Perkenalkan...
Namaku "UANG"
Wajahku biasa saja
Fisikku juga lemah
Namun...
Aku mampu merombak Tatanan Dunia
Aku juga "BISA" merubah...
PERILAKU bahkan SIFAT manusia.
Meng-Idola-kan aku
Banyak orang merubah kepribadiannya,
Menghianati teman,
Menjual tubuh,
Bahkan meninggalkan KEYAKINAN IMAN-nya demi aku.
Aku tidak mengerti perbedaan antara orang saleh dan orang bejat...
Tapi manusia memakai aku sebagai patokan
Untuk menentukan derajad seseorang.
Menentukan kaya dan miskin seseorang
Dan menentukan status terhormat atau terhina seseorang.
Aku bukan IBLIS tapi sering orang melakukan kekejaman demi aku!!!
Aku juga bukan orang ketiga, tapi...
Banyak suami-istri pisah gara-gara aku.
Anak dan orang tua berselisih gara-gara aku.
Sangat jelas juga AKU BUKAN TUHAN
Tapi manusia menyembah aku seperti Tuhan,
Bahkan kerap kali hamba-hamba Tuhan lebih menghormati aku daripada Tuhan.
Padahal Tuhan sudah pesan jangan jadi HAMBA UANG
Seharusnya aku melayani manusia,
Tapi kenapa malah manusia mau jadi BUDAK-ku
Aku tidak pernah mengorbankan diriku untuk siapapun,
Tapi banyak orang RELA MATI demi aku.
Perlu aku ingatkan...
Aku hanya bisa menjadi alat bayar
Resep obat anda, tapi tak mampu MEMPERPANJANG HIDUP ANDA.
Kalau suatu hari anda dipanggil Tuhan,
Aku tak akan bisa menemani anda...
Apalagi menjadi penebus dosa-dosa anda
Anda harus menghadap sendiri dengan Sang Pencipta,
Lalu menerima penghakiman-Nya...
Saat itu Tuhan pasti akan hitung-hitungan dengan anda
APAKAH SELAMA HIDUP ANDA MENGGUNAKAN aku dengan baik
Atau sebaliknya, ANDA MENJADIKAN aku sebagai TUHAN???
Ini informasi terakhir-ku
"Aku TIDAK ADA DI SURGA !!!"
Jadi jangan cari aku di sana ya...
ddd
Kamis, 21 Maret 2013
Minggu, 23 Desember 2012
Sikap Yesus Terhadap Perempuan Yang Berzinah by Kristalon Sinaga, S.Th
Kasus Perzinahan dalam Yohanes 8:1-11
BAB I
PENDAHULUAN
Berbicara
mengenai kasus perzinahan dalam tradisi bangsa Israel adalah sesuatu hal yang
menakutkan dan membayakan bahkan sampai kepada pembunuhan. Larangan perzinahan adalah salah satu perintah
Tuhan dari sepuluh hukum taurat. Jelas
orang yang melanggar perintah Allah akan mendapat hukuman. Bahkan ayat di atas sangat begitu jelas
undang-undangnya sesuai dengan perintah Allah.
Kitab Ulangan 17:7, dan Imamat 20:10 menjelaskan bagaimana orang yang
kedapatan yang berzinah dihukum mati atau dirajam dengan batu sesuai dengan hukum
Kitab Musa. Bagi yang melakukan
perzinahan tidak ada “tawar menawar” atau kata “ampun” tidak ada belas kasihan,
tidak ada diberi kesempatan. Berarti
bisa ditarik benang merah bahwa orang-orang yang melakukan perzinahan dalam
Kitab Perjanjian Lama begitu banyak yang mati tanpa ada diberi kesempatan untuk
bertobat.
Kasus
perzinahan ini sangat mengerikan karena tidak ada kesempatan diberi untuk
memperbaiki kelakuan moral mereka.
Tetapi syukur dengan datangnya Yesus Kristus kedunia sebagai hakim atas
hukum Taurat maka ada kesempatan diberi untuk berubah kepada orang yang jatuh
dalam perzinahan. Yesus tidak menghukum
ketika kasus yang perempuan yang kedapatan yang berzinah. Tetapi Yesus memberi kesempatan
untuk berubah dari kelakuan buruknya sehingga membawa kepada pertobatan
Hukuman rajam
bagi orang yang melakukan zinah adalah bentuk yang sangat brutal eksekusi,
tetapi yang anehnya logis dalam konteks zaman. Batu pertama harus dilemparkan
oleh para saksi perzinahan, dan kemudian setelah itu setiap anggota masyarakat
di mana dua pezinah hidup harus maju ke depan dan melempar batu.
A. Latar Belakang
Konteks dalam
Yohanes 8:2-11 adalah ketika Yesus sedang mengajar di halaman bait Allah,
beberapa orang farisi dan ahli taurat membawa seseorang perempuan yang tertangkap basah sedang berzinah dengan
laki-laki yang bukan suaminya. Dengan
maksud menguji Yesus, orang-orang farisi dan hali Taurat, mengatakan bahwa
perempuan itu harus dihukum mati, seperti yang diperintahkan oleh hukum
Musa (Imamat 20:10) . Namun Yesus
menentang pemahaman mereka yang sempit tentang
dosa.
Kejadian ini
berlangsung ketika Yesus mengajar di Bait Allah. Ahli-ahli Taurat dan Farisi
mencari Yesus ketika Ia dikerumuni orang banyak. Niat mereka adalah untuk
mencobai/menjebak Yesus dan membuat Ia bersalah dihadapan pemimpin-pemimpin
termasuk pemimpin dalam pemerintahan sipil (Romawi). Pokok pencobaan itu dasarnya adalah bagaimana
Yesus memandang Taurat Musa.
Ahli-ahli taurat adalah kaum terpelajar Yahudi
yang mempelajari hukum taurat. Sehingga
dalam kemampuan pengetahuan tentang Alkitab, bisa dikatakan mengerti kebenaran.
Untuk lebih
memahai secara detail konteks ini, berbagai terjemahan dibawah ini memudahkan
dan menjelaskan lebih detail arti dan makna yang mendalam:
Terjemahan KSI (2000) ©Pada waktu hari masih pagi sekali,
Isa sudah tiba kembali di Bait Allah. Semua orang datang kepada-Nya, lalu Ia
duduk dan mengajar mereka. MILT (2008)Dan para ahli kitab dan orang-orang Farisi
membawa kepada-Nya seorang wanita yang telah tertangkap basah dalam perzinaan.
Dan setelah menyuruhnya berdiri di tengah-tengah,
TB (1974) ©Mereka menempatkan perempuan itu di tengah-tengah lalu
berkata kepada Yesus: "Rabi, perempuan ini tertangkap basah ketika ia
sedang berbuat zinah. BIS (1985) ©Di
dalam Hukum Musa ada peraturan bahwa wanita semacam ini harus dilempari dengan
batu sampai mati. Sekarang bagaimana pendapat Bapak? BIS (1985) ©Mereka bertanya begitu untuk
menjebak Dia, supaya mereka dapat menyalahkan-Nya. Tetapi Yesus tunduk saja,
dan menulis dengan jari-Nya di tanah.
BIS (1985) ©Ketika mereka terus mendesak, Ia mengangkat kepala-Nya dan berkata
kepada mereka, "Orang yang tidak punya dosa di antara kalian, biarlah dia
yang pertama melemparkan batu kepada wanita itu. MILT (2008)
Dan setelah mendengarkan dan tertempelak oleh hati nuraninya, mereka
keluar seorang demi seorang, mulai dari mereka yang tua-tua sampai mereka yang
terakhir. Dan YESUS ditinggalkan sendirian, juga wanita itu yang sedang berdiri
di tengah-tengah. MILT (2008)Dan setelah
mendengarkan dan tertempelak oleh hati nuraninya, mereka keluar seorang demi
seorang, mulai dari mereka yang tua-tua sampai mereka yang terakhir. Dan YESUS
ditinggalkan sendirian, juga wanita itu yang sedang berdiri di
tengah-tengah. TL (1954) © Apabila Yesus
tegak, tiada dilihat-Nya seorang pun kecuali perempuan itu, lalu berkatalah Ia
kepadanya, "Hai perempuan, di manakah mereka itu? Tiadakah seorang pun
yang menyalahkan engkau?" MILT
(2008) Dan dia berkata, "Tidak seorang pun, Tuhan ." Dan YESUS
berkata kepadanya, "Aku pun tidak menghukum engkau. Pergilah, dan jangan
berdosa lagi!"[1]
Ayat di atas berlanjut
lagi dimana Yesus berkata bahwa Dia adalah terang dunia. Tujuan Yesus mengatakan bahwa Dia sendiri
adalah terang itu, untuk menunjukkan bawha Yesus adalah Allah sendiri (Yohanes
8:48), dan berkuasa atas hukum taurat yang dapat memberi pengampunan dan
segalanya.
B. Pengertian
Perzinahan
Kata perzinaaan
berasal dari kata dasar zina yang berarti perbuatan bersenggama antara
laki-laki dan perempuan yang tidak terikat oleh tali perkawinan (pernikahan). [2]
Perbuatan bersenggama antara seorang laki-laki yang terikat perkawinan dengan
seorang perempuan yang bukan istrinya, atau seorang perempuan yang terikat
perkawinan dengan seorang laki-laki yang bukan suaminya.
