ddd

Jika Yesus Kristus adalah orang gila, stress berat, tidak mungkin ada pengikutnya. Jika Yesus Kristus seorang penipu tidak mungkin Dia mau disalib. Kesimpulannya adalah Yesus Kristus adalah Tuhan Allah yang datang ke dunia menjadi manusia

Selasa, 02 Oktober 2012

SEKTE-SEKTE YAHUDI DALAM PB


SEKTE-SEKTE YAHUDI DALAM ERA PERJANJIAN BARU


Pendahuluan.                                                                   
Pada waktu Yesus lahir, orang-orang Yahudi telah terbagi dalam tiga faksi utama: Farisi, Saduki, dan Eseni. Di dalam setiap faksi itu terdapat kelompok-kelompok kecil orang Yahudi yang bersatu dengan landasan ajaran-ajaran seorang rabi tertentu atau kelompoknya. Jadi selagi membicarakan ketiga faksi besar dalam agama Yahudi Perjanjian Baru itu, kita juga perlu mengingat bahwa dalam kelompok-kelompok kecil itu orang-orang Yahudi memiliki pandangan yang beraneka ragam.
A.     Orang-Orang Farisi: Para Ahli Taurat
Sekte Farisi adalah sekte yang paling banyak pengikutnya dalam masa Perjanjian Baru. Nama mereka diambil dari kata kerja parash, yang berarti memisahkan. Mereka adalah kelompok yang memisahkan diri, atau kaum puritan Yudaisme, yang menghindari segala hubungan dengan kejahatan dan berusaha menaati hukum lisan maupun tulisan secara mutlak sampai kepada hal yang sekecil- kecilnya (Merril C. Tenney, Malang: Penerbit Gandum Mas, 2006). Orang-orang Farisi muncul dari kalangan kaum Hasidim pada masa Yohanes Hirkanus. Orang-orang Farisi ini adalah ahli-ahli tafsir tradisi mulut ke mulut yang berasal dari para rabi. Pada umumnya mereka berasal dari kalangan menengah, yakni para tukang dan kaum pedagang (contoh, Paulus adalah pembuat tenda). Mereka mempunyai pengaruh yang sangat besar di antara para petani. Yosefus mengamati bahwa pada saat orang-orang Yahudi harus mengambil suatu keputusan yang sangat penting, mereka lebih bersandar pada pendapat orang- orang Farisi ketimbang pada raja ataupun imam besar (Antiquities, Bk. XII, Psl. x Bgn. 5). Karena rakyat sangat mempercayai mereka, orang Farisi diangkat untuk menduduki jabatan jabatan penting dalam pemerintahan, termasuk untuk duduk dalam Sanhedrin (Senat). Menurut perkiraan Yosefus, dalam zaman Tuhan Yesus, di tanah Palestina hanya ada sekitar 6.000 orang Farisi; karena itu mereka sangat memerlukan dukungan rakyat banyak. Kemungkinan itulah sebabnya mereka sangat gentar melihat kemampuan Yesus mengumpulkan orang banyak di sekitar- Nya.
Para Farisi mengajarkan bahwa orang yang benar akan mengalami kebangkitan sesudah kematian (Kisah 23:8), sedangkan orang durhaka akan menerima hukuman yang kekal. Tidak banyak kelompok Yahudi yang menerima ajaran itu. Sebaliknya banyak yang mendukung pendapat Yunani dan Persia bahwa setelah mati jiwa dan tubuh berpisah untuk selama-lamanya. Mereka menjalankan kewajiban doa dan puasa dan membayar persepuluhan dari harta mereka dengan sangat teliti (Mat 23:23; Lukas 11:42). Mereka memelihara hukum Sabat dengan sangat ketat, hingga memetik bulir gandum sambil berjalanpun mereka tidak perkenankan (Matius 12:1, 2).
Kemungkinan faktor itu juga yang menyebabkan banyak orang datang pada Yesus. Yesus adalah seorang tukang kayu miskin, namun ia sangat ahli dalam menjelaskan hukum Taurat (Matius 7:28, 29); selain itu, Ia juga mengajarkan tentang kebangkitan dan kehidupan sesudah kematian (Lukas 14:14; Yohanes 11:25). Pengajaran Yesus mengenai adat istiadat manusia (Markus 7:1-9), penghormatan kepada orang tua (Markus 7:10-13), dan soal memelihara Sabat (Matius 12:2432), cocok dengan pengajaran orang-orang Farisi. Yesus juga sering berbicara mengenai malaikat-malaikat, setan-setan, dan berbagai macam roh seperti yang digambarkan dalam mistik Yahudi. Ini menarik minat orang banyak.
B.     Orang-Orang Saduki: Para Penjaga Taurat.
Setelah wangsa Makabeus berhasil memaksa Siria untuk angkat kaki dari bumi Palestina, orang-orang Yahudi Helenis tidak berani lagi menunjukkan diri mereka. Bagi para sarjana Yahudi, menyokong pemikiran-pemikiran Yunani sudah menjadi tidak aman. Namun kaum intelektual Yahudi ini tetap menerapkan jalan pemikiran mereka terhadap berbagai masalah pada masa itu dan mereka membentuk suatu sekte Yahudi baru yang dikenal sebagai Saduki.
Dari mana asalnya nama itu tidak lagi diketahui dengan pasti. Banyak ahli bahasa Ibrani yang menganggap kata itu diambil dari kata saddig ("benar"), atau kemungkinan juga berasal dari nama imam Zadok, karena orang-orang Saduki terkait erat dengan keimaman di Bait Allah.
