang terus menerus diperbaharui dari hari ke hari. Dan Firman Tuhan menegaskan bahwa dalam Kristus kita sudah dilepaskan dari kutuk.




























































Minggu, 27 Oktober 2013

MENJADI SEORANG PEMBICARA YANG PROFESIONAL BY Kristalon Sinaga




BAB I
PENDAHULUAN

Berbicara menjadi seorang pembicara di depan umum adalah sebuah proses yang mempunyai waktu yang lama untuk belajar dan berlatih.  Jika kita mengingat pengalaman waktu masih kecil atau katakanlah waktu SD dan SMP, bahkan SMA, ketika disuruh berbicara di depan umum, mungkin sebuah komunitas biasanya ada rasa dek-dekan artinya sudah terlebih dahulu ada perasaan gorogi, gugup, gemetar, merasa minder dan perasaan takut.  Namun semenjak melanjut untuk perguruan tinggi, mau tidak mau harus belajar berbicara di depan umum, mungkin mempersentasikan materi yang diberikan dosen. Atau memimpin sebuah rapat kecil. Dan mau tidak mau harus belajar untuk bertahan berdiri, berkomunikasi di depan umum.
Ternyata berkomunikasi public atau di depan umum memakan waktu yang lama untuk belajar tidak grogi, dan secara pribadi penulis setelah menginjak perguruan tinggi di sebuah Sekolah Tinggi Teologi harus bisa berkomunikasi di depan public seperti menyampaikan khotbah.  Dan menyampaikan khotbah ini adalah sebuah keharusan bagi para teologi khususnya yang berminat dibidang kependetaan. Dan mau tidak mau harus belajar untuk berbicara, yang dahulunya tidak bisa berkomunikasi, sekarang harus dilatih terus baik dari segi mental maupun secara pengetahuan.
Jadi untuk menjadi seorang pembicara professional harus belajar dan belajar, berlatih dan berlatih  untuk menggali serta harus menyerap banyak pengetahuan dari buku-buku maupun dari para senior  untuk disampaikan baik di dalam sebuah seminar maupun komunitas.
A.    Tujuan Komunikasi Publik
Penulis mempunyai tiga tujuan dalam menulis makalah ini, yaitu pertama memberikan pengajaran tentang metoda berbicara atau berkomunikasi yang efektif, berkualitas atau profesional. Kedua, menjadikan pembicara yang mempunyai nilai etika berbicara didalam menyampaikan pesannya atau materi yang dibawa. Dan ketiga memberikan pengajaran yang benar, memotivasi serta menghibur para audiens. Dan juga menjadi seorang pembicara yang disenangi oleh para audiens.
B.     Pentingnya Komunikasi

Alasan utama penulis melakukan penulisan makalah ini ialah memberikan pemahaman yang mantaf tentang komunikasi public yang bermutu. Penulis berharap melalui penulisan makalah ini, memunculkan pengetahuan yang lebih baik lagi tentang komunikasi public. Alasan yang kedua adalah masih banyak pembicara yang masih belum bisa menempatkan diri sebagai pembicara yang professional. Dan yang ketiga, masih banyak pembicara yang tidak bisa membawa suasana yang hidup dalam artian membuat orang bosan mendengar, maka dari itu melalui penulisan makalah ini akan dibahas menjadi pembicara yang professional yang disenangi oleh banyak orang.
C.     Rumusan Masalah
Rumusan masalah yanmg dibahas dalam makalah ini adalah: kurangnya pelatihan atau teknik berbicara, merosotnya integritas  seorang pembicara seperti seribu janji, namun hanya janji palsu.
D.    Metode Penelitian
Metode yang digunakan penulis adalah penelitian dokumen atau deskriptip. Pendeskripsian yang dimaksudkan adalah penjelasan tentang pembuktian  dari data-data dari pustaka.