Di dalam
perjanjian lama di tegaskan bahwa perzinahan memiliki sanksi yang keras yaitu
setiap orang yang melakukanny akan dirajam sampai mati. (Im.20:10). Hukuman
mati ini menunjukkan bahwa perzinahan atau perselingkuhan merupakan pelanggaran
prinsip moral karena merusak ikatan pernikahan yang telah dirancang Allah.
BAB. II
SIKAP AHLI
TAURAT DAN FARISI
Sikap atau
tindakan para ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi yang suka menghakimi
orang bersalah dengan menggunakan hukum Musa (Taurat Tuhan) sebagai alasan
untuk menghukum dan menghakimi. Dimana
hukum tersebut menegaskan bahwa “siapa kedapatan berzinah harus
dilempar/dirajam dengan batu sampai mati (ayat 5).” Perempuan yang kedapatan
berbuat zinah ini hanya menangis dan terdiam. Berharap akan mendapatkan
pengampunan atau pembebasan. Yesus sebagai Hakim masih terdiam mendengarkan
tuduhan-tuduhan yang disampaikan oleh ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi.
A. Ahli Taurat dan
Farisi
Kata Farisi
berasal dari bahasa Ibrani פרושים p'rushim, dari perush, yang berarti
penjelasan.[3] Dari literatur rabinik, kaum
Farisi digambarkan sebagai pengamat dan penegak hukum Taurat yang sangat teliti[4]. Dalam gulungan naskah-naskah
Laut Mati, kaum Farisi dikatakan sebagai kaum yang suka mencari dan
memerhatikan hal-hal yang sangat kecil[5]. Sekte Farisi adalah sekte yang paling banyak
pengikutnya dalam masa Perjanjian Baru. Nama mereka diambil dari kata kerja
parash, yang berarti memisahkan. Mereka adalah kelompok yang memisahkan diri,
atau kaum puritan Yudaisme, yang menghindari segala hubungan dengan kejahatan
dan berusaha menaati hukum lisan maupun tulisan secara mutlak sampai kepada hal
yang sekecil- kecilnya. Jadi bisa
dikatakan orang yang setia kepada Allah.
Asal usul orang-orang Farisi tidak pasti,
namun gerakan mereka diyakini telah tumbuh dari Assideans (yaitu
"saleh"), yang dimulai pada saat Pemberontakan Makabe terhadap Yunani
/ Suriah penguasa Antiokhus IV , atau "Antiokhus Epifanes," sekitar
165 SM . [6]selama
sekitar 4 abad antara akhir dari catatan Perjanjian Lama dan kelahiran Yesus
Kristus , sebelum munculnya kerajaan Romawi.
Para Farisi mungkin
dimaksudkan untuk taat kepada Allah, tetapi akhirnya mereka menjadi begitu
setia dan ekstrimis di bagian yang sangat terbatas Hukum (ditambah semua yang
mereka sendiri ditambahkan ke dalamnya), sehingga mereka menjadi buta terhadap
Mesias ketika Dia berada di tengah-tengah mereka sangat. Mereka melihat
mukjizat-Nya, mereka mendengar Firman-Nya, tapi bukannya menerima hal itu
dengan sukacita, mereka melakukan semua yang mereka bisa untuk menghentikan Nya
- pada akhirnya sampai mendapatkan Dia dibunuh karena Dia jujur mengaku sebagai
Anak Allah
C. Sikap ahli
taurat dan farisi tentang perempuan
berzinah.
Memang secara hukum Musa itu benar bahwa
perempuan yang melakukan perzinahan akan dihukum. Tetapi yang anehnya adalah bahwa ahli taurat
dan orang Farisi hendak menjerumuskan Yesus. Mereka ingin memojokkan Yesus. Dalam hal ini para ahli taurat dan orang
farisi meminta Yesus menempatkan dia dalam situasi yang sulit. Kelihatannya para ahli taurat dan orang
Farisi adalah orang yang suci dan orang benar dimata Allah, namun realita
kehidupan mereka hanyalah kebohongan dan kemunafikan. Ini adalah
perangkap, perangkap siap karena mereka tahu ia ada di sana, tahu mereka bisa
menangkap wanita dalam bertindak dan karena mereka ingin jawaban dari Yesus
yang menjadi pertanyaan, yang menyebabkan kematian, kemungkinan kematian yang
dilahirkan dalam mereka roh jahat.
1. Bersikap
Deskriminasi
Di dalam hukum Musa bahwa perempuan
dan laki-laki yang melakukan zinah harus dirazam batu. Tetapi yang pada kenyataannya adalah
laki-laki disini tidak ditangkap. Secarahukum jelas apa yang akan menjadi nasib
perempuan itu, yaitu dihukum rajam artinya dilempari batu sampai mati (Yoh.
8:2). Tetapi sikap ahli kitab dan orang
Farisi ternyata cari menangnya sendiri atau menangnya lelaki, sebab dalam Kitab
Imamat ditulis sebagai berikut: Imamat
20:10[7]. Tradisi masyarakat Yahudi sangat membela
pria! Ada hukuman bagi wanita yang kedapatan berzinah, tetapi tidak ada hukuman
bagi pria yang kedapatan berzinah. Dalam
pandangan pada masa kini, tradisi tersebut benar-benar tidak adil bagi kaum
wanita! Dalam masa Perjanjian Baru, agaknya tradisi yang tidak adil itu masih
berlaku. Melalui bacaan hari ini,
terlihat prinsip pembedaan dalam kisah itu, wanita yang kedapatan berzinah
dipermasalahkan, tapi sang prianya tidak diadili! Hal inilah yang digunakan
oleh para pemimpin agama pada saat itu.
Tradisi masyarakat Yahudi sangat
membela pria! Ada hukuman bagi wanita yang kedapatan berzinah, tetapi tidak ada
hukuman bagi pria yang kedapatan berzinah. Dalam pandangan pada masa kini,
tradisi tersebut benar-benar tidak adil bagi kaum wanita! Dalam masa Perjanjian
Baru, agaknya tradisi yang tidak adil itu masih berlaku.
2. Ingin Mencari-cari Kesalahan Yesus
Ketika
kedapatan perempuan sedang berbuat zinah, dalam hal ini orang-orang farisi dan
ahli taurat sengaja menjebak Yesus Kristus dengan mengingatkan Yesus Kristus
akan hukum Musa tentang hukum orang yang melakukan perzinahan. Kedua, kebencian para ahli Taurat dan orang
Farisi membuahkan perencanaan dalam hati mereka untuk menjerat Tuhan Yesus. Dalam kisah perempuan berzinah ini, jelas tahu
bahwa motif mereka menuduh wanita tersebut tidak tulus. Tujuannya bukanlah
untuk menegakkan hukum, tetapi ingin menjerat Tuhan Yesus (ay. 6). Namun Tuhan Yesus yang mengetahui motifasi
hati mereka, justru membalikkan jerat itu sehingga menjadi “senjata makan tuan”
(ay. 7). Mereka yang berusaha menjerat Tuhan Yesus
melalui kasus wanita berzinah tersebut justru menjadi malu, karena melaluinya
mereka justru menyadari keberdosaannya.
Hal yang menyedihkan tentang kisah perempuan
yang berzina adalah antagonisme mengerikan orang-orang Farisi memiliki bagi
Yesus. Mereka membencinya. Mereka ingin
menangkapnya keluar dan dengan demikian membuat dia mendapat masalah.
Pertanyaan para pengacara meminta Yesus menempatkan dia dalam situasi yang
sulit.
Yesus tidak
menyatakan bahwa laki-laki tidak berdosa hanya bisa menegakkan hukum. Jika hukuman tidak pernah bisa dilakukan
karena semua dosa manusia (Roma 3:23). Sebaliknya, hukum mengharuskan para
saksi dalam kematian kejahatan layak diperlukan untuk melemparkan batu pertama
(Ulangan 17:7). Yesus berkata, jika
orang-orang yang membawa wanita itu dan membuat tuduhan terhadap dirinya tidak
bersalah, maka mereka harus melaksanakan Hukum Musa. Tentu saja, ini
menempatkan keputusan mengenai apakah akan mengikuti Hukum Musa 'atau kembali
hukum Romawi di pundak orang-orang Farisi dan ahli Taurat.
Orang-orang
Farisi yang terang-terangan tidak adil. Dibutuhkan dua untuk melakukan perzinahan! Di
mana pria itu? Hukum Musa mengatakan bahwa baik wanita dan pria yang berzinah
harus dihukum mati.
Para imam dan
pemuka agama ini membawa wanita pezinah itu ke hadapan Yesus, bukan untuk minta
Yesus menjadi hakim, tapi ingin mengetes Yesus, ingin tahu apa yang akan
dilakukan Yesus padanya. Menurut hukum yang ada, yakni hukum Musa, wanita
seperti ini harus dilempari batu sampai mati, atau dengan kata lain, dihakimi
massa. Apakah Yesus akan melakukan hal itu?
Namun,
perempuan berdosa muncul sebelum Yesus dan orang-orang dengan tindakan yang
tepat untuk meletakkannya untuk mengejek penghinaan. Apakah para ahli Taurat
dan orang Farisi benar-benar hanya tertarik pada mengutuk wanita ini mendapat
perzinahan, atau memiliki kepentingan besar lain? Namun, minat ingin tahu
posisi Yesus Kristus pada kasus ini adalah untuk mengujinya dengan
memperhatikan menangkapnya kesalahan juga untuk menghukum dia bersama dengan
istrinya sesuai dengan hukum Musa.