Orang-orang Saduki menolak tradisi para rabi yang diturunkan dari mulut ke mulut itu. Mereka hanya menerima Taurat Musa yang tertulis, dan setiap pengajaran lain yang tidak didasarkan pada Firman Tuhan yang tertulis, mereka tolak dengan keras (Yosefus, Antiquities, Bk. XIII, Psl. x, Bgn. 6). Mereka melihat bahwa pengajaran Farisi terlalu banyak mendapat pengaruh dari Persia dan Asyur, dan menganggap orang-orang Farisi sebagai penghianat-penghianat terhadap tradisi Yahudi. Mereka menolak ajaran orang-orang Farisi mengenai malaikat-malaikat, setan-setan, dan kebangkitan setelah kematian (Matius 22:23-32; Kisah 23:8). Jadi mereka menentang Yesus ketika dalam hal itu Yesus sependapat dengan para Farisi (Matius 22:31-32).
Orang-orang Saduki mengambil pendapat seorang filsuf Yunani, Epikurus, yang mengatakan bahwa jiwa seseorang ikut mati juga ketika tubuhnya mati (Yosefus, Antiquities, B. XIII, Psl. ii, Bgn. 4). Mereka mengajarkan bahwa tiap orang menentukan nasibnya sendiri.
Orang-orang Saduki gemar berdebat tentang soal-soal teologi dan filsafat-bukti lain dari minat Yunani yang telah menjadi bagian mereka. Ide-ide canggih mereka tidak menarik untuk banyak orang, karena itu dalam bidang politik mereka terpaksa bergandengan tangan dengan orang-orang Farisi. Sebetulnya, seandainya tidak terjadi perubahan yang aneh dalam politik Yahudi, pastilah orang-orang Saduki sudah tenggelam sebelum masa Perjanjian Baru.
Orang-orang Farisi menentang keputusan Yohanes Hirkanus untuk menjadi imam besar, karena mereka mendengar bahwa dalam masa teror pemerintahan Antiokhus IV, ibu Hirkanus telah diperkosa. Hirkanus membuktikan bahwa cerita itu bohong, tetapi pengadilan Farisi hanya menjatuhkan hukuman beberapa kali pukulan saja bagi si pembuat cerita itu. Hal ini membuat Hirkanus marah besar dan ia memberikan sokongannya kepada orang-orang Saduki.
Anak Hirkanus, Aleksander Yaneus (tahun 104-78 SM), belajar di bawah asuhan para dosen Yunani di Roma. Ia sangat tertarik dengan pemikiran-pemikiran Yunani, dan secara diam-diam menyokong orang-orang Saduki yang intelektual itu. Yosefus mencatat bahwa suatu ketika Yaneus menjadi mabuk pada hari raya Pondok Daun, dan menuangkan air persembahan ke kakinya, bukan ke atas mezbah. (Mungkin ini adalah cara Yaneus untuk mengejek orang-orang Farisi, yang menuangkan air ke atas mezbah bila sedang mengharapkan turunnya hujan.) Pemberontakan pun terjadi. Tentara-tentara Yaneus memulihkan keadaan, tetapi mereka baru berhasil setelah jatuh korban sebanyak 6.000 orang (Yosefus, Antiquities, Bk. XIII, Psl. v, Bgn. 13). Orang-orang Farisi mengadakan perang saudara yang sengit dengan Yaneus (tahun 94-88 SM), yang berakhir dengan disalibkannya para pemimpin Farisi bersama 800 pengikut mereka.
Istri Hirkanus, Salome, lebih bertoleransi terhadap orang-orang Farisi ketika ia memegang pemerintahan (tahun 78-69 SM). Namun orang-orang Farisi maupun Saduki tidak pernah melupakan episode berdarah itu.
C.     Orang-Orang Eseni: Para Pemegang Kebenaran Radikal
Orang-orang Eseni juga muncul dari gerakan saleh yang dikenal sebagai Hasidim. Yosefus menginformasikan tentang adanya dua kelompok Eseni. sedangkan Uskup Hippolytus yang hidup pada abad ke-3 mengatakan ada empat kelompok Eseni (lihat karyanya, Refutation of All Heresies). Mungkin saja jumlahnya lebih dari itu.
Nama Eseni berasal dari bahasa Ibrani yang berarti "saleh" atau "suci". Walaupun mereka dinamakan demikian oleh orang-orang Yahudi yang lain, orang-orang Eseni sendiri kemungkinan menolak julukan itu. Mereka tidak memandang diri mereka suci atau saleh; tetapi mereka menganggap diri mereka sebagai para penjaga kebenaran-kebenaran yang misterius, yang akan menguasai kehidupan Israel bila kelak Mesias datang.
Secara teologis kaum Eseni menyerupai kaum Farisi dalam hal ketaatan mereka pada hukum dan keyakinan supernaturalisasinya. Mereka mengajarkan bahwa jiwa manusia tidak dapat disentuh dan tidak mati, tetapi terbelenggu dalam jiwa yang fana. Pada waktu kematian, orang yang baik akan berpindah ke suatu negeri yang penuh sinar matahari dan berangin sejuk, sedangkan jiwa- jiwa orang jahat dikirim ke suatu tempat yang gelap penuh badai dan siksaan yang tak pernah berakhir (Merril C. Tenney, Malang: Penerbit Gandum Mas, 2006). Akan tetapi mereka lebih ekstrim dari orangFarisi dalam masalah ritual dan ritual Sabat. Mereka menekankan perlunya mandi sebelummelaksanakan ritual dan bangun pagi untuk berdoa. Mereka mengutamakan berdiam diri dalamwaktu yang lama (The Standart Jewish Encyclopedia, 1966:640).
Banyak sarjana percaya bahwa naskah-naskah kaum Zadok yang ditemukan di sinagoge di Kairo pada tahun 1896 ditulis oleh salah satu kelompok Eseni. Naskah-naskah tersebut melukiskan pertempuran terakhir antara Baik dan Jahat, yang akan mempersiapkan jalan bagi kedatangan Sang Mesias.
Orang-orang Eseni berencana untuk merahasiakan informasi-informasi seperti itu sampai tiba waktu yang tepat. Kemungkinan mereka melihat diri mereka sebagai maskilim, "orang-orang bijaksana" yang Daniel katakan akan menuntun Israel dalam masa sengsara besar (Daniel 11:33; 12:9-10).