BAB II
TEORI ILMU KOMUNIKASI PUBLIK

Teori komunikasi adalah sebuah pandangan atau strategi yang akan membentuk  alat dan rangka kerja untuk sesuatu perkara yang hendak dilaksanakan. Terdapat dua aspek utama yang dilihat secara tidak langsung dalam bidang ini sebagai satu bidang pengkajian yang baru. Aspek pertama ialah perkembangan dari beberapa sudut atau kejadian seperti teknologi komunikasi, perindustrian dan politik dunia. Teknologi komunikasi contohnya radio, televisi, telefon, setelit dunia, memperlihatkah bagaimana kesan politik terhadap publik sehingga menimbulkan propaganda dan pendapat umum. Seterusnya perkembangan perindustrian, perusahaan, meningkatkan mutu teknologi menuntut betapa perlunya komunikasi yang berkesan untuk meningkatkan produktivitas dan kualitas agar mencapai maksud atau tujuan organisasi tersebut.
A.    Latar Belakang Komunikasi
Komunikasi public atau penyebaraninformasi dari satu orang kepada orang banyak. Hal ini bukan merupakan konteks yang baru; berbicara didepan umum telah ada sezak dulu dan terus ada hingga saa ini. Dr. Phil, Bill Clinton, Bill Gates, oprah winfrey, dan hanyalah beberapa dari banyak figure public kontemporer yang sering dicari sebagai pembicara public. Jadi di dalam berbicara di depan public, para pembicara biasanya memiliki tiga tujuan utama dalam benak mereka: Memberi informasi, menghibur dan membujuk. Tujuan terakhir persuasi inti dari komunikasi.
B.     Pengertian Komunikasi
Komunikasi publik (public communication) adalah komunikasi antara seorang pembicara dengan sejumlah besar orang (khalayak), atau sebuah komunitas scukup  besar yang tidak bisa dikenali satu persatu. Komunikasi ini sering juga disebut pidato, khotbah disebuah KKR, ceramah, atau kuliah (umum). Komunikasi publik biasanya berlangsung lebih formal dan lebih dari sulit dari pada komunikasi antar pribadi atau komunikasi kelompok, karena komunikasi publik menuntut persiapan pesan yang cermat, intelektualyang cukup lumayan, pengalaman, keberanian dan kemampuan menghadapi sejumlah besar orang. Jadi, Theodorson and Theodorson (1969): “bentuk transmisi/penyampaian informasi, ide, sikap dan emosi dari satu orang atau grup ke yang lain yang utama melalui symbol”
Dari definisi komunikasi di atas, terlihat bahwa adaya informasi, adanya transmisi atau pemindahan dan adanya simbol merupakan hal penting dalam komunikasi.
C.     Ciri-ciri Komunikasi Publik
Ciri-ciri komunikasi publik adalah : terjadi di tempat umum (publik), misalnya di kelas, tempat ibadah (masjid, gereja) di hadiri sejumlah besar orang; merupakan peristiwa sosial yang biasanya telah direncanakan alih-alih peristiwa relatif informal yang tidak terstruktur; terdapat agenda; beberapa orang ditunjuk untuk menjalankan fungsi-fungsi khusus, seperti memperkenalkan pembicara, dan sebagainya; acara-acara lain mungkin direncanakan sebelum atau sesudah ceramah disampaikan pembicara. Satu pihak (pendengar ) cenderung lebih pasif. Sering bertujuan untuk memberikan pengajaran, penerangan, menghibur, memberikan penghormatan dan membujuk untuk hidup kepada kebenaran.
D.    Tujuan Komunikasi
Kegiatan berbicara dapat dilakukan dengan beragam tujuan. Jika memperhatikan tujuan, tentu pembicara akan menempatkan dirinya sebagai penyampai informasi, menghibur, atau memotivasi. Kegiatan itu akan berpengaruh terhadap gaya dan teknik penyampaiannya. Jika bertujuan untuk menyampaikan informasi, pembicara dapat bersuara datar dan tidak terlalu sering melakukan gerakan kinestetik lainnya. Jika bertujuan untuk menghibur, pembicara diwajibkan untuk dapat menampilkan sikap empati dan simpati kepada para audiens, jadi tidak dibuat-buat.

