ddd

Jika Yesus Kristus adalah orang gila, stress berat, tidak mungkin ada pengikutnya. Jika Yesus Kristus seorang penipu tidak mungkin Dia mau disalib. Kesimpulannya adalah Yesus Kristus adalah Tuhan Allah yang datang ke dunia menjadi manusia

Rabu, 30 September 2015

Penerapan Dialektika Hermeneutik

Hermeneutika sangatlah  penting di dalam penafsiran Alkitab, sebab tanpa penafsiran, maka akan terjadi kesalahan yang fatal. Contoh ayat yang sering kita dengar tentang kata: “Memikul Salib” kalau ayat ini diterjemahkan secara leterlek maka akan timbul dalam benak pikiran kita bahwa memikul salib itu benar-benar memikul Kayu Salib Yesus itu. Padahal jelas hal ini salah, maka dari itu betapa pentingnya hermeneutika untuk menafsir dan member informasi yang jelas sehingga pesan itu dapat jelas diterima oleh pendengar.
Pertama, Hermeneutik makanan rohani orang kristen. Firman Allah merupakan makanan rohani orang kristen (Yohanes 6:63;17:17).  Setiap pengikut Kristus perlu makanan rohani untuk menguatkan hidup kerohaniannya.  Karena orang kristen tidak hanya di tebus untuk hidup suci, tetapi orang kristen juga ditetapkan untuk melakukan kehendak Allah.
Pertama, Hermeneutik berhubungan erat dengan petunjuk Allah untuk kehidupan orang kristen. Kehidupan orang kristen, sama seperti orang non kristen, penuh dengan hal-hal yang harus dipilih,  keputusan-keputusan yang harus di ambil.  Firman Allah menjadi pelita dan terang dalam perjalanan mereka (Mazmur 119:105).  Sebab mencari kehendak Allah adalah hal yang sangat penting.
Kedua, Hermeneutik berhubungan erat dengan senjata rohani oarang kristen. Dapat dilihat dari pengalaman Tuhan Yesus yang tercatat di dalam Matius 4:1-11 dan Lukas 4:1-13, disini dapat diambil suatu kesimpulan bahwa iblis pun sangat menguasai Alkitab.  Tujuan Iblis memakai Alkitab adalah untuk menjatuhkan Yesus. Begitu juga dengan orang kristen diserang oleh iblis dengan berbagai godaan dan dosa.  Untuk menolak godaan tersebut org kristen harus berpegang teguh pada Firman Allah.
Ketiga, Hermeneutik berhubungan erat dengan dasar teologi orang Kristen. Orang kristen perlu mesistematikkan iman kepercayaan mereka, sehingga mudah di mengerti dan di pertahankan.  Akan tetapi tidak semua orang kristen memiliki teologi yang persis sama, oleh sebab itu tidak mengherankan jika ada pemimpin gereja berpendapat bahwa perselisihan dan perdebatan teologi adalah perdebatan dan perselisihan penafsiran Alkitab.
Keempat, Hermeneutik Berhubungan Erat dengan dasar pengajaran dan khotbah dalam jemaat. Setiap anak Tuhan perlu menguasai hermeneutik, karena hermeneutik membantu menafsir arti sesungguhnya dari Alkitab.  Sebab melalui pengajaran yang demikian jemaat dapat maju dalam kehidupan moral, kerohanian dan pelayanan.
Kelima, Hermeneutik berhubungan erat dengan dasar pengharapan orang kristen. Dalam sejarah gereja di ketahui bahwa orang-orang kristen sering dianiaya, (1 Petrus 1:6,7), dan bkn hanya itu saja orang kristen juga diancam oleh  kesulitan hidup.  Jadi dari berbagai hal ini orang kristen harus percaya akan janji dan berkat yang diberikan oleh Allah dalam Alkitab, sehingga iman kepercayaan mereka membangkitkan pengharapan yang tidak pernah padam. (1 Petrus 1:3,4).
Keenam, Hermeneutik berhubungan erat dengan wahyu Allah tentang jemaat dan universal. Adalah keyakinan bahwa Allah adalah Tuhan yang maaha kuasa dan maha bijaksana.  Untuk jemaatnya Tuhan mempunyai rencana yang sangat mulia dan rencananya itu universal, rencana yang mulia ini tidak dapat dkiketahui oleh manusia yang serba terbatas.  Tetapi jika orang kristen bersedia mempelajari dengan tekun, maka mereka tidak akan buta dengan hal ini.
Ketujuh, Hermeneutik berhubungan erat dengan buku yang sangat terkenal Artinya senang atau tidak senang, Alkitab dicetak dalam jumlah yang sangat besar, dalam berbagai bahasa dan didistribusikan ke hampir setiap pelosok dunia.  Tetapi harus diingat bahwa ini bukan tugas yang mudah.  Sebab Harus memberi yang memadai agar Alkitab itu tidak di anggap jelek.
Kedelapan, Hermeneutik berhubungan erat denagan kitabyang sulit dimengerti. Alkitab sulit dimengerti bukan saja karena alkitab Adalah kitab suci, tetapi di dalamnya terdapat faktor yang menyebabkan sulit untuk dimengerti.  Ditambah lagi tidak memiliki naskah-naskah  asli yang ditulis oleh pengarang-pengarng kitab. Tetapi sebagai orang kristen tidak perlu kecil hati, sebab jika Allah yang berkehendak mewahyukan Alkitab maka Allah pun sanggup menolong mereka aggar dapat dimengerti.
         Istilah yang muncul dalam gerakan ini adalah Hermeneutik. Terdapat dua kelompok besar hermeneutik, yaitu: pertama, kelompok metodologi hermeneutik tradisional yang meliputi: kritik literer dan kritik historis—keduanya adalah suatu kelompok yang melingkupi pendekatan yang berbeda-beda. Kedua, kelompok metodologi hermeneutik kontemporer yang membaca Alkitab dengan banyak ’teropong’ (yang) baru, misalnya: hermeneutik feminis, hermeneutik komitmen, hermeneutik pasca-kolonial dan lain sebagainya.
         Meski fasilitator memiliki kekuasaan dalam memilih metode atau pendekatan hermeneutik yang akan digunakan, sebaiknya pula fasilitator memperhatikan beberapa hal:
Pertama; ”Kriteria awal” dalam hermeneutik gerakan ini adalah pemerintahan Allah. Fasilitator mendekati suatu ekspresi Kisah dan Visi Kristen dengan keyakinan bahwa Allah adalah Allah yang senantiasa hidup dan kasih; mengkehendaki kebebasan, perdamaian dan keadilan bagi semua; yang terlibat secara aktif bagi kehidupan manusia.
Kedua, Fasilitator menyadari kepentingan dan prespektif yang mereka ’bawa’ ke dalam aktivitas hermeneutik atas kisah dan tradisi Kristen. Berarti fasilitator harus senantiasa secara ’kritis-pada-diri-sendiri’ (self-critical) menyadari sisi psikologis dan sosial yang menjadi ’beban’ aktivitas hermeneutik peserta.
Ketiga. Fasilitator harus mengingat apa yang mereka ’bawa’ dari kisah-kisah dan visi-visi para peserta ketika ’memasuki’ Kisah dan Visi Kristen. Dalam menafsirkan Kisah dan Visi Kristen, fasilitator harus senantiasa mempertimbangkan tingkat usia, konteks, latar belakang, dan lainnya dari peserta.