Orang-orang Eseni pada umumnya hidup secara berkelompok jauh di daerah-daerah pedalaman gurun pasir. Sebagian lagi tinggal di suatu pemukiman di Yerusalem dan di sana bahkan ada gerbang yang disebut Gerbang Eseni. Mereka mempraktikkan berbagai upacara yang sangat rumit untuk menyucikan diri mereka, rohani maupun jasmani. Tulisan-tulisan mereka (yaitu Gulungan Naskah Laut Mati yang pada umumnya diakui para ahli sebagai tulisan-tulisan kaum Eseni) menunjukkan bahwa mereka sangat ketat menghindarkan diri agar tidak tercemar oleh masyarakat di sekitar mereka, dengan harapan bahwa Tuhan akan menghargai kesetiaan mereka itu. Mereka menyebut pimpinan mereka sebagai Guru Kebenaran.
Gulungan Naskah Laut Mati tidak mengidentifikasi orang-orang dalam masyarakat Qumran tempat gulungan naskah itu ditulis; namun Plinius, sejarawan Romawi, mengatakan bahwa wilayah tersebut adalah markas sekte Eseni. Pada tahun 1947 seorang anak gembala Badui melemparkan sebuah batu ke dalam sebuah gua di Khirbet Qumran (di pantai barat laut Laut Mati) dan mendengar suara tembikar yang pecah. Anak gembala tersebut memasuki gua itu dan menemukan beberapa buah guci berisi naskah-naskah kuno. Para sarjana kemudian mengenali naskah- naskah temuan tersebut sebagai kitab Yesaya, tafsiran kitab Habakuk, dan beberapa dokumen lainnya yang berisi ajaran-ajaran sekte Qumran. Akhirnya, mereka berhasil menemukan sebelas gua yang di dalamnya terdapat gulungan naskah-naskah kuno. Kecuali kitab Ester, seluruh kitab lainnya dari Perjanjian Lama terdapat di antara naskah-naskah itu, baik secara lengkap ataupun sebagiannya. Sebagian besar dari naskah-naskah itu merupakan salinan-salinan dari zaman wangsa Makabeus. Penemuan itu telah merangsang minat para arkeolog terhadap puing-puing Khirbet Qumran sendiri, tempat mereka menemukan sebuah ruangan besar yang pernah digunakan untuk menyalin berbagai naskah.
Para sarjana masih memperdebatkan apakah benar penghuni Qumran adalah orang-orang Eseni, karena beberapa bagian dari tulisan-tulisan mereka ada yang bertentangan dengan ajaran-ajaran yang dikenal sebagai ajaran Eseni. Ada yang percaya bahwa orang- orang Farisi yang melarikan diri dari amukan Yaneus (tahun 88 SM) telah datang dan menetap di Qumran. (Sebuah tafsiran kitab Nahum yang ditemukan di Qumran nampak ada kaitannya dengan cara hidup orang-orang Farisi.) Namun seandainya masyarakat Qumran hanyalah salah satu pecahan dari orang-orang Eseni, itu akan merupakan penjelasan yang memuaskan tentang adanya penyimpangan-penyimpangan yang kadang-kadang mereka lakukan terhadap ajaran-ajaran Eseni yang utama.
D.     Orang-Orang Zelot
Kaum Zelot bukanlah suatu sekte religius yang segolongan dengan kaum Farisi dan eseni, mereka adalah suatu partai nasionalis fanatik yang ingin membebaskan diri dari Roma dengan jalan kekerasan.
Akibat serbuan Pompeius ke tanah Palestina pada tahun 63 SM memupuskan harapan orang-orang Yahudi untuk membangun kembali suatu pemerintahan sendiri. Namun ada kelompok-kelompok yang tetap bersikeras bahwa orang-orang Yahudi harus berhasil mengusir para penyerbu dari Romawi itu. Orang-Orang "Zelot" ini berupaya membangkitkan pemberontakan di antara orang-orang Yahudi.
Pemimpin Zelot yang paling dikenal adalah Yudas orang Galilea (Kisah 5:37). Ketika Agustus memerintahkan untuk mengenakan pajak kepada "semua orang di seluruh dunia" (Lukas 2:2), Yudas memimpin suatu pemberontakan yang membawa malapetaka melawan pasukan Romawi. Yosefus berkata bahwa pemberontakan ini adalah awal dari konflik-konflik Yahudi dengan Kerajaan Romawi yang berakhir dengan penghancuran Bait Allah pada tahun 70 (Antiquities, Bk. VIII, Psl. viii).
Yudas dan pengikut-pengikutnya membenci setiap kekuatan asing yang menguasai pemerintahan di negeri mereka. Kemungkinan jalan pikiran mereka yang mendorong seorang Farisi untuk bertanya kepada Yesus, "Apakah diperbolehkan membayar pajak kepada Kaisar atau tidak?" (Markus 12:14).
Pada masa Feliks menjadi prokurator atas Yudea (tahun 52-60), orang-orang Zelot membentuk suatu kelompok radikal yang terkenal dengan nama Sicarii ("manusia belati"). Pada waktu diadakan upacara-upacara perayaan, para Sicarii disebarkan ke tengah massa. Di sana mereka membunuh para simpatisan Roma dengan belati yang diselipkan di balik baju mereka. Dalam masa perang dengan Roma (tahun 66-70), para Sicarii menyelamatkan diri ke benteng tua Yahudi di Masada, dan membuat benteng itu sebagai markas besar mereka. Dua tahun setelah jatuhnya Yerusalem, satu legiun Romawi mengadakan gempuran ke Masada. Daripada mati di tangan orang bukan Yahudi, para Sicarii memilih untuk bunuh diri beserta keluarga mereka-960 orang tewas dalam peristiwa itu.