BAB III
MENJADI SEORANG PEMBICARA
YANG PROFESIONAL

A.    Berkomunikasi Secara Efektif
Menjadi seorang pembicara yang professional dan efektif, perlu membutuhkan proses yang  lama. Dan seorang pembicara profesioanal harus banyak berlatih baik secara kognitif, mental, suara, gaya tubuh, nada suara, penguasaan panggung serta yang menjadi motto di dalam hidupnya adalah “Berlatih dan berlatih sampai bisa” Jadi tidak ada kata menyerah. I Can do. Jadi, berkomunikasi di depan public sangatlah penting memahami teknik serta menjaga etika atau yang paling sering disebut integritas.  Seperti memperhatikan konteks. Tujuan untuk memahami konteks adalah agar para pendengar tidak bosan, tersinggung didalam pembicaraan. Sehingga pendengar bisa merasa puas dengan materi atau seminar yang dibawa.
Teknik berbicara efektif adalah berbicara secara menarik dan jelas sehingga dapat dimengerti dan mencapai tujuan yang diharapkan di dalam komunikasi. Teknik berbicara di dalam berkomunikasi harus menyesuaikan diri antara komunikator dan komunikan kepada pesan (message) yang dipercakapkan. Secara sederhana, teknik berbicara di dalam komunikasi secara aktif dan efektif adalah sebagai berikut :
1.      Persiapan Penyajian Materi
Persiapan yang dimaksud adalah persiapan mulai penyajian materi,  pendahuluan, tujuan, ruang lingkup, isi pembicaraan, penutup pembicaraan atau kesimpulan. Dan untuk penjelasannya sebagai berikut:
 Pertama, “Pendahuluan”  didalam isi pendahuluan ini  bagaimana memunculkan motivasi yang menarik perhatian para pendengar. Dan  mengemukakan pentingnya isi ceramah atau kegunaannya dalam kehidupan sehari-hari atau untuk masa depan pendengar. Sehingga dari awal pendahuluan pendengar tertarik untuk mengikutinya sampai kepada isi pembicaraan.
Kedua, “Tujuannya”, dengan adanya tujuan ini menentukan arah atau sasaran didalam fungsinya.  Sehingga jelas tujuan utama pembahasan yang dibicarakan.
Ketiga, “Ruang lingkupnya.”  Isi pendahuluan harus mengemukakan ruang lingkup pembicaraannya yaitu batas-batas pembahasan yang akan dibicarakan. Sehingga tidak melantur kemana-mana.
Keempat, “ Isi pembicaraan “ Seorang komunikator dalam menguraikan isi dari suatu pembicaraan hendaknya :Sistematis, lancar atau tidak ada gangguan, Harus menarik perhatian pendengar, Uraiannya harus jelas, mudah ditangkap, dimengerti dan dihayati, Uraiannya darus mengesankan dan menggunakan alat peraga, pembahasannya harus tertuju atau terarah kepada tujuan. Jadi tidak berbelat-belit. Sistematis artinya uraian pembicaraan tidak menyimpang dari pokok bahasan dan urutannya harus logis. Maksudnya logis adalah uraian pokok bahasannya umum menuju yang khusus atau dari yang khusus menuju bahasan yang umum.
Kelima,” Penutup pembicaraan atau kesimpulan”. Di dalam penutup pembicaraan perlu dikemukakan hal-hal yang penting, yaitu ada ringkasan, motivasi, saran pembicara kepada pendengar, ucapan terima kasih dan minta maaf  kepada para pendengar.
2.      Persiapan Mental
Persiapan mental yang dimaksud adalah seorang pembicara mampu menarik perhatian audiens sehingga para audiens merasa puas, senang dengan materi yang dibawa oleh pembicara.  Untuk menjaga suasana yang hidup, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan:
Pertama, mempersiapkan mental dengan baik, yakni dengan memahami kondisi ruangan dan psikologis audiensnya.
Kedua, sering berlatih dengan baik dan teratur di depan cermin, dengan maksud agar pembicara mampu melihat mimik dan ekspresi mukanya. Sehingga ketika dipanggung bisa member yang terbaik.
Ketiga, untuk menjaga suasana hidup, seorang pembicara tidak salah menyelipkan humor-humor atau cerita lucu di antara pembicaraan yang disampaikan, sehingga pendengar tidak merasa bosan.    