Keempat,  Fasilitator menerapkan suatu ’upaya pengambilan kembali hermeneutis’ untuk meraih kembali dan memungkinkan para peserta untuk memasuki kebenaran-kebenaran dan nilai-nilai yang secara simbolis diperantai oleh teks dari Kisah dan Visi Kristen. Fasilitator membekali dirinya dengan pelbagai kajian biblika, teologi dan sejarah. Kesadaran kritis mengenai Visi Kristen tentang praksis pemerintahan Allah akan memberikan ’kepekaan’ untuk mempermaknai kebenaran dan nilai yang harus diraih kembali dari suatu kisah Kristen.

Kelima, Fasilitator menerapkan hermeneutik kecurigaan untuk mengungkapkan pelbagai mistifikasi dan distorsi yang ada dalam tafsir yang dominan atas Kisah dan Visi Kristen serta mengklaim kembali ’ingatan-ingatan yang berbahaya’. Ingatan yang berbahaya itu adalah pesan-pesan dan isyarat-isyarat yang direpresi oleh tafsir, teologi atau dogma yang dominan
Keenam, Fasilitator menerapkan suatu heremeneutik komitmen yang kreatif untuk membangun suatu pemahaman yang lebih memadai atas kisah dan tradisi Kristen dan untuk mengilhami cara-cara hidup yang lebih setia kepada transformasi pribadi maupun sosial.


Selasa, 29 September 2015

PENTINGNYA PENDIDIKAN KARAKTER BAGI ANAK BANGSA





Berbicara mengenai pendidikan karakter bukanlah hal baru dalam sistem pendidikan nasional Indonesia. Salah satu kurikulum yang disebut Pendidikan Kewarganegaraan (PKn). Landasan "PKn" berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia yang dapat dilestarikan serta diwujudkan dalam bentuk prilaku kehidupan sehari-hari berbangsa dan bernegara.