E. Orang-Orang Herodian
Sebuah sekte Yahudi lagi yang muncul dalam era Romawi, yaitu sekte yang dikenal dengan nama Herodian. Sekte ini adalah suatu partai politik yang beranggotakan orang-orang Yahudi dari berbagai macam sekte keagamaan. Mereka mendukung dinasti Herodes Agung; sebetulnya mereka tampaknya lebih suka otonomi penuh penindasan oleh Herodes daripada pengawasan asing penguasa Romawi. Orang-orang Herodian ini tiga kali disebut dalam Perjanjian Baru (Matius 22:16; Markus 3:6; 12:13), namun tidak ada satu pun dari ayat-ayat itu yang memberi kita gambaran yang jelas mengenai kepercayaan mereka.
Beberapa sarjana percaya bahwa orang-orang Herodian mengira Herodes adalah Mesias. Namun pandangan tersebut tidak didukung oleh bukti yang kuat.
F. Orang-orang Samaria
Orang-orang Samaria adalah hasil perkawinan campuran antara orang-orang Yahudi yang tetap tinggal di tanah Palestina dengan orang-orang Asyur yang menaklukkan Israel dan menduduki Tanah Perjanjian itu. Jadi, keberadaan mereka merupakan suatu pelanggaran terhadap Taurat Allah. Mereka beribadah kepada Allah di Bukit Gerizim, di lokasi tempat mereka mempersembahkan binatang kurban dan mendirikan tempat ibadah mereka sendiri. Orang-orang Samaria dipandang rendah oleh orang-orang Yahudi yang kembali dari pembuangan. Mereka disebut sebagai "orang bodoh yang tinggal di Sikhem" (Ekklesiastikus 50:25-26). Pada tahun 128 SM Yohanes Hirkanus menghancurkan tempat ibadah di Bukit Gerizim itu. Sejak saat itu orang-orang Yahudi dan orang-orang Samaria putus hubungan sama sekali (band. Yohanes 4:9).
Dalam hal-hal tertentu, Yesus juga mengambil jarak dengan orang-orang Samaria. Ia menyuruh murid-murid-Nya agar tidak menyimpang ke tempat orang-orang bukan Yahudi dan ke kota-kota orang Samaria (Matius 10:5-7). la juga mencela kebiasaan orang-orang Samaria yang menyembah hanya di Bukit Gerizim (Yohanes 4:19-24). Meskipun demikian Yesus mau berkunjung ke sebuah desa di Samaria (Lukas 9:52), dan berbicara dengan seorang perempuan Samaria (Yohanes 4:742). Bahkan perumpamaan-Nya tentang Orang Samaria yang Murah Hati menunjukkan bahwa dalam pandangan-Nya, orang Samaria bisa jadi lebih setia terhadap Taurat daripada orang Yahudi (Lukas 10:25-37). Ketika Yesus menyembuhkan 10 orang kusta, hanya si pria Samaria yang datang mengucapkan terima kasih kepada-Nya (Lukas 17:11-19). Dan ketika Yesus mengamanatkan murid-murid-Nya untuk melaksanakan misi pemberitaan Injil, Ia secara khusus mengutus mereka untuk pergi juga ke Samaria (Kisah 1:8).