3.      Penyajian Alat bantu  (Media)
Pembicaraan yang hanya disampaikan dengan kata-kata tanpa alat bantu peraga hasilnya diresapi pendengar.  Di dalam mempergunakan alat bantu seperti alat peraga, seorang pembicara harus menyiapkan hal-hal berikut :
Pertama, Gambar-gambar atau bagan-bagan yang ditulis pada karton manila
Kedua, Alat-alat peraga yang nyata atau alat peraga yang sebenarnya seperti lidi, ember, sapu tangan, botol aqua, apa-apa saja bisa asalkan kreatif dan aktif.
Ketiga, Slide proyektor yang menarik dan film singkat yang memberi makna kepada para audiens.
Tujuan alat bantu berupa media di atas memberikan audiens untuk dapat dimengerti secara cepat bahkan membuat para audiens untuk selalu mengingat akan pesan yang disampaikan para pembicara meski waktunya sudah lama.  Jadi ternayata bahwa melalui media pesan yang disampaikan bisa menyimpan di dalam memory ingatan audiens daripada hanya sekedar komunikasi.
4.      Penyajian  Gaya bahasa  Tubuh  dalam berbicara
Gaya bahasa berbicara sangat mempengaruhi suasana. Banyak audiens tidak puas, bosan bahkan saking bosannya pergi meninggalkan ruangan. Untuk mengatasi hal ini seorang pembicara perlu memperhatikan bagaimana seharusnya berbicara yang baik yang bisa membuat para audiens tertarik, mata mereka terbuka, bersemangat. Biasanya para audiens malas atau bosan mendengar  karena pembicara terlalu cepat ngomongnya, nadanya monoton, gerak tubuhnya tidak ada, kontak matanya tidak menguasai situasi. Maka dari itu pentingnya memahami gaya bahasa di dalam berbicara.
4.1.Penekanan Suara
Seorang pembicara yang professional suaranya harus lantang, jelas dan tepat.  Di samping suaranya harus jelas juga jangan monoton (satu nada). Pada waktu bicara juga diharapkan suaranya cukup keras, jelas, bersemangat dan berirama atau bervasiasi.  Yang dimaksud berirama adalah penekanan suaranya mempunyai variasi dalam artian kadang tinggi, kadang rendah, kadang menekan, kadang lembut (dalam artian tetap jelas).  Jadi,tempo bicara yang ideal adalah tempo yang terlalu lambat dan tidak terlalu cepat. Tempo sedang dapat dikatakan baik, namun klau seseorang pembicara menghadapai waktu yang terbatas atau keadaan memaksa, ia harus dapat menyelesaikan presentasinya dengan cepat. 
Penekanan suaran Seperti film naga Bonar yang pertama. Ada satu dialog yang mengilustrasikan perlunya penekanan pada kata yang menjadi pesan  utama. Sudah kubilang jangan bertempur, (jeda) bertempur pula kau, matilah kau, Begitu yang diucapkan naga Bonar (Deddy Mizwar). Bang Deddy memberi tekanan pada kata matilah kau. Ia meninggikan suaranya, dan kita audiens sadar akan konsekuensi melanggar 
Jeda sangat berfungsi seperti koma, titik koma, titik, dan tanda seru. Jeda adalah tanda-tanda dalam berbicara. Jeda adalah “saat diam yang penuh dengan pikiran”. Jeda hanya lebih dari hanya sekadar berhenti berbicara, sebab jeda juga member para pendengar suatu kesempatan singkat untuk berpikir, merasakan, dan merespon. 
4.2. Mengatur tatanan Bahasa
Seorang pembicara yang professional harus memperhatikan tatanan bahasa yang benar sehingga para audiens bisa memahami dengan baik apa yang menjadi pesan. Dan mengenai tentang penggunaan bahasa asing seperti typology-typology harus diterjemahkan sehingga mudah dipahami oleh para pendengar atau audiens.
4.3.Gerak-gerik
Gerak-gerik yang dimaksud adalah sikap tubuh, Tujuan gerak-gerik ini adalah untuk menyampaikan pesan kepada orang yang tidak bisa bicara atau bisu, disamping itu gerak ini bisa menyampaikan pesan yang kurang jelas di dalam kata-kata  sehingga audiens mengerti apa yang dimaksud. Gerakan tangan harus seimbang dengan pembicaraan.  Gerakan badan atau tangan jangan dibuat-buat. Dan jangan terlalu banyak gerak-gerika. Gerakan harus diperlukan sebaiknya ketika kurang jelas di dalam kata-kata. Sikap badan pada waktu berbicara hendaknya tegak, tapi tidak kaku dan dapat terlihat dengan jelas oleh pendengarnya.  Seorang harus memanfaatkan seluruh tubuhnya sebagaimana yang dijelaskan di dalam buku cara berkhotbah yang baik:
Pada umunya, para professional memanfaatkan keselurhan tubuhnya. Konduktorsimponi, pianis konser, pelempar bola baseball, wasit, actor, dan pemain golf semua memberikan tubuh mereka pada apa yang mereka kerjakan. Demikian juga dengan pembicara yang baik, ia pun membiarkan tubuhnya untuk berbicara baginya. Inilah prinsip dasar untuk gerakan dan gerak tubuh:isi harus memotivasi gerakan.
Jadi gerakan tubuh sangatlah bermanfaat untuk menciptakan suasana yang hidup atau bergairah. Sehingga para audiens yang mendengar pun semangat dan tertarik. Dan gerak tubuh harus spontan dan berkembang dari dalam sebagai hasil dari keyakinan dan perasaan.
4.4. Sikap Badan
Seorang pembicara yang professional harus menguasai sikap badanya. Jadi sikap badan pada waktu bicara tidak bungkuk, harus tegap atau  lurus.  Jadi sikap badanya harus diperhatikan agar audiens merasa aman di dalam penyampaian pesan. Jika memang pembicaranya badanya bungkuk, alangkah baiknya dengan jujur diberitahukan kepada para audiens dengan cara penyampaian canda, sehingga para audiens mengerti keberadaan pembicara tersebut.
4.5.Kontak Mata
Kontak mata disaat berbicara sangat mempengaruhi situasi.  Pada waktu berbicara, pandangan mata harus menyeluruh dan cara melihatnya selalu berpindah-pindah dan tidak boleh satu arah. Tujuan di dalam pandangan ini adalah memperhatikan respon audiens sekaligus memperhatikan audiens yang sedang ngantuk sehingga sebagai pembicara harus melakukan situasi yang berbeda seperti kadang member humor sehingga yang tadi sudah hamper ngantuk bisa melek kembali. Pentingnya kontak mata yang baik kepada audiens karena bisa bercerita.
 Ketulusan tatapan mata yang dilakukan oleh seorang pembicara akan menyampaikan pesan yang lebih kuat daripada audiens dibanding cara lainnya. Ketika kita menatap audiens, mereka yakin bahwa kita peduli terhadap mereka.
4.6. Menguasai Panggung
Seorang oembicara harus peka terhadap situasi dan mampu menarik perhatian audiens. Untuk menarik perhatian audiens, terdapat beberapa hal yang harus dipersiapkan oleh pembicara selain persiapan materi yang matang, yaitu:
Pertama, Mempersiapkan mental dengan baik, yakni dengan memahami kondisi ruangan dan psikologis audiensnya.
Kedua, Berlatih dengan baik dan teratur di depan cermin, dengan maksud agar pembicara mampu melihat mimik dan ekspresi mukanya.
Ketiga, Menyesuaikan penampilan fisik sebelum tampil di atas panggung.
Keempat, Menyelipkan humor-humor atau cerita lucu di antara pembicaraan yang disampaikan, sehingga pendengar tidak merasa bosanatau jenuh.
Menguasai panggung sebagai pembicara adalah sangatlah penting untuk menghidupkan suasana. Dengan penguasaan panggung maka seorang pembicara merasa percaya diri dan leluasa di dalam penyampaian materi atau informasinya maupun pesan yang diberikan.
B.     Etika Berbicara
Ketika penulis makalah ini masih kecil, teringat sering dimarahi orangtua disaat memotong pembicaraan orangtua. Jadi etika berbicara sangatlah penting untuk diperhatikan bagi seorang yang professional.  Karena etika berbicara ini membuktikan berhasil atau tidak sebagai seorang pembicara yang disukai banyak orang. Jadi bisa dikatakan kunci no 2 (dua) keberhasilan seorang pembicara terletak pada etika berbicaranya. Sebab pada umumnya focus perhatian audiens mengarah kepada etikanya yang baik yang dapat diteladani dan disertai kesaksian hidupnya yang telah nyata. Maka otomatis dengan kesaksian hidup yang nyata, maka para audiens akan tertarik dan senang dengan pembicara itu. Atau sering disebut “sudah senang terlebih dahulu dengan pembicaranya, maka dengan otomatis akan mengikuti jalur pembicaraan yang dibawa par a pembicara tersebitut. Itulah sebabnya sebagai pembicara perlu memperhatikan beberapa hal dibawah ini: 
1.      Pakaian yang Sopan
Pakaian yang digunakan sebaiknya yang rapi,  lengkap dan sopan, tidak boleh pakai kaos oblong, karena hal ini bisa mempengaruhi integritas. Pakaian rapi artinya mengenakan pakaian terlihat wajar, teratur, dan serasi. Pakaian lengkap artinya sesuai dengan apa semestinya. Pakaian yang sopan artinya pakaian yang pantas dipakai menurut etika berpakaian.