BAB III
METODA
KONSELING YANG DILAKUKAN YESUS KRISTUS
Metoda
konseling Yesus dalam kasus ini, Dia tidak mau konflik secara terbuka dengan
orang farisi dan ahli taurat mengenai penghukuman. Sejenak Dia berdiam diri,
membungkuk dan menulis di atas pasir untuk menunjukkan bahwa Yesus kurang
setuju dengan cara mereka mempermalukan perempuan itu di depan umum. Atau saja
Dia menahan rasa malu seperti yang dialami perempuan hina itu. Dia menderita
seperti perempuan itu. Disamping itu, Yesus ingin menyadarkan farisi dan ahli
taurat dengan mengulang hukuman merekabahwa hukuman itu sangat sadis. Padahal
Yesus pernah mengajarkan, kalau ada kedapatan berdosa, baiklah dia dipanggil
dan ditanya oleh imam hanya empat mata, kalau dia menolak bolehlah memanggil
saksi, jika masih menolak baru ditanyakan di depan jemaat. Tapi ahli taurat
telah membawa penzinah ke depan umum dan segera menjatuhkan hukuman.
1. Yesus Tidak
Menghakimi Ahli Taurat dan Farisi
Yesus tidak
Menghakimi ahli Taurat. Ketika ahli-ahli
taurat menjebak Yesus Kristus di dalam hukum Musa dalam kasus perzinahan
perempuan ini, Yesus seolah-olah santai saja akan perkataan oleh ahli-ahli
taurat dan farisi. Namun dalam hal ini,
ada sesuatu hal misteri yang paling-merenungkan dari cerita ini, adalah saat
hari itu ketika Yesus, dalam menanggapi tuduhan orang Farisi, Yesus membungkuk
dan menulis di tanah dengan jarinya. Pertanyaan-pertanyaan
terus dipertimbangkan. Kemungkinan Yesus
menulis dengan jari ketanah untuk menulis daftar-daftar dosa, dan nama pacar
orang-orang farisi itu. Sehingga kalau
mereka mau membantah, Yesus akan menunjukkan semua dosa-dosa dan kemunafikan
mereka, tetapi pada saat itu mereka sadar bahwa mereka juga orang berdosa
ketika Yesus berkata siapa diantara kalian yang tidak berdosa hendaklah yang
pertama melemparkan batu kepada perempuan ini. Dan perkataan Yesus sangat menyinggung dan
menyadarkan mereka. Secara tidak
langsung tepatlah Firman Tuhan yang mengatakan:
"Kamu memang sangat jago atau sangat ahli kalau melihat selumbar di mata
saudaramu tetapi kamu tidak jago dan tidak mampu melihat balok di matamu
sendiri.
(BIS)"Sehingga dalam cerita ini, mereka pergi satu persatu,
mulai dari yang tua sampai kepada yang muda, akhirnya hanya Yesus yang tinggal
dan perempuan. Dan Yesus pun tidak
menghukumnya.
Penafsiran
yang lain adalah bahwa ketika Yesus
sedang membungkuk dan menulis dengan jari ke tanah adalah:
Pertama, Yesus
mau menunjukkan bahwa manusia itu rapuh; dia dari debu tanah dan akan kembali
kepada debu tanah juga. Dalam Kitab Kejadian kerapuhan manusia selalu
dilukiskan dengan debu tanah, artinya manusia itu fana dan tidak sempurna.
Kerapuhan manusia ini. selalu menjadi akar manusia jatuh dalam dosa dan salah. Kedua,
Yesus mau menunjukkan bahwa karena manusia itu rapuh dan tidak sempurna, dia
tidak mempunyai hak apa-apa untuk menghakimi sesamanya. Sikap menganggap diri
lebih baik, lebih benar, lebih saleh, dll itu menjadi pemicu lahirnya
kecenderungan selalu mempersalahkan orang lain dan tidak peduli pada
kepentingan banyak orang. Ketiga, dengan
membungkuk dan menulis di tanah, Yesus mau menunjukkan bahwa dosa kesalahan
manusia sebesar apa pun diampuni oleh Tuhan. Menulis sesuatu di tanah: gampang
hapus dan lenyap, tidak bisa disimpan. Mengapa manusia tidak bisa memaafkan
atau mengampuni satu sama lain?[8]
Jadi dalam
penafsiran di atas adalah menjelaskan bahwa manusia itu tidak terlepas dari
dosa. Manusia perlu mendapat
penganmpuanan karena tidak sempurna. Namun
Tuhan memberi kesempatan untuk berubah dan tidak mengulangi dosa yang sama.
2. Yesus Mengasihi
Orang Berdosa
Yesus mengasihi
semua orang tanpa pandang bulu. Yesus
tidak pernah mengkotak-kotakkan atau membuat sebuah lingkaran. Sikap
Yesus dalam hal ini bertentangan dengan sikap orang-orang Farisi dan para ahli
Taurat yang bersikap menjauhi orang yang dianggap berdosa. Oleh karena itu, Ia
disebut sebagai sahabat orang Berdosa. Orang berdosa umumnya merasa dirinya
menjijikkan dan tidak layak untuk berdekatan dengan orang yang dianggap saleh.
Oleh karena itu, merupakan suatu hal yang aneh dalam pandangan umum bahwa Tuhan
Yesus (yang tidak pernah melakukan dosa) bersedia untuk bebincang-bincang atau
duduk makan bersama dengan orang berdosa. Tetapi Yesus mengasihi semua orang
bahkan sekalipun orang berdosa. Bahkan Yesus
makan bersama dengan orang-orang yang dianggap pendosa, orang-orang yang tersingkir. Sikap
Yesus yang demikian membuat orang-orang bertobat dan tidak berbuat dosa lagi,
misalnya kisah Zakeus, Perempuan yang tertangkap sedang berzinah. Yesus
menyembuhkan orang sakit bukan mengutuknya, Yesus mengampuni kesalahan bukan
menghukumnya. Yesus menyelamatkan semua orang dengan tanpa pandang bulu. Terutama dalam kasus ini, Yesus malah
mengasihi perempuan yang berzinah ini, secara logika, sepantasnya tidak berhak
perempuan ini mendapatkan kasih Yesus, namun karena kasih Yesus yang mengasihi
orang berdosa agar kembali kepada kebenaran karena tujuan Yesus untuk mencari orang
yang hilang. Perumpamaan Tuhan Yesus
tentang domba yang hilang (15:4-6), dirham yang hilang (15:8-9), dan anak yang
hilang (15:11- 32) memberi gambaran bahwa orang berdosa itu berharga di mata
Allah. Adanya satu orang berdosa yang mau bertobat pun sudah akan membuat para
malaikat di sorga bersukacita (15:7, 10).
3. Yesus Tidak
Menghakimi Perempuan yang Berzinah
Yesus Kristus
Tidak Menghakimi. Kristus tidak membenarkan dosa, namun
demikian, Tuhan jauh lebih tertarik dalam menyelamatkan orang dari dosa-dosa
mereka, daripada menghancurkan mereka karena dosa-dosa mereka. Dia datang supaya
orang bertobat dari dosanya, bukan pembalasan. Dia menawarkan keselamatan,
bukan penghukuman; Dia ingin menyembuhkan, supaya tidak terluka. Yesus datang
kedunia untuk rekonsiliasi bagi umat manusia, yaitu dengan pengampunan. "Demikianlah sekarang tidak ada
penghukuman bagi mereka yang ada di dalam Kristus Yesus. Jika Allah di pihak kita, siapakah yang akan
melawan kita Siapa yang akan membawa tuduhan terhadap orang-orang yang Allah
telah memilih? Siapakah yang akan menghukum mereka? Allah Dia yang telah
dibenarkan kita "(Roma 8:1, 31-34).
Sebenarnya
Yesus paling layak untuk melemparkan batu pertama sekali kepada perempuan. Namun sikap Yesus ini menunjukkan tujuan
dalam menebus umat manusia. Dia tidak
menghukum wanita tersebut sebagai orang
yang tidak layak diampuni, tetapi menghadapinya dengan lemah lembut dan
kesabaran supaya menuntunnya kepada pertobatan.
Bagi Yesus keselamatan akan tersedia jikalau meninggalkan kehidupan
berdosa yaitu tinggalkan perzinahan.
Dalam hal ini bukan berarti Yesus berkompromi dengan dosa perzinahan
melainkan Yesus menawarkan keselamatan dan jalan keluar dari kehidupan
berdosa. Hukuman-Nya menantikan wanita
itu kalau dia menolak untuk bertobat.
Akhirnya,
sekali lagi Yesus menunjukkan bahwa manusia berada di atas setiap Pria hukum
tidak dapat menghakimi dan menghukum, karena tidak ada yang tidak berdosa. Yesus sendiri datang bukan untuk menghakimi,
karena Bapa tidak menginginkan kematian orang berdosa, tetapi bahwa ia bertobat
dan hidup (Yehezkiel 18, 23:32).