G. Para Pengikut Yohanes Pembaptis
Yohanes Pembaptis, dilahirkan dari pasangan suami-istri lanjut usia keturunan keluarga Imam Harun. Sebagian sarjana beranggapan bahwa setelah orang tuanya meninggal, Yohanes Pembaptis pergi ke padang gurun dan hidup di antara orang-orang Eseni (band. Lukas 1:80). Namun lebih besar kemungkinannya bahwa orang tuanya yang telah membawa dia ke padang gurun untuk menghindari pembantaian bayi-bayi yang dilakukan oleh Herodes (Matius 2:16). Bagaimanapun juga, orang-orang Eseni tentu sudah mempengaruhi keluarga Yohanes Pembaptis.
Yohanes Pembaptis menyatakan bahwa Mesias segera akan muncul di Israel, dan ia menyerukan agar orang Israel mempersiapkan diri untuk menyambut kedatangan Sang Penebus itu. Ini menarik perhatian masyarakat umum yang kemudian datang kepada Yohanes untuk dibaptis. Tetapi Herodes kuatir kalau-kalau kegiatan Yohanes ini memberi inspirasi kepada masyarakat untuk mengadakan pemberontakan (Yosefus, Antiquities, Bk. XVIII, Psl. v, Bgn. 2).
Pengajaran Yohanes sendiri rupanya bersifat revolusioner. Ia menganjurkan murid-muridnya untuk saling berbagi pakaian dan makanan (Lukas 3: 11). Ia mengutuk perkawinan Herodes dengan iparnya karena suami sang ipar, yaitu saudara laki-laki Herodes sendiri, masih hidup. Ia tidak gentar menentang keadaan politik Israel yang status quo. Akhirnya, Yohanes dipancung atas perintah Herodes Antipas.
Banyak dari pengikut Yohanes yang beranggapan bahwa Yohanes adalah Sang Mesias itu sendiri. Walaupun mereka pada hakikatnya tidak membentuk suatu sekte tersendiri, pada masa Yesus gerakan mereka merupakan gerakan keagamaan yang penting. Sekarang ini di Timur Dekat ada suatu kelompok kecil yang dikenal sebagai orang-orang Mandea, yang menyatakan diri mereka sebagai keturunan dari pengikut-pengikut Yohanes Pembaptis.