2.      Menjaga Kesantunan
`Pembicara itu dapat diibaratkan sebagai penjual suara. Kalau suaranya berkualitas, tentu pendengar pun akan membelinya. Pengertian kualitas tentu berdasarkan isi, teknik, dan kesan pendengar. Namun, kesan pendengar harus mendapat prioritas pembicara. Mengapa? Karena pendengar memperhatikan semua tingkah dan sikap serta kesantunan pembicara tersebut.
Agar dapat meninggalkan kesan positif dan mendalam, sebaiknya pembicara bersikap santun. Kesantunan dapat dimulai dari sikap ramah ketika berbicara. Dapat pula dilakukan ketika berpakaian. Dan dapat pula dilakukan ketika menjawab pertanyaan. Banyak pembicara kurang memperhatikan etika. Maka, wajar-wajar saja pendengar bersikap acuh dan tidak memperhatikannya.
Ketika mengawali pembicaraan, sebaiknya pembicara menyapa dengan salam, memperkenalkan diri atau bografinya secara singkat, dan hantarkan isi secara sistematis. Ketika menjawab pertanyaan, pembicara perlu menyampaikan ucapan terima kasih. Setelah itu, pembicara menjawab pertanyaan itu secara logis dan proporsional.
Jika pembicara sudah memberikan yang terbaik maka otomatis tanpa diminta para audiens akan  memberikan beragam reaksi apresiasi sepereti tepuk tangan, tertawa ramah, dan bertukar alamat atau mengundangnya. Jadi, pembicara perlu memperhatikan kesantunan.
3.      Bersikap Jujur
Bersikap jujur yang dimaksud adalah memahami dengan baik apa yang menjadi tanggungjawab sebagai pembicara. Karena pada umumnya di dalam sebuah kegiatan seminar atau diskusi, tentu akan diadakan forum atau session tanya jawab. Pada kesempatan seperti ini, pembicara sering gagap atau kurang siap menerima pertanyaan dari peserta.  Biasanya kalau seorang pembicara yang tidak professional akan menjawabnya dengan panjang lebar dan berbelit-belit, sehingga dengan suasana hal ini akan membuat para audiens tidak puas dengan jawaban yang diberikan.  Jadi untuk mengatasi rasa ketidakpuasaan akan jawaban yang diberikan, seorang pembicara harus bersikap jujur. Jika memang pertanyaan itu dirasa berat dan mungkin kurang pas, pembicara sebaiknya menyiasatinya dengan menunda jawaban. Pembicara dapat meminta nomor HP, pin BB atau email penanya. Itu tentu lebih diapresiasi atau dihargai pendengar daripada jawaban yang berbelit-belit tadi. Biasanya pendengar itu berasal dari latar belakang yang berbeda-beda: akademisi, pengusaha, atau mungkin masyarakat awam. Jadi, pembicara tidak boleh menyamaratakan kondisi jika peserta memang bertanya.
4.      Diam dalam Menyimak
Seorang pembicara yang profesional adalah mempunyai sikap kerendahan hati dalam artian ketika orang bertanya tentang pesan atau pengajaran yang disampaikan  harus benar-benar memahami dengan baik sehingga bisa member jawaban yang sistematis, tepat dan memuaskan. Jadi tidak boleh langsung menjawab. Dan arti diam yang dimaksud adalah seorang pembicara pikiran atau otaknya harus dilatih untuk bekerja untuk mencari jawaban yang paling tepat. Jadi tidak boleh berbicara namun menyimaknya dengan penuh pengertian.
5.      Tidak Memotong Pembicaraan
Menjadi seorang pembicara yang baik adalah mempunyai sikap setia mendengar sampai selesai. Dalam artian memberi kesempatan kepada para audiens untuk mengutarakan atau mengungkapkan apa-apa saja yang menjadi pertanyaan dan masukan yang di ajukan. Setelah selesai berbicara, baru bisa dijawab sehingga para audiens merasa dihormati.
Di dalam peraturan pengadilan pun, bahwa tidak bisa memotong pembicaraan, bahkan Alkitab pun sangat mendukungnya bahwa orang yang menjawab sebelum mendengar atau memahami hal ini adalah orang bodoh.
6.      Tidak Meninggalkan lawan Bicara
Biasanya ketika mengadakan seminar atau pengajaran ada namanya tanya jawab dari pembicara dengan para audiens. Seorang pembicara tidak boleh meninggalkan lawan bicara. Jadi, sikap meninggalkan lawan bicara adalah sikap yang tidak sopan. Tentu lawan bicara tidak akan senang dengan pembicara. Maka dari itu perlu di fahami diperhatikan supaya terjadi hal yang tidak diinginkan. Untuk tidak terjadi hal ini bagi seorang pembicara, alangkah lebih baiknya anda berkata: Maaf ya sebentar, sebentar nanti kita akan membahasnya kembali. Dan perasaan parasaan audiens pun puas meski jawabanya belum tepat.