Jadi tujuan dam
misi Yesus datang ke dunia bukan untuk menghakimi atau menghukum, melainkan mengasihi
termasuk mengasihi orang yang berdosa sekalipun (seperti seorang perempuan yang
kedapatan melakukan perzinahan). Yesus berkata : “aku datang bukan untuk
memanggil orang benar, melainkan orang berdosa” (Matius 9:13b). Inti kedatangan adalah dasarnya “kasih”
Allah.
4. Yesus Kristus
Mengampuni
Ketika seorang
perempuan kedapatan berzinahYesus mengampuni[9]. Pengampunan dari pada Yesus aadalah
tergantung pada pertobatan dan pengakuan akan kesalahan. Untuk diterima ke
dalam keluarga Allah, harus menerima otoritas Kristus atas diri. Itulah yang wanita lakukan dalam kisah Injil,
sehingga ia diselamatkan.
Orang-orang
farisi mencoba meneguhkan Yesus dengan menjebaknya dalam dilema hukum Romawi
atau adat Israel yang harus ditetapkan
kepada perempuan yang terdapat berzinah.
Tetapi Yesus sikap yang diambil Yesus adalah menghargai perempuan
meskipun sudah berdosa. Harapan Yesus
perempuan itu tidak tersesat lagi, tidak salah tujuan lagi, inilah arti pokok
yang diberikan Yesus.[10]
5. Yesus Kristus
Memberi Kesempatan Untuk berubah
Jangan berbuat
dosa lagi[11]. Yesus Kristus dalam hal ini adalah
memperhatikan siapa saja yang menderita, menyembuhkan dan mengijinkan perempuan
untuk menyentuhNya, juga mengijinkan mereka melayaniNya. Hal ini tidak biasa dikalangan Rabbi di mana
Rabbi menolak perempuan melayani meja untuk mereka. Jelas bahwa pendekatan yang
radikal yang dilakukan Yesus terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Yesus juga
membuat perempuan dalam perumpamaan misalnya: ragi dalam pembuatan roti,
kelahiran anak, menghadiri pernikahan, ibu rumahtangga dan janda. Ia
menggunakan gambaran perempuan untuk mengumpamakan kewaspadaan, ketekunan dalam
berdoa, pengampunan dan sukacita atas kesalamatan umat yang hilang.
Yesus juga
memperlakukan perempuan sebagai orang yang bertanggungjawab, hal ini terlihat
dalam kasus perempuan yang berzinah. Yesus memang menentang mereka yang
munafik, tetapi bukan berarti dosa perempuan itu dimaklumi. Bahkan kepada perempuan itu tidak dikatakan
secara eksplisit bahwa dosanya sudah diampuni, mungkin inplisit, tetapi
dikatakan kepadanya untuk pergi dan tidak berbuat dosa lagi.
Kemudian kalau
dilihat pada satu peristiwa di mana perempuan berdosa mengurapi Yesus. Yesus
tidak mengabaikan bahwa ia adalah pendosa, tetapi mengakuinya dan menghadapi
dosa perempuan itu. Jadi masing-masing
perempuan itu bertanggunghjawab atas dosanaya sendiri dan memerlukan dosanya
diampuni.
Yesus tidak
membenarkan apa yang telah ia lakukan, atau memberhentikan dosanya tidak
penting, atau dimengerti. Dia tahu, dan dia tidak juga, bahwa apa yang telah
dilakukan salah. Tapi dia mengutuk dosa, tidak berdosa, dan memerintahkan dia
untuk tidak berbuat dosa lagi.
6. Yesus Adalah
Terang Dunia
Yesus berkata
lagi kepada mereka, “Akulah terang dunia; siapa saja yang mengikut Aku, ia
tidak akan berjalan dalam kegelapan, melainkan ia akan mempunyai terang
kehidupan.” Lalu kata orang-orang Farisi kepada-Nya, “Engkau bersaksi tentang
diri-Mu, kesaksian-Mu tidak benar.” Kata Yesus kepada mereka, “Biarpun Aku bersaksi tentang diri-Ku
sendiri, kesaksian-Ku itu benar, sebab Aku tahu, dari mana Aku datang dan ke mana
Aku pergi. Tetapi kamu tidak tahu, dari mana aku datang dan ke mana Aku pergi.
Kamu menghakimi menurut ukuran manusia, Aku tidak menghakimi seorang pun, dan
kalaupun Aku menghakimi, penghakiman-Ku itu benar, sebab Aku tidak seorang
diri, tetapi Aku bersama dengan Bapa yang mengutus Aku. Dalam kitab Tauratmu
ada tertulis bahwa kesaksian dua orang adalah sah; Akulah yang bersaksi tentang
diri-Ku sendiri, dan juga Bapa, yang mengutus Aku, bersaksi tentang Aku.” Lalu
kata mereka kepada-Nya, “Di manakah Bapa-Mu?” Jawab Yesus, “Baik Aku, maupun Bapa-Ku
tidak kamu kenal. Sekiranya kamu mengenal Aku, kamu mengenal juga Bapa-Ku
Kristus adalah
hakim dunia ini, dan pada saat yang sama juga kebenaran yang berinkarnasi. Ia
tidak datang untuk menghukum atau membinasakan , tetapi untuk menyelamatkan. Ia
tidak menolak menolak semua orang yang remuk redam, penjahat atau orang-orang
terbuang, tetapi Ia menghendaki untuk menyelamatkan semua manusia dan membawa
mereka kepada kasih-Nya. Jangan merendahkan siapapun, tetapi pandanglah dia di
dalam gambaran yang Yesus kehendaki ada di dalam dia sesudah dibaharui atau
diciptakan kembali.
BAB IV
KESIMPULAN
Setelah penulis menulis makalah ini, dapat disimpulkan
bahwa metoda konseling Yesus dalam hal ini adalah lebih mengarah kepada
tindakan yang lebih bersikap “sabar” “penuh
dengan pertimbangan”. Sikap Yesus ketika
ahli taurat dan farisi ingin menjebak dan memojokkan Yesus dalam hal hukum
Musa, Yesus lebih berhati-hati dan penuh dengan hikmat Allah. Jadi Yesus tidak terburu-buru untuk menjawab
pertanyaan ahli taurat dan farisi.
Tetapi memikirkannya terlebih dahulu dengan kuasa otoritas Allah.
Sebagai konseling yang profesional yaitu Yesus Kristus
menjadi teladan atau panutan dalam hal ilmu konseling karena dalam realita di
lapangan bahwa Yesus terbukti dan teruji, nyata bahkan memberikan jalan keluar bagi yang
bermasalah. Dalam situasi yang paling
sulit dan jalan yang buntu, Yesus sanggup memberi solusi yang paling tepat bagi
yang bermasalah. Itulah sebabnya sikap
Yesus ini perlu ditiru untuk dipraktekkan anak-anak Tuhan yang mempunyai
kerinduan dalam melayani yang bermasalah.
Sikap Yesus yang paling nampak, ketika perempuan kedapatan
berzinah adalah yaitu sikap yang dilandaskan dalam “kasih”. Jadi dasar Yesus adalah kasih. Yesus tidak menghakimi, Yesus tidak menghukum
dengan melemparkan batu, Yesus tidak berkata kamu itu tidak pantas lagi, tetapi
Yesus berkata “pergilah dan jangan berbuat dosa lagi. Kalau direnungkan perkataan Yesus dalam hal
ini, bukan berarti Yesus member toleransi akan dosa perzinahan melainkan
memberikan kesempatan untuk bertobat.
Jadi sebagai konselor Alkitabiah perlu meneladani
metoda konseling Yesus. Seperti saat ketika
berhadapan dengan ahli taurat, orang-orang farisi dan perempuan berzinah, Yesus
lebih memilih bersikap tenang bukan berarti tidak berbuat apa-apa, tetapi
memikirkan dengan hati-hati dan penuh hikmat.
Untuk itu bagi konselor Alkitabiah harus meniru sikap Yesus yang penuh
kasih dan empati, sabar, serta bertindak dengan benar. Jadi bukan seperti ahli taurat, dan orang farisi
yang selalu berpikiran menghakimi dan menyalahkan.
Untuk itu,
landasan konselor Alkitabiah adalah Yesus sebagai otoritas
tertinggi. Dalam artian bahwa dalam
segala sesuatu dilandaskan dengan prinsip-prinsip metoda konseling Yesus, yaitu
kasih, penuh dengan pengampunan, tidak ada pengkotak-kotakan, penuh dengan
hikmat, berhati-hati, mendengar yang baik bahkan sampai bertindak dengan baik. Akhirnya membawa orang-orang yang
bermasalah, yang terhimpit, yang putus harapan kembali kepada kebenaran yang
sesungguhnya yaitu Yesus Kristus. Jadi
membawa kepada Yesus sebagai jawaban hidup manusia satu-satunya.
Senin, 26 November 2012
PANDANGAN MEMILIH PASANGAN MENURUT ALKITAB DAN DUNIA
Konsep pasangan sepadan menurut Alkitab adalah SEIMAN
2 Korintus 6:14
"Janganlah kamu merupakan pasangan yang tidak seimbang dengan orang-orang yang tak percaya. Sebab persamaan apakah terdapat antara kebenaran dan kedurhakaan? Atau bagaimanakah terang dapat bersatu dengan gelap?"