Daftar Pustaka
Ofm, Groenen.C, Pengantar ke dalam Perjanjian baru, Penerbit Kanisius, 1984
Tenney, Merril. C. Survei Perjanjian Baru, Penerbit: Gandum Mas, 2006.
Wikipedia. com






Sistem Manajemen Gereja


BAB I
PENDAHULUAN
Dewasa ini, banyak gereja yang megah, besar, mempunyai ribuan jemaat, tetapi tidak memiliki sistem administrasi dan manajemen yang baik.  Akibatnya gereja itu tidak tertata, dan tidak bisa memaksimalkan fungsi gereja itu sebagaimana mestinya. Misalnya jemaat yang sakit tidak ada yang mengunjungi, penginjilan tidak berjalan dengan baik, gembala tidak mengenal jemaat karena tidak punya data jemaat yang jelas, dll.  Itulah sebabnya begitu pentingnya gereja membuat suatu sistem yang jelas di dalam gereja supaya tidak kacau.
Setiap gereja baik kecil maupun besar harus mempunya sistem administrasi dan manajemen yang jelas. Mengapa? karena kalau gereja mempunyai sistem yang mantap dan tersusun otomatis fungsi gereja sebagai gereja tubuh Kristus akan berjalan dengan baik sesuai dengan arah kehendak Tuhan.  Itulah sebabnya gereja harus mempunyai pemahaman yang benar tentang pengertian administrasi dan manajemen.
Kebanyakan pendeta mempunyai pendidikan dan pengalaman manajemen yang kurang memadai sebelum memasuki kegiatan pelayanan dan mereka menghabiskan waktu melakukan fungsi pastoral karena dalam bidang itulah mereka terlatih. Selanjutnya, sedikit gereja yang dapat mengumpulkan sekelompok warga jemaat yang berpendidikan atau memiliki keterampilan menajemen. Dengan demikian, perencanaan, penetapan tujuan (sasaran), dan Fungsi manajemen lainnya sebagaian besar justru diabaikan.
A.      Latar Belakang
Pada zaman modern ini, informasi sangat dibutuhkan oleh semua orang.  Untuk memenuhi kebutuhan informasi setiap orang maupun organisasi, maka makin berkembanglah teknogi informasi.  Banyak orang terbantu dan tertolong pekerjaannya melalui penggunaan teknologi.  Teknologi jika dimanfaatkan dengan baik dan benar maka akan membawa dampak yang positif bagi perkembangan gereja Tuhan.  Misalnya dalam pemberian informasi terhadap pengolahan data-data administrasi gereja, sehingga memudahkan pekerjaan tata usaha gereja.  Oleh sebab itu seiring dengan berjalannya waktu dan semakin berkembangnya teknologi informasi pada dewasa ini, maka gereja mau tidak mau harus memerlukan teknologi untuk informasi tersebut.
B.      Pengertian Manajemen
Istilah manajement (management) berasal dari kata dalam bahasa latin  “manus” yang berarti “tangan” .  Dengan demikian manajemen adalah suatu tindakan menangani, mengontrol.  Dan kata ini berasal dari kata kerja “to manage”. Dalam bahasa Indonesia dapat diartikan mengendalikan, mengontrol, menangani, atau mengelola, membingbing kepada tujuan organisasi. [1] Proses kegiatan pencapaian tujuan melalui kerja sama antar manusia.  Jadi dapat dirumusan tersebut mengandung pengertian adanya hubungan timbal balik antara kegiatan dan kerjasama disatu pihak dengan tujuan di pihak lain.
  Pengertian manajemen Kristen menurut buku Sugiyanto Wiryoputro adalah “menuntun kepada keselamatan, bermanfaat untuk mengajar, menyatakan kesalahan, memperbaiki kelakuan, dan mendidik orang dalam kebenaran (2 Timoteus 3:15-16)”.[2]
C.     Pengertian Administrasi
Kata administrasi berasal dari kata ad dan ministro (Latin) yang berarti “melayani atau menyelenggarakan” (Webster, 1974).   Definisi  administrasi adalah suatu proses kegiatan penyelenggaraan yang dilakukan oleh seorang administrator secara teratur dan diatur  melalui perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan gereja.[3]
 Menurut sudut pandang penulis, bahwa tatausaha itu merupakan suatu kegiatan pengumpulan data dan informasi dan dilakukan pencatatan secara sistematis dalam suatu organisasi untuk menghasilkan kumpulan keterangan yang dibutuhkan.  Jadi sekarang dapat dipahami, bahwa kegiatan tatausaha masih termasuk dalam unsur Administrasi dalam arti luas dan bukan merupakan faktor dari administrasi.
Pengertian administrasi dalam arti luas, berasal dari bahasa Inggris “Administration” .  S.P. Siagian, yang mengatakan bahwa administrasi secara luas adalah:
Proses kerjasama antara dua orang atau lebih berdasarkan rasionalitas tertentu untuk mencapai tujuan bersama yang telah ditentukan (S.P. Siagian, 1973) Berdasarkan hal tersebut diatas, administrasi ialah proses penyelenggaraan kerja yang dilakukan bersama-sama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.[4]
Pengertian administrasi secara sempit: berasal dari kata Administratie berasal dari bahasa Belanda, yang meliputi kegiatan:catat mencatat, surat menyurat, pembukuan ringan, ketik mengetik, agenda dsb, yang bersifat teknis ketatausahaan (clerical work). Dengan demikian tata usaha adalah bagian kecil kegiatan dari Administrasi.[5]          
Sekalipun ada dua pengertian administrasi baik secara luas maupun sempit, namun administrasi menurut pandangan gereja mempunyai perbedaan, seperti administrasi menurut gereja lebih mengarah kedalam tujuan atau sasaran penyelamatan jiwa-jiwa untuk dibawa kedalam Yesus Kristus, tentu dalam pembawaan jiwa-jiwa ini membuat program, seperti pembinaan, pemeliharaan.


BAB II

HUBUNGAN SISEMTEM ADMINISTRASI DENGAN MANAJEMEN
Sebelum  membahas  lebih  lanjut  pengertian manajemen,  terlebih  dulu  perlu
dijelaskan hubungan antara administrasi, manajemen.  Karena banyak yang beranggapan bahwa administrasi sama dengan manajemen.  Dan juga banyak yang membedakannya. Ada yang mengatakan administrasi lebih luas daripada manajemen, dan ada pula yang mengatakan sebaliknya. 

A.  Pendapat yang mempersamakan administrasi dengan manajemen 
Ada beberapa orang yang beranggapan bahwa sesungguhnya administrasi dan manajemen adalah sama, hanya saja istilah administrasi digunakan pada badan / organisasi pemerintah, sedangkan istilah manajemen dipergunakan untuk organisasi swasta. Administrator sama artinya dengan manajer, tetapi organisasi untuk pemerintah. Hal ini dapat dilihat pada penggunaan istilah manajer untuk perusahaan swasta yaitu diantaranya manajer pemasaran, manajer pembelian dan lain-lain.  Serta kepala bagian administrasi keuangan, kepala bagian administrasi kepegawaian dan lain-lain. Jadi dapat disimpulkan bahwa hubungan antara administrasi manajemen adalah sebagai berikut
M.E. Dimock & Dimock and Koenig : Definisinya : “Administration (or management) is a planned approach to the solving  of  all  kinds  of  problems  in  almost  every  individual  or  group  activity both  public  or  private.”    [Administrasi  (atau  manajemen)  adalah  suatu  pendekatan yang terencana terhadap pemecahan semua macam masalah yang kebanyakan  terdapat  pada  setiap  individu  atau  kelompok  baik  negara  atau swasta]. 
Jadi, Administrasi fungsi tertentu untuk mengendalikan, menggerakkan, mengembangkan dan mengarahkan organisasi, yang menjalankan administrator dan dibantu oleh manajer dan stafnya.