7.      Tidak Menggurui/Menyindir
Banyak orang menyukai pembicara karena pembawaannya enak di dengar, meski sebenarnya materi yang dibawa atau diajarkan itu materi bentuk mengingatkan atau sedang menunjukkan bahwa pembicara tersebut pintar. Tetapi karena seorang pembicara pintar bersilat lidah atau cerdik, maka hal itu tidak akan menyinggung para audiens.
Jadi supaya tidak terjadi berbicara yang menggurui atau menyindir, bahwa seorang pembicara perlu mempunyai kerendahan hati sebagai manusia yang masih punya kekurangan yang sebenarnya memang dia pintar. Tetapi kepintaran itu tidak boleh difamerkan kepada para audiens. Dan secara tidak langsung akan ketahuan aslinya bahwa seorang pembicara professional atau tidak, itu dapat dilihat dengan buah kehidupannya.
C.     Manjaga Integritas
Integritas bagi seorang pembicara menentukan berhasil tidaknya seorang pembicara.  Tentu jika disertai dengan menjaga integritas maka para audiens akan senang dengan kehadiran kita sebagai seorang pembicara yang disegani bahkan dikagumi. Maka dari itu, betapa pentingnya menjaga integritas seorang pembicara yang professional.
1.      Harus Menepati Janji
 Salah satu kegagalan atau kelemahan pembicara yang professional yang tidak disadari terutama pembicara di tanah air ini. Seperti mengadakan kompanye dengan visi dan misi, janji-janji manis yang sepertinya akan ditepati, namun hanya sekedar janji palsu. Disinilah jatuhnya integritas seorang pembicara.  Jadi seorang pembicara yang profeional harus menepati janji, dan hal ini menunjukkan kehidupan nyata sebagai pembicara yang baik.  Jhon Stott pernah menuliskan demikian:
“Integritas adalah ciri orang-orang yang terintegrasi secara selaras, yang di dalam dirinya tidak ada dikotomi antara kehidupan pribadi dankehidupan di muka umum, antara yang disaksikan dan yang diterapkan, antara yangdiucapkan dan yang dilakukan”. Maksudnya, keselarasan antaraperkataan dan perbuatan itu harus menjadi ciri khas orang-orang yang hidupterintegrasi.[10]
Dengan cara menjaga dan meningkatkan nilai integritas di atas maka dengan otomatis akan banyak orang yang suka dengan kita, ketika disertai integritas yang baik sebab hal ini mengacu kepada prilaku pribadi yang dapat dilihat dengan mata jasmani secara nyata.
2.      Disiplin
Kebiasaan keburukan di Indonesia adalah waktunya molor, atau sering disebut jam karet atau tidak tepat waktu. Penulis makalah ini pernah didik di STT Kanaan Nusantara, dan STT ini adalah pemimpinya adalah orang Korea. Jadi harus “ON TIME” jadi cerita singkatnya bahwa penulis tinggal di asrama, dan tidak bisa keluar kecuali hari Sabtu, itupun hanya 3 jam, dan kalau terlambat hanya 5 menit saja, maka hukumannya adalah cuci piring.  Jadi dengan contoh ini, bisa ditarik kesimpulan bahwa tepat waktu sudah menjadi gaya hidup Negara Korea, dan harapan penulis jika seorang pembicara terlambat tidak tepat waktu maka tidak bisa dikatakan pembicara yang professional berarti masih belum bisa mengatur manajemen kehidupannya.  Sebab salah satu sifat seorang pembicara yaitu “on time.”
3.      Membangun Persahabatan Sosial
Seorang  pembicara yang professional yang telah diakui oleh masyarakat, organisasi atau para audiens perlu diingat juga bahwa tidak hanya berhenti di dalam pengetahuan kompetensi keprofessional di dalam bidang komunikasi saja namun harus didukung oleh persahabatan social atau yang sering disebut pergaulannya kepada semua orang mendapat peringkat atau dukungan yang baik. Biasanya orang akan menilai dari sikap tindak-tanduk untuk bersahabat dengan yang lainya. Dan biasa orang yang berjiwa sosial tinggi lebih dihargai banyak orang.
Jadi seorang pembicara professional ternyata harus mengutamakan hubungan antara sesame tanpa mengenal latar belakang dan pendidikan. Jadi tipe pembicara ini adalah mendapat dukungan yang bisa dikatakan orang berjiwa social.