Sesuai dengan UU No 20 tahun 2003 pasal 3 menyebutkan, "pendidikan nasional befungsi untuk mengembangkan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab".

Berangkat dari bunyi Undang-undang No 20 tahun 2003 pasal 3 di atas, secara formal upaya menyiapkan sarana dan prasarana, kegiatan, pendidikan dan kurikulum yang mengarah kepada pembentukan watak dan budi pekerti generasi muda bangsa Indonesia. Namun disadari bahwa bangsa Indonesia sedang mengalami krisis karakter yang melanda ke semua lapisan masyarakat dan tidak terkecuali anak-anak sekolah. Itulah sebabnya pendidikan karakter menjadi persoalan utama yang harus mendapat perhatian khusus di dalam pendidikan keluarga, agama maupun penerapan dalam bidang pendidikan formal.

Mengapa Penting Pendidikan Karakter Bagi Anak Bangsa?

Ada beberapa hal mengapa penting pendidikan karakter bagi bangsa ini:
1. Pendidikan tanpa karakter membahayakan bangsa dang negara
2.Pendidikan karakter sangat erat kaitannya dengan identitas negara bangsa Indonesia ini, karena bangsa yang memiliki karakter yang mulia mampu menjadikan bangsa yang bermartabat dan disegani oleh bangsa-bangsa lain. Jadi, eksistensi suatu bangsa sangat ditentukan oleh karakter yang dimiliki bangsa tersebut.
3. Bangsa Indonesia adalah negara yang beranekaragam suku dan bangsa yang telah disatukan di dalam moto Bhineka Tunggal Ika. Maka dari itu harus dijaga kesatuan yang sudah terjalin.
4. Terjadinya krisis yang melanda semua lapisan masyarakat dan tidak terkecuali mahasiswa maupun anak-anak sekolah; krisis tersebut antara lain meningkatnya pergaulan bebas, seks pra-nikah, tawuran, minuman keras, penyalahgunaan obat-obatan, pornografi, kekerasan, kerusuhan, pencurian, kejahatan terhadap teman dan lain-lain.
5. Menurut Daniel Goleman bahwa kecerdasan emosional dan sosial diperlukan 80 %, sementara kecerdasan intelektual 20 %.
6. Menurut penelitian di Amerika, 90 % kasus pemecatan disebabkan oleh prilaku buruk seperti tidak jujur dan bertanggung jawab.

Bagaimana Mewujudkan Anak Bangsa yang Berkarakter?

Memperhatikan dan menyimak dari 6 hal di atas tentang pentingnya pendidikan karakter, maka dari itu sudah saatnya melangkah untuk mewujudkan anak bangsa yang berkarakter. Adapun langkah tersebut adalah:

1. Pendidikan Orang tua

Orang tua menjadi peran utama dalam mendidik anak, karena waktu anak lebih banyak bersama dengan Orang tua. Ketika anak masih balita justru peran orang tua sangat diperlukan. Amsal mengatakan: "Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa tuanyapun ia tidak akan menyimpang dari jalan itu". Ini nasihat kepada Orang tua supaya mendidik anak tersebut dengan baik. Jadi, Orang tua harus bertanggung jawab untuk mendidik anak di dalam kasih sayang. Karena sikap dan perlakuan Orang tua terhadap anak menjadi penentu bagi karakter anak kelak menjadi besar. Jika anak dibesarkan dalam keluarga yang suka berkelahi, maka anak belajar berkelahi. Tepatlah perumpamaan yang mengatakan buah jatuh tidak jauh dari pohonnya. Maka dari itu Orang tua harus mendidik anak dengan baik.


2. Pendidikan Agama

Peran pendidikan agama sangat dibutuhkan dalam pembentukan karakter anak. Dalam hal ini guru agama harus menekankan nilai-nilai etika dan estetika inti seperti kasih sayang, cinta damai, toleransi, kejujuran serta etos kerja yang baik, jadi tidak hanya sekedar doktrin. Guru yang mendidik harus berkomitmen untuk mengembangkan karakter peserta didik serta menjadi teladan dalam kehidupan sehari-hari.

3. Pendidikan Formal

http://sabdalogoss.blogspot.com
Pendidikan karakter harus diutamakan mulai dari Sekolah Dasar sampai kepada perguruan tinggi. Namun yang menjadi sorotan adalah tentang kurikulum yang dikembangkan atau yang dirubah harus berdasarkan nilai-nilai agama, filosofis, dan psikologi. Dan juga kepada seluruh guru pendidik harus lebih mengutamakan karakter dalam setiap kurikulum yang dijarkan. Tidak terkecuali matematika dan Olah raga.

Masih ada jalan keluar