B.  Pendapat  yang membedakan administrasi dengan manajemen
Administrasi lebih luas dari manajem Adminmistrasi adalah konsep tujuan pengaturan dan manajemen kebijakan publik secara keseluruhan sementara subkonsep yang akan melaksanakan semua kegiatan untuk mencapai tujuan dan kebijakan yang telah diberikan pada tingkat administrasi.  Administrasi lebih luas dari manajemen karena manajemen sebagai salah satu unsurt dan merupakan inti dari administrasi sebagai bersifar operasional pelaksanaan tetapi mengatur pelaksanaan tindakan oleh sekelompok orang yang disebut "bawahan" sehingga pemerintah akan mencapai tujuan pengelolaan.
Ordway Tead mengatakaAdministration is the process and agency which is responsible for  the  determination  of  the  aims  for  which  an  organization  and  its  management are to strive … etc.”  (Administrasi adalah suatu proses dan badan yang  bertanggung  jawab  terhadap  penentuan  tujuan,  di  mana  organisasi dan  manajemen  digariskan  …  dst.).    Maksudnya  administrasi  menentukan garis  besar  daripada  suatu  kebijakan  dan  pemberian  pengarahan  (general policies),  sedangkan  manajemen  adalah  prosesnya,  yaitu  bagaimana kegiatan diatur/dilakukan agar tujuan dapat dicapai dengan baik. 
Jadi dengan melihat  perbedaan dan persamaan administrasi dan manajemen di atas, bisa disimpulkan bahwa administrasi membutuhkan manajemen, demikian juga manajemen membutuhkan admnistrasi.  Kedua-duanya saling melengkapi untuk mencapai suatu tujuan.

BAB III
SISTEM ADMINISTRASI  DAN MANAJEMEN GEREJA
A.      Sistem Admistrasi Gereja
Sekalipun administrasi penting untuk menjadi sarana kesuksesan penyelenggaraan pelayanan di Gereja, namun perlu diingat bahwa administrasi bukanlah segala-galanya. Gereja yang menjadikan administrasi sebagai tujuan utama akan menjadikan pelayanan tersebut perlahan-lahan kehilangan kegairahan dan akhirnya akan mati. Oleh karena itu harus ingat bahwa kerapian sistem administrasi tidak sama dengan kedewasaan rohani. Banyak Gereja yang administrasinya rapi tapi tidak ada semangat; kehidupan rohani di dalamnya mati. Tetapi sebaliknya ada Gereja yang administrasinya kacau tapi semangatnya menyala-nyala.  Hal seperti ini akan membuang banyak tenaga karena tidak efisien, sehingga lama-lama pelaksananya akan mati kecapaian sebelum tugas selesai dijalankan:
1. Penting planning program kerja
Gereja perlunya membuat suatu program  kerja yang dibuat sesuai dengan keputusan rapat tentang apa yang akan menjadi tujuan untuk dikerjakan (untuk jangka waktu tertentu).   Tujuan dari program ini adalah untuk membuat gereja mempunya fungsi, dalam artian bahwa gereja perlu mempunya visi kedepan dalam rangka kualitas yang benar sebagai gereja Tuhan.  Ada pepatah mengatakan tujuan tanpa perencanaan sia-sia, ada pula yang mengatakan seperti kapal tanpa tujuan.
2. Pentingnya Organisasi
Gereja perlu ada pengaturan otoritas dan tugas sehingga pekerjaan bisa dilaksanakan dengan tepat oleh orang yang tepat dengan cara yang bertanggungjawab. Fungsi organisasi di dalam gereja adalah untuk mendukung antara satu dengan yang lain dalam mewujudkan visi dan misi gereja. Contoh sederhananya bahwa kalau hanya pemimpin yang bertanggung jawab semuanya tentu ini mustahil berjalan dengan baik.  Organisasi sangat penting, diibaratkan seperti satu biji lidi menyapu sampah-sampah, otomatis sampah-sampah itu sulit disingkirkan, tetapi kalau lidi itu sekumpulan dang banyak otomatis sampah tadi bisa dibersihkan. Demikian juga fungsi organisasi dalam sebuah gereja.
3.  Pentingnya Pengontrolan dalam administrasi
Begitu pentingnnya pengontrolan dalam administrasi.  Seperti pemakaian gedung gereja, seringkali muncul dilema dalam pemakaian gedung gereja. Untuk itu perlunya sistem yang mantap.  Seharusnya sistem  dalam pemakaian gedung gereja ini sudah diatur sedemikian rupa.  Sistem akan bergerak secara otomatis ketika gedung gereja mau dipakai.  Sistem ini akan meminta inputan jam, hari, tanggal, bulan dan tahun.  Sistem ini akan menyediakan nama ruangan yang akan dipakai, nama acara.  Setelah itu sistem ini akan menyimpannya ke database dan meng-update status “reserved” terhadap ruangan yang telah dipesan.  Sehingga ketika data dimasukkan hari dan tanggal, bulan, tahun, nama ruangan, nama acara, maka sistem akan mengecek, apakah data-data tersebut dapat diproses atau bentrok dengan data-data sebelumnya.