Alkitab jelas berkata bahwa untuk memilih pasangan harus sepadan karena? GELAP TIDAK BISA BERSATU DENGAN TERANG. Dan alasan yang kedua adalah "Allah sangat membenci anak Allah dengan anak dunia"
2maka anak-anak Allah melihat, bahwa anak-anak perempuan manusia itu cantik-cantik, lalu mereka mengambil isteri dari antara perempuan-perempuan itu, siapa saja yang disukai mereka. Kejadian 6:2.
Tujuan Allah memberi pasangan yang sepadan :
Supaya saling mengasihi, saling menolong, terang sama terang bisa bersatu, satu perasaan.
Konsep pacaran/pasangan dan sepadan menurut pandangan dunia memilih pasangan:
1. Orangnya cantik/ganteng, tingggi, dengan alasan untuk memperbaiki keturunan
2. Kulitnya putih, rambutnya lurus
3. Pendidikan yang selevel, dengan alasan supaya nyambung ngomong
4. Pintar piano, dengan alasan kalau duluan meninggal bisa mengajari les, dan bisa untuk kebutuhan hidup
5. Suara yang bagus, dengan alasan kalau waktu melahirkan bisa nafasnya panjang
6. Pintar, dengan alasan ntar kalau punya anak bisa di ajari, sehingga pintar
7. Ekonomi yang selevel, dengan alasan biar gaya hidupnya sama.
2 Korintus 6:14
"Janganlah kamu merupakan pasangan yang tidak seimbang dengan orang-orang yang tak percaya. Sebab persamaan apakah terdapat antara kebenaran dan kedurhakaan? Atau bagaimanakah terang dapat bersatu dengan gelap?"
Alkitab jelas berkata bahwa untuk memilih pasangan harus sepadan karena? GELAP TIDAK BISA BERSATU DENGAN TERANG. Dan alasan yang kedua adalah "Allah sangat membenci anak Allah dengan anak dunia"
2maka anak-anak Allah melihat, bahwa anak-anak perempuan manusia itu cantik-cantik, lalu mereka mengambil isteri dari antara perempuan-perempuan itu, siapa saja yang disukai mereka. Kejadian 6:2.
Tujuan Allah memberi pasangan yang sepadan :
Supaya saling mengasihi, saling menolong, terang sama terang bisa bersatu, satu perasaan.
Konsep pacaran/pasangan dan sepadan menurut pandangan dunia memilih pasangan:
1. Orangnya cantik/ganteng, tingggi, dengan alasan untuk memperbaiki keturunan
2. Kulitnya putih, rambutnya lurus
3. Pendidikan yang selevel, dengan alasan supaya nyambung ngomong
4. Pintar piano, dengan alasan kalau duluan meninggal bisa mengajari les, dan bisa untuk kebutuhan hidup
5. Suara yang bagus, dengan alasan kalau waktu melahirkan bisa nafasnya panjang
6. Pintar, dengan alasan ntar kalau punya anak bisa di ajari, sehingga pintar
7. Ekonomi yang selevel, dengan alasan biar gaya hidupnya sama.
Cara Menghadapi Konflik Dalam Rumah Tangga
Cara Menghadapi Konflik
Dalam Rumah Tangga
Faktor-faktor yang menyebabkan konflik
dalam rumah tangga adalah faktor pemenuhan ekonomi (keuangan), perselingkuhan,
sex, masalah keluarga dari pihak orangtua laki dan perempuan.
1. Masalah kebutuhan ekonomi atau Keuangan
keluarga
Menurut fakta nyata yang sering terjadi
dalam rumah tangga yang menimbulkan konflik adalah masalah pemenuhan ekonomi
atau keuangan rumah tangga, yang dimana suami dan istri mempunyai
gaji atau pendapat yang pas-pasan. Pendapatan yang pas-pasan ini kadangkala
tidak bisa memenuhi semua kebutuhan, sehingga harus mengutang. Dan yang paling
parah lagi adalah apabila salah satu suami dan istri pengangguran atau PHK dari
pekerjaan mereka. Maka akibat salah satu suami istri pengangguran ini akan
mengakibatkan hutang semakin meningkat, bahkan sampai tidak terbayar sehingga
yang terjadi adalah pertengkaran dan saling menyalahkan.
Solusi mengatasinya:
v Sebelum pasangan antara pria dan wanita menikah, perlu sekali di perhatikan
untuk bisa mempunyai pekerjaan yang bisa untuk di andalkan dalam kebutuhan
setelah pernikahan dan kalau boleh pada waktu masih lajang bisa menabung untuk
persiapan pernikahan.
v Hendaknya si pria dan wanita sudah bekerja atau memiliki penghasilan
sendiri sebelum menikah.
v Hendaknya suami dan istri mengantisipasi segala kemungkinan yang ada
apabila suatu saat dirinya di PHK dari pekerjaaanya. Menabung untuk
rapersiapan atau membuka bisnis kecil di rumah.
v Sebagai Ibu Rumah tangga harus pintar membuat
anggaran belanja untuk setiap kebutuhan per bulan. Dan menulis uang masuk dan
uang keluar, dan menabung biaya tak terduga.
2. Masalah Sex dan tidak punya keturunan
Masalah sex adalah masalah yang sangat
besar yang bisa menimbulkan terjadi konflik antara hubungan suami dan istri.
Masalah tentang sex, Suami yang impoten, suami atau istri yang mandul, suami
yang terkena ejakulasi dini dan tidak bisa lama istrinya melakukan sex, atau
sebaliknya istrinya yang hyper sex dan selalu merasa kurang sehingga akan
menimbulkan perselingkuhan, pisah ranjang “sehingga jajan keluar”, bahkan yang
paling membahayakan dalam hubungan ini, tidak hanya konflik tetapi terjadi
perceraian dalam rumah tangga.
Mengenai masalah belum punya keturunan
adalah konflik besar juga di antara kedua pasangan sebab yang mereka
nanti-nantikan dalam pernikahan mereka adalah mempunyai anak atau pewaris. Dan
kalau salah satu pasangan mungkin di ponis Dokter mandul, maka hal ini akan
mengakibat perceraian. Nah untuk itu, bagaimana cara mengatasi konflik ini,
apakah harus cerai karena salah satu pasangan mandul?
Solusinya
adalah:
·
Sebagai orang Kristen tentunya penggunaan sex itu harus di nikmati sebab
ini adalah pemberian Tuhan Allah. Untuk bisa menikmati dengan baik harus
menjalin komunikasi yang baik diantara suami istri. Jangan dipendam dalam hati.
Kemukakanlah kekurangan anda kepada pasangan anda. Apakah itu suami yang
ejakulasi dini, atau istri yang selalu belum mencapai orgasme ketika
berhubungan dan yang lainnya. Intinya jangan untuk terus terang
dengan pasangan anda. Mungkin anda ingin mencoba variasi seks gaya baru, maka utarakanlah
hal itu terhadap pasangan anda. Selama itu aman dan dalam konteks yang
diperbolehkan kesehatan dan agama kristen, maka silakan untuk mengkondisikannya
dengan pasangan anda.
·
Masalah belum punya ketuturunan adalah mengenai masalah waktu. Ingatlah
Tuhan pasti menolong sebab Tuhan menghendaki kita berketurunan Kejadian 1: 28 “Allah memberkati mereka, lalu Allah berfirman
kepada mereka: "Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan
taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara
dan atas segala binatang yang merayap di bumi." . Nah itulah sebab
kita perlu sabar dan menunggu jawaban dari Tuhan seperti Abraham dan Sara, yang
menunggu keturunannya pada masa tuanya. Jadi jangan kwatir sebab kita mempunyai
Tuhan Allah yang hidup, yang sanggup melakukan perkara besar, bahkan yang tidak
mungkin menjadi mungkin.
ANDA INGIN TAHU LAGI TENTANG CARA MENGATSI KONFLIK DALAM RUMAH TANGGA ?
BISA MELIHAT ARTIKEL SAYA DI SABDA LOGOS ATAU SABDA LOGOS IS MY LIFE, ATAU DI
FIRMAN YANG HIDUP ,MAKA ANDA AKAN TAHU CARA –CARA UNTUK MENJADI KELUARGA
HARMONIS.
Senin, 12 November 2012
TEOLOGI IMAN DALAM PERJANJIAN LAMA BY KRISTALON SINAGA
BAB
I
Pendahuluan
Berbicara mengenai iman di dalam Kitab Perjanjian Lama
tidak begitu jelas dicatat, namun gambaran iman itu terlihat melalui kehidupan
para tokoh Alkitab dalam Perjanjian Lama.
Salah satu tokoh dalam Perjanjian Lama adalah Abraham yang dijuluki
‘Bapa Orang Percaya” yang mempunyai iman yang luar biasa. Bahkan tidak hanya orang Kristen saja
mengakui bahwa Abraham mempunyai iman
yang besar namun umat Muslim juga mengakuinya.
Iman Bapak Abraham pantas diteladani orang percaya,
sebab iman yang dimilikinya tidak hanya sekedar iman yang angan-angan kukuh
namun iman yang taat, patuh, tunduk kepada Allah. bahkan iman yang teruji.
Perjanjian Lama menulis beberapa tokoh yang mempunyai
iman yang teguh kepada Allah seperti Daniel, Sadrak, Mesak, Abednego. Nama-nama ini adalah orang yang
mempertahankan imannya sekalipun diancam untuk dimasukkan ke dalam perapian.