BAB IV
KESIMPULAN

Setelah menulis makalah yang berjudul menjadi pembicara yang professional ini, dapat ditarik kesimpulan bahwa menjadi seorang pembicara yang professional tidak hanya sekedar terampil di depan umum, tetapi perlu juga menjaga integritas, social, standar kualitas seorang pembicara. Integritas menentukan layaknya seorang pembicara bisa terampil di depan umum. Maka dari itu bahwa setiap pembicara harus menjaga nama baik atau itegritas yang baik. Dan perlu diperhatikan bahwa integritas tanpa tehnik atau keterampilan berbicara akan membuat timpang atau tidak seimbang. Untuk itu pengetahuan keterampilan berbicara di tambah dengan integritas yang baik, maka akan seimbang.
Jadi untuk menjadi seorang pembicara dibutuhkan proses untuk terus berlatih mulai dari kognitif, mental serta dari para senior. Dan tidak boleh berhenti untuk berlatih meski sudah banyak terampil di depan public sebagai seorang pembicara.
Hal penting bagi seorang pembicara harus tetap percaya diri serta berlatih dengan ulet sehingga kelemahan yang tadinya namfak bisa disembunyikan dengan adanya pelatihan yang terus menerus.  Sehingga dengan keuletan bisa menjadi seorang pembicara professional yang disenangi banyak orang.

A.    SARAN DAN REFLEXI

Jika mau menjadi seorang pembicara professional harus atau wajib berlatih setiap hari tanpa melihat bahwa kita sering terampil atau berbicara  di depan public.  Seperti pisau yang tajam, kalau tidak pernah dipakai maka pisaunya akan tumpul. Demikian juga seorang pembicara yang professional.
Untuk menjadi seorang pembicara yang disenangi, dan diakui oleh kalangan umum harus berlajar dan belajar serta menjaga etika berbicara, integritas seperti di dalam hal janji. Jadi harus ditepati tidak hanya sekedar omongan namun tindakan yang nyata.
Agar pembicara disenangi para audiens dan di undang ke sebuah organisasi, maka perlu diperhatikan standar kualitas yang  terbaik,sperti materinya sistematis, penampilannya dikatakan okey, pengetahuan okey juga dan orang yang mendengar mudah memahami.
Jadi perlu diperhatikan bahwa seorang pembicara yang professional harus memperhatikan dan menjaga integritas segingga menjadi dambaan bagi banyak para audiens.


















Masih ada jalan keluar