4. Pentingnya Pendelegasian
Pembagian tugas harus dilakukan mengingat bahwa setiap orang mempunyai keahlian/ketrampilan yang berbeda dengan orang lain.
5. Pentingnya Personel/Staf
Gereja harus ada cukup orang untuk melakukan tugas-tugas yang sudah direncanakan, oleh karena itu perlu ada pertanggungjawaban dari masing-masing orang yang terlibat didalamnya.
6. Pentingnya Koordinasi
Tugas-tugas yang tidak dikoordinasi dengan baik akan menyebabkan pekerjaan yang tumpang tindih sehingga menghasilkan kerja yang tidak efektif dan efisien.  Pembelian perlu diawasi untuk memastikan bahwa pembelian-pembelian yang dilakukan telah disetujui.  Ini dapat dilakukan dengan membatasi orang-orang yang dapat melakukan pembelian untuk gereja, sekretaris kantor, pendeta, dan seorang wali jemaat dapat diberi tugas untuk melaksanakan pembelian tesebut.
7.  Pentingnya Pelaksanaan
Seperti penjadwalan pembesukan lokal, pertama-tama, sistem ini akan berjalan secara otomatis dengan cara sistem akan aktif untuk meminta nama jemaat yang akan dibesuk.  Ini dilakukan oleh sistim yang sudah diatur, yaitu anggota jemaat yang sudah di training di dampingi dengan majelis atau pengurus gereja yang sudah terjadwal dalam pembesukan ini.  Kemudian sistem ini akan meminta inputan hari dan tanggal pembesukan, oleh-oleh yang akan dibawa, seperti kalao dalam keadaan sakit, sistem ini akan membawa gula, susu, jeruk.  Juga sistem ini secara otomatis menyediakan transpot atau mobil yang akan dipakai, serta sopir yang akan bertugas dalam pembesukan ini.

8. Pentingnya Pelaporan
Pertanggungjawaban dari setiap bagian perlu dilakukan agar dapat diketahui hasil yang dicapai dan kegagalan-kegagalan yang terjadi sehingga dapat diusahakan perbaikan-perbaikan yang perlu diadakan di masa yang akan datang.  Contoh laporan yang harus dilaporkan: Laporan Kelahiran jemaat yang berupa grafik disetiap periode (Minggu, bulan dan tahun). Laporan Jadwal Pemakaian Ruang dalam Gedung Gereja. Laporan jadwal pembesukan ke jemaat lokalLaporan informasi data jemaat lokal dilengkapi dengan status, jabatan, daerah asal, profesi, pendidikan, pelayanan. Laporan informasi data-data jemaat: Majelis, pengurus, pengurus komisi. Laporan informasi data-data karyawan gereja, seperti staf, tata usaha, koster, karyawan, satpam, sopir.
Dengan adanya laporan ini, otomatis bisa terlihat  kekurangan apa yang harus dibenahi di dalam administrasi tersebut.  Tetapi seandainya tidak ada laporan, pasti tidak tahu kekurangan dalam perlengkapan administrasi tersebut.
9. Pentingnya Budget
Memprediksi jumlah keuangan yang dibutuhkan, dan yang mampu didapatkan, dan yang mampu dipertanggungjawabkan adalah sangat penting untuk menentukan seberapa jauh program kerja dapat dilaksanakan supaya tidak macet di tengah jalan.


Sabtu, 23 Juni 2012

Kata-kata Bijak by Kristalon Sinaga, S.Th



Jangan anda terlarut dalam kesedihan karena ditinggalkan orang yang anda kasihi, karena jikalau anda trus memikirkanya, maka anda merasa bahwa hidup ini penuh dengan kesedihan, pada hal Tuhan ada slalu disamping anda untuk menghibur anda, dan Tuhan mengijinkannya  terjadi dalam hidup anda, karena itulah yang terbaik bagi Tuhan. Tuhan punya rencana yang indah yang melebihi apa yang anda pikirkan. (Kristalon Sinaga, S.Th).

Kesetian sebuah cinta pria dan wanita bisa di uji ketika jarak memisahkan. Banyak cinta yang sudah diikat dengan sebuah janji tidak tahan, rapuh, goyah, karena waktu yang begitu lama untuk menanti.  Jadi perlu dibutuhkan kesabaran dan pendirian yang teguh dalam menunggu sebuah janji. (Kristalon Sinaga, S.Th).

Kegagalan bukanlah akhir dari segala-galanya, tetapi kegagalan adalah kesempatan untuk merubah hidup ini untuk lebih memahami arti hidup sehingga lebih baik lagi.  Belajar dari kesalahan supaya tidak terulang lagi yang lebih buruk. (Kristalon Sinaga, S.Th)

Seringkali kita berusaha menyelesaikan masalah kita dengan kekuatan dan pikiran kita atau kita meminta dan memohon kepada orang lain untuk menyelesaikannya. Tetapi yang sesungguhnya hal itu adalah pandangan kita yang keliru.  Tetapi mari  izinkan dan libatkan Tuhan  dalam masalahmu karena Tuhanlah yang sanggup menyelasaikannya.  Jadi jangan mengandalkan kekuatan pikiran manusia. (Kristalon Sinaga, S.Th)


Masih ada jalan keluar