Dalam pengancaman ini, nama-nma ini tidak menyangkal imannya namun tetap
mempertahnkan imannya, dan akhirnya juga Allah menolong mereka juga.
BAB
II
B. Pengertian
Iman dalam Perjanjian Lama
1.
Pengertian Iman
Pengertian iman dalam
Kitab Perjanjian Lama tidak begitu jelas
dan detail ditulis seperti di dalam kitab Perjanjian Baru dalam kitab Ibrani, namun
gambaran iman dalam Perjanjian Lama terlihat dari kehidupan para tokoh
Alkitab. Seperti Abraham, Daniel,
Sadrak, Mesakh, Abednego, Ayub, dan para tokoh lainnya.
Kata iman ini sudah dipakai dalam
Septuaginta, kata iman
dalam bahasa Ibrani adalah אמן (aman)[1]
yang dalam Perjanjian Lama berarti “berpegang teguh” “dapat diandalkan” pada
keyakinan yang dimiliki atau berketetapan hati untuk meyakini sesuatu karena
sesuatu itu dapat dipercaya dan diandalkan.
Kata iman selalu dikaitkan dengan kepercayaan kepada Allah. Berarti percaya kepada apa yang sudah
difirmankan Allah. Karena itu ‘beriman
kepada’ tidak dapat disamakan dengan “percaya kepada” Dalam bahasa Yunani,
disebut dengan pistis.
Jadi iman dimaksudkan untuk menunjukkan adanya
hubungan manusia dengan Allah. Hubungan yang didasarkan pada sikap atau
tindakan manusia yang percaya dan mempercayakan hidupnya kepada Allah dengan
segenap hati. Manusia beriman adalah
manusia yang mengiyakan, mengamini, menaruh kepercayaan dan harapan,
mengandalkan, berpegang teguh, percaya dan mempercayakan diri pada Allah
sebagai sumber dan dasar hidup.
BAB
III
TEOLOGI IMAN DALAM PERJANJIAN LAMA
A.
Dasar
Biblika Iman dalam Perjanjian Lama
Memahami dasar biblika atau teologi iman dalam
Perjanjian Lama, pertama-tama tidak terlepas dari kehidupan para tokoh Alkitab
yang tercatat dalam kitab Perjanjian Lama yang mempunyai iman dan ketundukan
serta keintiman dengan Allah seperti Abraham, Henok, Daniel, Sadrak, Mesakh,
Abednego, dan Ayub, Daud.
Iman adalah adalah ketundukan atau kepekaan akan suara
Tuhan atau sikap mendengarkan suara Tuhan dalam artian “tidak sekedar mendengar,
namun adanya respon” seperti yang
tertulis dalam 1 Samuel 3:10 “ Lalu datanglah TUHAN, berdiri di sana dan memanggil
seperti yang sudah-sudah: “Samuel! Samuel!” Dan Samuel menjawab: ‘Berbicaralah,
sebab hamba-Mu ini mendengar.” Berbeda
dengan mendengar begitu saja. Jadi sikap
beriman adalah adalah adanya sikap pasrah, tunduk, taat, patuh secara
total dengan mengandalkan Tuhan Allah
sepeunuhnya secara aktif mendengarkan suara atau kehendak perintah Allah.[2] Menurut
Dr Nico dalam bukunya Pengantar teologi bahwa iman adalah:
Orang yang telah mendengarkan sabda Allah dan mentaati
perintah-Nya harus tetap setia dalam melaksanakan kehendak Allah. Kesetiaan itu
unsur ketiga dalam paham iman menurut Perjanjian Lama. Dengan setia, orang beriman harus hidup
sesuai dengan tuntunan Allah.[3]
Jadi pengertian iman dalam Perjanjian Lama adalah taat
dan patuh kepada suara perintah Allah sedemikian rupa sehingga kepatuhan budi
dijelmakan dalam kepatuhan tingkah laku.
B.
Tokoh
Alkitab yang Beriman dalam Perjanjian Lama
Dalam pembahasan
para tokoh Alkitab yang mempunyai iman teguh dalam Perjanjian Lama ini
adalah Henokh, Nuh, Abraham, Daniel, Sadrakh, Mesakh, Abednego, Ayub, dan Daud. Namun dalam pembahasan kali ini, penulis
hanya memaparkan beberapa nama dari tokoh ini, yaitu Abraham, Sadrak, Mesakh, Abednego
dan Ayub dan Daud. Pertama adalah:
1.
Iman
Abraham
Abraham adalah salah satu tokoh alkitabiaah.
Kisahnya diceritakan dalam pasal
11-25 dari Kitab Kejadian , dan ia memainkan peran penting dalam Yudaisme ,
Kristen dan umat Islam. Abraham, bapak
pendiri bangsa Yahudi Israel, adalah orang besar iman dan ketaatan kepada
kehendak Allah. Namanya dalam bahasa Ibrani berarti “bapa dari banyak bangsa. “Awalnya disebut
Abram,” Tuhan mengubah namanya menjadi Abraham sebagai simbol dari janji
perjanjian untuk memperbanyak keturunannya menjadi bangsa besar.
Dalam tradisi Yahudi dan Kristen, Abraham adalah ayah
dari Israel melalui anaknya Ishak. Dalam
tradisi Islam, Abraham dianggap sebagai nabi Islam , nenek moyang Muhammad ,
melalui Ismael. Muslim menganggapnya sebagai contoh Muslim yang sempurna dan
tunduk kepada Allah. Dalam Perjanjian
Baru juga Abraham digambarkan sebagai seorang beriman.
1.
Sikap
dan Ketaatan Iman Abraham
Sikap iman Abraham bisa terlihat ketika Allah
memerintahkan untuk meninggalkan negeri dimana sudah merasa nyaman di tempat
yang didiaminya, dan juga terlihat di saat ia mau menyembelih anaknya untuk menjadi
korban. Namun pada akhirnya Allah
sendiri menyediakan korban yaitu anak domba yang tersangkut di pohon belukar.
1.1. Abraham
Meninggalkan Negerinya
Ketaatan Iman Abraham terlihat ketika dia meninggalkan
tempat tinggalnya yang dimana dia sudah merasa nyaman. Alkitab mencatat bahwa
Allah memerintahkan untuk pergi meninggalkan negerinya sebagaimana di dalam
Kejadian 12;1-3 yang mengatakan: “ Berfirmanlah TUHAN kepada Abram: “Pergilah dari
negerimu dan dari sanak saudaramu dan dari rumah bapamu ini ke negeri yang akan
Kutunjukkan kepadamu; Aku akan membuat engkau menjadi bangsa yang besar, dan
memberkati engkau serta membuat namamu masyhur; dan engkau akan menjadi berkat. Aku akan memberkati orang-orang yang
memberkati engkau, dan mengutuk orang-orang yang mengutuk engkau, dan olehmu
semua kaum di muka bumi akan mendapat berkat. Lalu pergilah Abram seperti yang
difirmankan TUHAN kepadanya, dan Lotpun ikut bersama-sama dengan dia; Abram
berumur tujuh puluh lima tahun, ketika ia berangkat dari Haran.” (TB)
Jadi ketika Allah memerintahkan Abraham untuk
meninggalkan negerinya, ia tunduk kepada Allah, dia tidak berkata mengapa harus
pindah Tuhan, disini sudah enak dan nyaman namun ia taat kepada Allah.
1.2. Abraham tidak
segan-segan mempersembahkan Ishak
Ketika Allah memerintahkan Abraham agar dipersembahkan
anaknya yang tunggal, kesediaan Abraham begitu reshfek dan tidak membantah.[4] Dalam hal ini Abrahamk percaya bahwa Allah
sanggup menyediakan korban sebagai ganti anaknya. Dia tetap berkeyakinan untuk
melaksanakan perintah Allah. Keyakinan iman Abraham bisa terlihat dengan jelas
ketika dia sungguh-sungguh benar mempersiapkan kayu bakar, mengikat anaknya
Ishak, dan bahkan tidak segan-segan untuk menyembelihnya, namun Tuhan Allah
melihat hati Abraham (Kejadian 22:9-10) sehingga Allah yang menyediakan anak
domba.
Abraham percaya bahwa Allah akan mampu untuk bertindak
dengan menyediakan seekor anak domba sebagai ganti nyawa Ishak, dan ia juga
percaya bahwa perintah Allah harus dilaksanakan sekalipun ia harus kehilangan
Ishak. Agaknya Abraham tetap berkeyakinan untuk melaksanakan perintah Allah
tersebut sekalipun ia percaya bahwa Allah dapat melakukan segala hal untuk
menyelamatkan Ishak. Keteguhan iman Abraham terhadap perintah Allah sangat
terihat jelas ketika ia mendirikan mezbah, menyiapkan kayu bakar, mengikat
Ishak lalu meletakkannya diatas mezbah dan tumpukan kayu bakar itu, akhirnya
Abraham mengulurkan tangannya, mengambil pisau untuk menyembelih anaknya.(Kej.
22: 9-10).
Berdasarkan informasi-informasi diatas, dapat memahami bahwa sesungguhnya Abraham
menyatakan pernyataan iman yang sungguh sangat luar biasa ketika ia berkata:
“Allah yang akan menyediakan anak domba untuk korban bakaran bagi-Nya, anakku.”
(Kej. 22: 8). Allah memang memerintahkan Abraham untuk mengorbankan anaknya
tetapi Allah tidak pernah mengatakan apapun kepadanya mengenai korban tebusan
pengganti Ishak, yang adalah seekor anak domba. Pada akhirnya, Allah mengetahui
bahwa sekalipun Abraham percaya bahwa Dia dapat menggantikan Ishak dengan
korban tebusan yang lain, namun ia tetap akan berniat menyembelih anaknya yang
tunggal itu. Jadi disinilah terletak
iman yang kokoh itu kepada Allah.
2.
Sadrakh,
Mesakh, Abednego
Kitab Daniel pasal 3 mengisahkan tiga
orang Israel bernama Sadrakh, Mesakh dan Abednego yang hidup dalam pembuangan
di Babel dalam masa pemerintahan raja Nebukadnezar. Pada waktu itu raja
Nebukadnezar mendirikan patung emas setinggi 60 hasta selebar 6 hasta yang
didirikan di sebuah dataran bernama Dura. Alkisah raja mewajibkan semua orang
di seluruh negeri untuk menyembah patung besar itu pada saat-saat tertentu,
yaitu pada waktu dibunyikan berbagai alat bunyi-bunyian seperti: sangkakala,
seruling, rebana dan lain sebagainya yang menandai waktu untuk melakukan ritual
penyembahan berhala itu (ayat 5). Sedangkan bagi siapa saja yang melanggar
titah raja ini – yakni yang tidak mau menyembah patung berhala tersebut – maka
dia akan dicampakkan ke dalam perapian yang menyala-nyala (ayat 6).
Ketika Raja Nebukadnezar membangun patung
untuk disembah oleh semua orang yang ada di wilayah Babel; Sadrakh, Mesakh dan
Abednego menolak untuk menyembah patung tersebut. Walaupun diancam akan
dimasukkan ke dalam perapian yang menyala-nyala, mereka tetap berpegang teguh
pada iman mereka. Iman mereka tidak tergoyangkan, walaupun bahaya mengancam nyawa mereka. Mereka
percaya bahwa Tuhan sanggup melepaskan mereka dari bahaya yang ada. Bahkan merekapun
siap mati jika pertolongan tidak datang juga. Mereka tidak rela melepaskan iman
mereka demi menyembah patung tersebut.
Hampir semua orang taat kepada perintah
raja Nebukadnezar, kecuali tiga orang Israel yaitu Sadrakh, Mesakh dan
Abednego. Mereka inilah tiga orang pertama yang berani melawan perintah raja
untuk menyembah patung emas. Ketiga orang ini melakukan “pengakuan yang berani”
dengan berkata:Jika Allah
kami yang kami puja sanggup melepaskan kami, maka Ia akan melepaskan kami dari
perapian yang menyala-nyala itu, dan dari dalam tanganmu, ya raja; (ayat 17) tetapi seandainya tidak, hendaklah tuanku mengetahui, ya raja, bahwa kami
tidak akan memuja dewa tuanku, dan tidak akan menyembah patung emas yang tuanku
dirikan itu.” (ayat 18) Dan ketiga orang ini berani mengambil resiko dengan dicampakkan ke dalam
perapian yang menyala-nyala sebagai akibat dari “pengakuan yang berani” itu. Lalu diikatlah ketiga orang itu, dengan
jubah, celana, topi dan pakaian-pakaian mereka yang lain, dan dicampakkan ke dalam
perapian yang menyala-nyala. (ayat 21).(TB)
Bila melihat iman dan komitmen mereka kepada Allah dengan tidak mengasihi nyawa
mereka sampai menghadapi maut sekalipun, maka Tuhan menyelamatkan mereka dengan
membuat tubuh mereka tidak mempan oleh api, bahwa rambut di kepala mereka tidak
hangus, jubah mereka tidak berubah apa-apa, bahkan bau kebakaranpun tidak ada
pada mereka (ayat 27).
1. Sikap Ketaataan Iman Sadrakh, Mesakh, dan Abednego
Meskipun taruhannya adalah nyawa, bukanlah
sikap yang konyol. Sadrakh, Mesakh, Abednego tahu bahwa konsekuensi iman pada Allah akan membuat mereka dihukum raja
Nebukadnezar. Mereka berani
menghadapinya karena dasar iman mereka bukan pada jabatan, kekayaan, dan
tawaran-tawaran raja, melainkan pada Allah yang hidup. Iman sejati mereka
tampak jelas saat mereka berkata, “Tapi seandainya tidak, kami tidak akan
memuja dewa tuanku” (ay. 18). Ini menjelaskan, apabila Allah tidak melepaskan
mereka dari perapian tersebut, mereka tetap setia kepada Allah. Disini begitu
jelas terlihat iman yang kokoh dan teruji bahkan menjadi teladan bagi kaum muda
untuk memperjuangkan kegigihan imannya.[5]
1.1. Tidak Mau
menyembah Patung
Jika Allah kami yang kami puja sanggup
melepaskan kami, maka Ia akan melepaskan kami dari perapian yang menyala-nyala
itu, dan dari dalam tanganmu, ya raja; tetapi seandainya tidak, hendaklah
tuanku mengetahui, ya raja, bahwa kami tidak akan memuja dewa tuanku, dan tidak
akan menyembah patung emas yang tuanku dirikan itu.” (Daniel 3:17-18).
Dari kitab Daniel pasal 3 ini kita tahu
bahwa pada akhirnya Sadrakh, Mesakh dan Abednego dimasukkan ke dalam perapian
yang menyala-nyala. Bahkan karena begitu marahnya Raja Nebukadnezar, perapian
dipanaskan dengan begitu luar biasa. Tetapi apa yang terjadi kemudian adalah kita
melihat pertolongan Tuhan turun bagi Sadrakh, Mesakh dan Abednego. Tuhan tidak
mempermalukan mereka. Sehelai rambutpun tidak ada yang terbakar. Bahkan Raja
Nebukadnezarpun memerintahkan semua orang agar menghormati Allah mereka.
Sadrakh, Mesakh dan Abednego tidak mempan oleh api karena iman mereka pada
kesanggupan Allah untuk menyelamatkan mereka dari api, 3:16-18. Mereka tidak
mempan oleh api karena Allah menyertai mereka, 3:24-25. Tuhan penuh kasih dan
kuasa, Ia sanggup menyelamatkan dan selalu menyertai hidup anak-anakNya.
Ketiga
pemuda ini yang tetap setia kepada Allah bahkan ketika hidup mereka terancam
kematian menjadi teladan yang menghukum kompromi rohani dan moral dari
orang-orang yang mempergunakan berbagai pengaruh dan kebiasaan kontemporer sebagai
alasan perbuatan duniawinya. Allah tidak menerima dalih bahwa kita boleh
melakukan sesuatu hanya karena "semua orang melakukannya." Kita harus
dengan tekun memohon agar Allah menanamkan suatu tekad yang teguh di dalam hati
kita untuk tetap setia kepada Dia dan Firman-Nya, bagaimanapun juga akibatnya.
1.1.1.
Terjadi mujizat ataupun tidak ada
mujizat tetap Percaya
Mereka berkata,
“Kalau Allah melepaskan kami dari dapur api, ya puji Tuhan, tetapi kalau masuk
api lalu terbakar hangus, ya tetap puji Tuhan !” Ada mujizat atau tidak ada mujizat, imannya tetap kokoh. Mengapa? Karena hidupnya benar-benar percaya kepada Allah yang
hidup. Sadrakh, Mesakh dan Abednego begitu tegas sikapnya?
Sebab mereka mempunyai iman yang mampu melihat kepada masa yang kekal. Mereka tahu bahwa hidup di dunia ini sementara saja,
sedangkan hidup yang kekal itu adalah sangat riil. Jadi, apa yang diperbuat sekarang dalam hidup
didunia ini, haruslah merupakan persiapan untuk hidup yang kekal nanti.
3. Ayub
Ayub adalah seorang pengusaha yang takut akan Tuhan dan usahanya sangat
diberkati. Di Ayub 1:3 disebutkan bahwAyub adalah orang terkaya di sebelah
timur. Itu berarti, tidak ada yang sekaya Ayub di daerah tersebut. Pengaruhnya di daerah tersebut membuatnya disegani dan dihormati oleh
siapapun, dari lapisan masyarakat mana pun (Ayub pasal 29). Sekalipun
demikian, Ayub tidak gelap mata atau gila kuasa. Ia tetap tampil apa adanya,
seolah-olah tak memiliki apa-apa. Ia tetap rendah hati, saleh, jujur, takut
akan Allah dan menjauhi kejahatan. Perilakunya itulah yang menawan hati Tuhan
sehingga memujinya: “Tiada seorang pun di bumi seperti dia, yang demikian saleh
dan jujur, yang takut akan Allah dan menjauhi kejahatan” ( Ayub 1:8; 2:3 ).
1.
Sikap
Iman Ayub dalam Penderitaan
Alkitab dengan
jelas mencatat bahwa Ayub “saleh dan
jujur; ia takut akan Allah dan menjauhi
kejahatan.” (Ayub 1:1). Ini menunjukkan bahwa Ayub adalah orang yang
hidupnya benar dan tidak bercela di hadapan Tuhan. Itulah sebabnya ketika kesengsaraan dan
penderitaan menimpa hidupnya ia merasa berhak untuk bertanya kepada Tuhan bukankah
seharusnya orang fasik atau orang berdosa yang layak menerima segala
penderitaan dan malapetaka. Dalam hal
ini Ayub sendiri, Ayub merupakan wakil dari bentuk pendampingan pastoral terhadap
diri sendiri ketika Ayub menumpahkan segala kekesalan dan kekecewaan terhadap
hidup ini dengan ratapan-ratapan yang menyakitkan pada Ayub. Tetapi yang menjadi kemenangan ada dipihak
anak Tuhan yang tetap setia sekali pun hidupnya hancur, sekalipun secara
manusia sangat menderita, sekali pun semua yang dipunyainya hilang dengan cara
yang sangat menyakitkan. Allah kemudian mempermalukan iblis dengan menunjukkan
bahwa Ayub tetap tegar dan terus berdiri
teguh di dalam imannya.
1.1. Ayub Tidak
Mengutuk Tuhan Allah
Ayub tidak mengutuk Allah melainkan hari dan malam ia
dikandung dalam bahasa yang mengingatkan penciptaan. [6] Dalam buku Pengantar Perjanjian Lama 2
mengatakan bahwa prosa untuk membuktikan ketidakbersalahan Ayub, walaupun itu
hampir tidak diperlukan. Namun Allah
memulihkan nama baik, kekayaan dan keluarga Ayub. Iman Ayub yang teguh pada
permulaannya telah dimurnikan seperti emas melalui api kesengsaraan,
kesalahpahaman dan keraguan. Juga hardikan yang berulang kali terhadap ketiga
sahabatnya Ayub (Ayub 47;7-8). [7]
4. Daud
Latar belakang Daud adalah anak seorang dari Efrata,
dari betlehem-Yehuda, yang bernama Isai. Isai mempunyai delapan anak laki-laki. Ketiga anak Isai ini ada tiga yang suka
berperang mengikuti Saul; nama ketiga anaknya yang pergi berperang itu ailah
Eliab, anak sulung, anak yang kedua ialah Aminadab, dan yang ketiga adalah
Syama. Dan Daudlah yang paling bungsu
yang selalu menggembalakan domba ayahnya di Betlehem.
4.1. Iman Daud ketika Melawan Goliat
Kemenangan Daud atas Goliat diperoleh karena imannya
kepada Allah yang telah diuji dan dibuktikan dalam hidupnya. Dan rahasia iman
Daud adalah bahwa Daud mengasihi Tuhan, dia selalu mencari wajah Tuhan. Daud juga bersemangat dan sangat
memperhatikan kehormatan Tuhan Allah Israel.
Ia menyadari bahwa Tuhan Allah yang mahakuasa yang akan berperang. Kepercaan Daud akan kuasa Allah telah
diperkuat masa sebelumnya ketika ia berdoa dan mengalami kelepasan dari Allah.
Juga Roh Tuhan turun ke atasnya.
4.1.1. Daud Mengalah Goliat dengan Nama Tuhan
Ketika Daud melawan Goliat yang raksasa itu, Daud
benar-benar dengan segenap hati percaya kepada Allah. Bahwa Allah sanggup menyatakan kuasanya. Seperti yang tertulis dalam 1 Samuel 17:45-46
“Tetapi Daud berkata kepada orang Filistin itu: "Engkau mendatangi aku
dengan pedang dan tombak dan lembing, tetapi aku mendatangi engkau dengan nama
TUHAN semesta alam, Allah segala barisan Israel yang kautantang itu. Hari ini
juga TUHAN akan menyerahkan engkau ke dalam tanganku dan aku akan mengalahkan
engkau dan memenggal kepalamu dari tubuhmu; hari ini juga aku akan memberikan
mayatmu dan mayat tentara orang Filistin kepada burung-burung di udara dan
kepada binatang-binatang liar, supaya seluruh bumi tahu, bahwa Israel mempunyai
Allah,”.
Daud tidak
memakai metode yang canggih dan hebat
seperti senjata namun Goliat memakai perlatan yang canggih seperti yang
tertulis dalam 1 Samuel 17:5-7 “Ketopong tembaga ada di kepalanya, dan ia
memakai baju zirah yang bersisik; berat baju zirah ini lima ribu syikal
tembaga. Dia memakai penutup kaki dari
tembaga, dan di bahunya ia memanggul lembing tembaga. Gagang tombaknya seperti
pesa tukang tenun, dan mata tombaknya itu enam ratus syikal besi beratnya. Dan
seorang pembawa perisai berjalan di depannya.” (TB)
Daud tahu musuhnya adalah orang yang tak mengenal
Tuhan bahkan berani menghujat Goliat.
Daud yakin sekali bahwa Tuhan yang akan berperang. Dimata Daud bahwa Goliat tak lebih dari
binatang buas yang mencoba menganggu ternaknya (1 Samuel 17:34-36).
Dengan kepercayaan iman Daud kepada Allah, ia mampu
mengalah Goliat yang berbadan raksasa itu.
Dia membunuh Goliat dengan batu kecil dengan mengumbannya sehingga kena
dahi Goliat, akhirnya setalah Goliat jatuh ketanah, Daud mengambil pedang dari
barisan Filistin dihunusnyalah atau dipancungnyalah kepala Goliat.[8]
BAB
IV.
KESIMPULAN
Setelah penulis membahas teologi iman dalam Perjanjian
Lama dengan cara meneliti kehidupan para tokoh-tokoh Alkitab, maka penulis
menyimpulkan bahwa teologi iman muncul dari kehidupan yang taat, tunduk akan segala
perintah Tuhan Allah. Arti taat dan
tunduk akan perintah Tuhan adalah melakukan dengan segenap hati percis seperti
apa yang diperintahkan Tuhan Allah. Jadi tidak meleset, tetapi menuju sasaran.
Jadi teologi iman dalam Perjanjian Lama ini adalah
orang-orang yang tunduk, berpegang teguh akan kebenaran serta taat akan suara
Allah, akan perintah Allah. Atau para
nabi yang mempunyai visi dan misi akan keselamatan umatnya. Juga orang-orang yang mengasihi Tuhan,
mempunyai keintiman dengan Tuhan Allah dengan tindakan nyata dan orang yang
bisa membedakan mana suara hati dan suara Tuhan.
Jadi dapat disimpulkan bahwa teologi iman dalam
Perjanjian Lama adalah sesuatu yang belum dilihat, belum ada dibenak pikiran,
namun harus mempercayainya. Sehingga
itulah sebabnya Perjanjian Baru mengutip di dalam surat Ibrani bahwa Iman
adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala
sesuatu yang tidak kita lihat. Jadi iman yang ada di dalam Perjanjian Lama itu
berhubungan dengan Perjanjian Baru.
DAFTAR PUSTAKA
Alkitab Edisi Studi.
Jakarta: LAI, 2011
_____________. Inspirasi Batin, Yogyakarta:
Kanisius, 2007.
Bergant
Dianne, CSA dan Robert J. Karris, OFM. Tafsir Alkitab Perjanjian Lama.
Yogyakarta: Kanisius, 2004.
Syukur Dister Nico OFM. Teologi Sistematika 1.
Yogyakarta: Kanisius, 2004.
_____________________. Pengantar Teologi. Yogyakarta:
Kanisius, 2004.
H.h Rowley. Ibdat Israel Kuno.
Jakarta: Gunung Mulia, 2004.
D.a Hubard, F.W. Lasor W.S. Pengantar Perjanjian
Lama 2. Jakarta: Gunung Mulia, 2007.
Kaiser. Jr. Walter C.
Teologi Perjanjian Lama.
Malang: Gandum Mas, 2004.
[1] Walter C.
Kaiser. Jr. Teologi Perjanjian Lama, (Malang: Gandum Mas, 2004), hlm. 127.
[2] Nico
Syukur Dister OFM , Teologi Sistematika 1, (Yogyakarta: Kanisius, 2004),
halaman 69.
[3] Nico
Syukur Dister OFM, Pengantar Teologi, (Yogyakarta: Kanisius, 2004), halaman
129.
[4] Rowley H.h. Ibdat Israel Kuno,
(Jakarta: Gunung Mulia, 2004), halaman 18.
[5] _____________.
Inspirasi Batin, (Yogyakarta: Kanisius, 2007), halaman 179.
[6] Dianne
Bergant, CSA dan Robert J. Karris, OFM. Tafsir Alkitab Perjanjian Lama,
(Yogyakarta: Kanisius, 2004), halaman 407.
[7] W.S.
Lasor, D.a Hubard, F.W. Pengantar Perjanjian Lama 2, (Jakarta: Gunung Mulia,
2007), halaman, 119.
[8] Alkitab
Edisi Studi. (Jakarta: LAI, 2011), halaman 459.
Langganan:
Postingan (Atom)
-
BAB I PENDAHULUAN Saat ini program bayi tabung menjadi salah satu masalah yang cukup serius. Hal ini terjadi karena keinginan pasan...
-
Kasus Perzinahan dalam Yohanes 8:1-1 1 BAB I PENDAHULUAN Berbicara mengenai kasus perzinahan dalam tradisi bangsa Israel adalah ...
-
BAB I Pendahuluan Berbicara mengenai iman di dalam Kitab Perjanjian Lama tidak begitu jelas dicatat, namun gambaran iman itu terlihat ...